Share to:

Andilau

Andilau
Andilau, Commersonia bartramia
tumbuh liar di Kampus IPB Darmaga, Bogor
Klasifikasi ilmiah Sunting klasifikasi ini
Kerajaan: Plantae
Klad: Tracheophyta
Klad: Angiospermae
Klad: Eudikotil
Klad: Rosid
Ordo: Malvales
Famili: Malvaceae
Genus: Commersonia
Spesies:
C. bartramia
Nama binomial
Commersonia bartramia
Sinonim
  • Muntingia bartramia L.[2] (basionym)
  • Commersonia echinata J.R. Forst. (nom.illeg.)
  • Commersonia javensis G. Don
  • Commersonia platyphylla Andrews
  • Restiaria echinata Kuntze
  • Ricinus odoratus Noronha (nom.inval.)

Sinonim selengkapnya pada: The Plant List[3]

Andilau[4] atau durian tupai (Commersonia bartramia) adalah sejenis pohon kecil dari suku Malvaceae (sebelumnya Sterculiaceae). Perdu ini menyebar mulai dari India, Asia Tenggara, Tiongkok selatan, melalui Nusantara hingga ke Pasifik. Nama-nama lokalnya, di antaranya, andilo, longa-longa (Bat.); kamĕsèn (Sim.); andilau (Mink.); durian tupai (Mly.); endilau udang, nilau, nilau rusa, halupang, harlupang (Palemb.); mĕntĕnuk, senar, teling, telinting (Bangka); ki handèong, ki oray, ki careuh (Sd.); blèncong (Jw.); kalababa (Ternate); lisau (Tidore); sowèn, kai puti, lino, mangilo (aneka dialek di Sulut).[5] Juga kayu morong, kayu totara,[6] atau marong, morong merah, hunut[1] (Amb.); serta wawar (Jw.).[7] Dalam bahasa Inggris, ia dikenal sebagai Brown kurrajong atau Scrub Christmas tree.[8][9]

Pengenalan

Malai payung tambahan
Buah kotak yang memecah
Pelat botani menurut Koorders & Valeton (1915)

Pohon kecil, tinggi 1-15 m; ranting-ranting terselimut rapat oleh rambut bintang,[7] kekuningan.[10] Daun-daun tunggal; bertangkai, berambut halus; dengan daun penumpu kecil serupa jumbai menjari.[10] Helaian daun bundar, bundar telur, hingga bundar telur lanset, 6-30 × 2,5–25 cm; dengan pangkal bentuk jantung atau terpancung yang tidak sama sisi; tepinya bergigi bergerigi halus; sisi bawah daun berambut pendek abu-abu seperti beledu.[7]

Perbungaan berupa malai payung tambahan (cyme) di ketiak daun, di samping atau berhadapan dengan daun;[7] 3–21 cm, bercabang banyak.[10] Bunga kecil-kecil, lk. 5 mm garis tengahnya; kelopak bunga bercangap-5, taju bundar telur, lk. 4 mm, putih; mahkota 5 helai, dengan pangkal lebar melengkung dan helaian bentuk garis talang, 3-3,5 mm, putih, acap kali menggulung.[7] Benang sari 5 buah, panjang lk. 0,5 mm, berseling dengan 5 staminodia lk. 1,5 mm panjangnya.[10] Buah kotak bentuk bola, mengayu, dengan rambut sikat yang panjang dan rapat, garis tengahnya lk. 2,5 cm (dengan rambut sikatnya), dengan 5 katup yang membuka menurut ruang.[7] Biji bentuk jorong (eliptis), cokelat-hitam, mengilap.[10]

Ekologi dan agihan

Pohon kecil ini terutama ditemukan di hutan-hutan sekunder,[11] tempat-tempat terbuka di hutan, tebing atau tepi hutan.[10] Tumbuhan ini menyukai wilayah-wilayah dengan musim kemarau yang lemah, pada tempat dengan banyak sinar matahari atau yang sedikit teduh; sampai elevasi 1.250 m dpl.[7] Di belahan bumi utara, berbunga antara Februari-Oktober;[10] sedangkan di Australia antara Desember-Februari.[12]

