Astronomi Maya merupakan topik etnoastronomi atau arkeoastronomi yang memiliki fokus kajian pada peradaban bangsa Maya pada masa pra-Kolumbus, di wilayah Mesoamerika. Astronomi Maya mempelajari keterkaitan arsitektur, tradisi, kalender, artefak-artefak, dan kepercayaan Bangsa Maya dengan benda-benda dan fenomena yang terjadi di langit.[1][2][3]
Bangsa Maya dikenal memiliki ahli-ahli astronomi yang teliti. Peradaban Maya kuno telah mengembangkan pengamatan dan prediksi astronomis yang dapat dikatakan sebagai salah satu yang paling akurat di dunia pada masa sebelum ditemukannya teleskop.[1] Mereka percaya kemauan dan perbuatan dari dewa-dewa dapat terbaca melalui matahari, bulan, bintang-bintang, dan planet, sehingga mereka menganggap astronomi dan praktik-praktiknya merupakan hal yang sangat penting. Mereka juga membuat berbagai bangunan yang memiliki keterkaitan astronomi. Peradaban Maya mempelajari secara spesifik benda-benda langit seperti Matahari, Bulan, Venus, dan beberapa planet lainnya. Bangsa Maya juga menggunakan kalender yang dikembangkan berdasarkan pengamatan astronomis.[1][2]
Konsep kosmologi dalam kepercayaan Bangsa Maya
Konsep kosmologi umum
Kebudayaan bangsa Maya kuno mempercayai bahwa penciptaan dan penghancuran (baca: kiamat) alam semesta merupakan suatu siklus yang berulang setiap 5.200 tahun sekali dalam definisi tahun modern.[4] Siklus yang terjadi saat ini diyakini oleh kebudayaan bangsa Maya yang dimulai sejak 3114 SM atau 3113 SM pada kalender modern, sehingga penghancuran atau kiamat menurut perkiraan kebudayaan bangsa Maya kuno akan terjadi pada tahun 2011 atau 2012 Masehi.[4][5] Terdapat berbagai perdebatan mengenai konsep kosmologi pasti yang dipercaya oleh masyarakat Maya kuno. Namun, berbagai kajian arkeoastronomi menunjukan bahwa masyarakat Maya mempercayai bahwa bentuk bumi berbentuk datar dan memiliki empat sisi sudut. Setiap sudutnya berada pada arah mata angin utama dan diberi tanda berupa warna — merah untuk timur, putih untuk utara, hitam untuk barat, kuning untuk selatan, dan bagian tengah diberi warna hijau.[4]
Kebudayaan bangsa Maya juga meyakini bahwasanya langit merupakan sesuatu yang berlapis-lapis dengan tiap sudutnya disokong oleh empat dewa dengan kekuatan fisik yang sangat besar yang disebut sebagai Bacabs.[5] Kemudian juga dipercayai bahwa langit ditopang oleh empat jenis pepohonan dengan warna dan spesies yang berbeda disetiap sudutnya, dengan pohon kapuk berwarna hijau di bagian tengah.[4][5]
Gambaran bentuk bumi yang rata diyakini oleh kebudayaan Maya berada di atas punggung seekor buaya raksasa yang sedang beristirahat di kolam yang dipenuhi oleh teratai.[5] Untuk menjelaskan langit, buaya digantikan oleh konsep dengan ular berkepala dua.[4] Sebagai informasi tambahan kata "langit" dalam bahasa Maya memiliki kemiripan dengan kata "ular". Pada hieroglip-hieroglip yang ditemukan, ular langit berkepala dua ini tidak hanya digambarkan sendiri, melainkan bersama benda-benda langit lainnya seperti Matahari, Bulan, Venus, dan lain lain.[4]
Langit dipercayai memiliki 13 lapisan dengan tiap lapisnya memiliki dewa tersendiri sebagai penguasa. Lapisan paling atas dikuasai oleh burung muan, sejenis burung hantu.[5] Bagian yang didefinisikan sebagai dunia bawah memiliki sembilan lapisan yang dikuasai oleh Dewa Malam. Dunia bawah ini dipercaya sebagai dunia yang dingin dan penuh nestapa serta menjadi akhir dari kebanyakan arwah masyarakat Maya setelah meninggal. Benda-benda langit seperti Matahari, Bulan, dan Venus juga diyakini melewati lapisan ini setelah tidak terlihat lagi oleh mata manusia di malam hari.[4]
Konsep kosmologi dalam ritual-ritual kepercayaan
