Asosiasi Patriotik Myanmar|
Singkatan | PAM (Ma Ba Tha) |
---|
Tanggal pendirian | 15 Januari 2014 (2014-01-15) |
---|
Kantor pusat | Kotapraja Insein, Region Yangon, Myanmar |
---|
Ketua | Ywama Sayadaw Ashin Tilokabhivamsa |
---|
Asosiasi Patriotik Myanmar (bahasa Burma: အမျိုးသား ဘာသာ သာသနာ စောင့်ရှောက်ရေး အဖွဲ့), disingkat Ma Ba Tha (မဘသ) dalam bahasa Burma berbagai terjemahan dalam bahasa Inggris yakni Asosiasi untuk Perlindungan Ras dan Agama, Organisasi untuk Perlindungan Ras dan Agama dan Komite untuk Perlindungan Nasionalitas dan Agama[1] adalah sebuah organisasi Buddha yang berbasis di Myanmar (Burma).[2] Beberapa anggota PAB berhubungan dengan nasionalis dan Gerakan 969, meskipun anggota lainnya secara aktif memperjuangkan toleransi dan dialog antar-kepercayaan.[3]
Pendirian
Pada 15 Januari 2014,[4] PAB secara resmi berdiri di sebuah konferensi berbasis besar dari biksu-biksu Buddha di Mandalay, dengan misi mempertahankan Buddha Theravada di Burma.[5] Nama Pali-nya adalah Sāsana Vaṃsa Pāla (သာသနဝံသပါလ), yang secara literal artinya "pelindung ras dan Śāsana."
PAB dibentuk dalam menanggapi pelarangan Komite Sangha Maha Nayaka Negeri terhadap lambang '969' untuk penggunaan politik.[3][6]
Kepemimpinan
PAB dipimpin oleh sebuah komite pusat yang terdiri dari 52 anggota, yang meliputi biksu-biksu nasionalis maupun biksu-biksu sarjana senior.[7] Ashin Wirathu adalah anggota berpengaruh dari PAB.[8] PAB memiliki jaringan-jaringan dan chapter-chapter eksetensif di tingkat negara bagian dan kotapraja di seluruh Burma.[9] PAB saat ini dipimpin oleh Ywama Sayadaw Ashin Tilokabhivamsa.[10] Markas besarnya terletak di Wihara Ywama Pariyatti (ရွာမပရိယတ္တိ စာသင်တိုက်), Kotapraja Insein, Region Yangon.
Lobi legislatif
Pada 2013, Kementerian Urusan Keagamaan Burma mengeluarkan 4 hukum kontrobersional yang dirancang untuk meregulasi perpindahan agama dan pernikahan antar-kepercayaan, dan pemaksaan monogami dan kontrol populasi, berdasarkan teks-teks yang diproposalkan oleh para anggota PAB.[8][11] Pada Maret 2015, dewan rendah negara tersebut, Pyithu Hluttaw, menyetujui dua peraturan tersebut.[12] Hukum pertama dari 4 hukum, yang meregulasi kontrol populasi, dijadikan undang-undang pada Mei 2015.[13]
Kampanye
Pada 2014, para anggota PAB memulai sebuah kampanye melawan Ooredoo, sebuah perusahaan telekomunikasi yang berbasis di Qatar yang memasuki negara tersebut untuk membangun infrastruktur selulernya.[9]
Lihat pula
Referensi