Andilau menyebar secara alami mulai dari India, Asia Tenggara (Vietnam, Malaysia, Indonesia, dan Filipina), ke timur hingga Tiongkok selatan (Guangdong, Guangxi, Yunnan selatan), dan ke selatan hingga Australia utara,[10] termasuk pula di Papua.[13]

Manfaat

Kayu andilau merupakan kayu yang ringan, liat, dan kurang awet; akan tetapi dapat dipakai sebagai kayu ramuan rumah, konstruksi atap, pagar halaman, dan aneka kebutuhan kayu perkakas sehari-hari.[6] Hanya saja, kayu-kayu ini umumnya berukuran kecil, bengkok-bengkok, dan tidak begitu awet, sehingga tidak banyak dimanfaatkan kecuali sebagai kayu bakar.[5]

Pepagan bagian dalamnya diolah menjadi serat, yang dapat dipintal menjadi tali, atau dianyam menjadi tikar kasar untuk menjemur padi.[5] Orang-orang Aborigin di Australia memanfaatkan tali andilau untuk membuat jaring ikan dan jerat kanguru.[12] Pada masa peperangan Kompeni di Maluku, tali andilau ini dipakai sebagai pengganti sumbu meriam yang baik kualitasnya.[6]

Pohon andilau, dengan bunga-bunganya yang bertabur putih, cukup baik untuk ditanam sebagai pohon hias di taman.[12] Dengan sifat-sifatnya sebagai pohon pionir yang lekas tumbuh, andilau juga dimanfaatkan untuk revegetasi.[14]

Sastera

Tumbuhan ini adalah yang dimaksud dalam peribahasa: "tercincang puar, tergerak andilau" (yakni, jika seseorang dihina, maka keluarga atau kaum kerabatnya akan merasa terhina pula).[15]

Catatan kaki

  1. ^ a b Merril, ED. & CB. Robinson. 1917. An interpretation of Rumphius's Herbarium amboinense. p. 362-3. Manila :Bureau of Printing, 1917.
  2. ^ Linné, Carl von. 1759. Amoenitates Academici seu dissertationes variae physicae ... vol. 4: 124. Holmiae :Sumtu & Literis Direct. Laurentii Salvii [Nov 1759].
  3. ^ The Plant List: Commersonia bartramia (L.) Merr.
  4. ^ (Indonesia) Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Republik Indonesia "Arti kata andilau pada Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam jaringan". Diakses tanggal 2020-01-23. 
  5. ^ a b c Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia 3: 1346. Jakarta: Badan Litbang Kehutanan, Departemen Kehutanan. (versi berbahasa Belanda -1917- III: 231-2, sebagai Commersonia echinata Forst.)
  6. ^ a b c Rumpf, G.E. 1743. Herbarium Amboinense: plurimas conplectens arbores, frutices, ... Pars III: 187; Tab 119. Amstelaedami:apud Franciscum Changuion, Hermannum Uttwerf. MDCCXLIII.
  7. ^ a b c d e f g Steenis, CGGJ van. 1981. Flora, untuk sekolah di Indonesia: 300. Jakarta: PT Pradnya Paramita.
  8. ^ NTBG: Commersonia bartramia[pranala nonaktif permanen]
  9. ^ Australian Trop. RF. Plants: Commersonia bartramia Diarsipkan 2016-03-27 di Wayback Machine.
  10. ^ a b c d e f g h Flora of China: Commersonia bartramia (L.) Merr.
  11. ^ Asian Plant: Commersonia bartramia (L.) Merr.
  12. ^ a b c Royal Botanic Garden: Commersonia bartramia (L.) Merr. Diarsipkan 2015-11-24 di Wayback Machine.
  13. ^ PNG Tree: Commersonia bartramia (L.) Merr.
  14. ^ Pioneer Catchment: Commersonia bartramia (L.) Merr. Diarsipkan 2015-11-24 di Wayback Machine. (in Pdf)
  15. ^ Pusposaputro, S. 1987. Kamus Peribahasa, hlm. 13. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.

Galeri

Pranala luar

Kembali kehalaman sebelumnya