Bangsa maya relatif memiliki banyak dewa-dewa dalam kepercayaan mereka, terdapat sedikitnya 166 dewa yang telah diidentifikasi. Hal ini dikarenakan setiap dewa memiliki banyak rupa dan tampilan.[5] Beberapa memiliki lebih dari satu jenis kelamin; beberapa lagi telah berumur tua atau muda; dan setiap dewa yang merepresentasikan benda-benda langit memiliki wajah yang berbeda saat di dunia bawah, yang mana muncul saat dewa-dewa tersebut "mati" di malam hari (saat bintang atau planet-planet menghilang).[4][5]
Beberapa sumber lainnya yang ditemukan pada peninggalan Bangsa Maya menunjukan satu sosok mahakuasa yang dijuluki Itzamná, sosok yang menciptakan tulisan sekaligus pelindung dari seni dan ilmu pengetahuan. Istrinya bernama Ix Chel, dewi penenun, ilmu medis, dan persalinan; ia juga dipercaya dulunya sebagai dewi Bulan.[4][5]
Peran dari pendeta-pendeta Maya sangat erat kaitannya dengan kalender dan astronomi. Pendeta-pendeta ini mengatur pembelajaran dan ritual-ritual, dan juga bertugas menghitung waktu, festival, hari-hari suci, musim, ramal-meramal, penyembuhan penyakit, serta menulis dan membuat catatan sejarah.[4][5] Pendeta Maya diwajibkan untuk tidak berhubungan intim saat menjabat dan sering kali posisi ini diwariskan kepada putranya.[4]
Keseluruhan ritual-ritual yang berhubungan dengan kepercayaan Bangsa Maya diadakan berdasarkan kalender ritual khusus yang memiliki 260 hari dalam satu siklusnya, dan setiap penampilan dalam ritual-ritual ini memiliki makna simbolis.[5] Terdapat pantangan untuk melakukan aktivitas seksual yang berlaku pada masyarakat Maya saat ritual-ritual ini berlangung. Masyarakat maya juga dianjurkan untuk memotong bagian tubuhnya sendiri agar menghasilkan darah yang digunakan untuk ritual tersebut. Kalangan bangsawan Maya sangat terobsei dengan darah— baik darahnya sendiri maupun darah budaknya— dan ritual yang melibatkan pertumpahan darah (harfiah) memainkan bagian penting dalam perayaan-perayaan sakral tiap tahunnya.[4][5] Ritual pertumpahan darah ini dilakukan sebagai tindakan dalam memelihara alam ataupun menyenangkan para dewa, dan ketika peradaban Bangsa Maya di ambang kejatuhan, terdapat catatan yang menunjukan bahwa pemimpin-pemimpin daerah mereka melakukan ritual pertumpahan darah tersebut dari kota ke kota lainnya untuk mempertahankan kerajaaan mereka yang tengah terpecah belah.[4][5]
Dalam kepercayaan Bangsa Maya dikenal juga ritual pengorbanan manusia. Biasanya yang menjadi korban adalah tawanan perang, budak, anak yatim, atau anak "haram" yang biasanya dibeli khusus untuk ritual ini[4][5]. Sebelum periode Toltek, pengorbanan hewan lebih umum dilakukan ketimbang menggunakan manusia— kalkun, anjing, tupai, burung puyuh, iguana merupakan bagian dari spesies hewan yang dianggap pantas untuk diberikan kepada dewa-dewa Bangsa Maya.[4] Pendeta-pendeta dalam proses pengorbanan manusia dibantu oleh empat orang dewasa yang dijuluki sebagai chacs, nama ini diambil sebagai penghormatan terhadap dewa hujan dalam kepercayaan Bangsa Maya, Chac.[5] Keempat orang ini akan menahan kedua kaki dan tangan korban, sementara bagian dada korban dibelah oleh orang lainnya yang dijuluki sebagai nacom. Juga hadir dalam ritual tersebut chilam yang merupakan sosok cenayang dan diyakini menerima pesan dari dewa-dewa saat dalam keadaan tak sadar, pesan pesan dewa yang kemudian diutarakan oleh chilam tersebut kemudian diinterpretasikan oleh pendeta-pendeta yang tengah bertugas.[4]
Bangsa Maya juga mempercayai bahwa ketika manusia meninggal, arwah mereka akan memasuki dunia bawah melalui sebuah gua atau cenote.[4][5] Saat raja-raja meninggal, mereka akan mengikuti jalan yang terhubung ke matahari dan kemudian jatuh ke dalam dunia bawah; tetapi, dikarenakan mereka memiliki kekuatan supranatural, mereka akan dilahirkan kembali di dunia langit sekaligus menjadi bagian dari dewa-dewa.[5] Kematian karena sebab yang alami sangat ditakuti oleh Bangsa Maya dikarenakan pada kematian ini, arwah manusia yang mati tidak langsung menuju ke surga. Masyarakat awam Bangsa Maya akan dikuburkan di bawah lantai rumah mereka, mulut dari jasadnya akan diisi oleh makanan dan batu permata, sekaligus ditaruh di sekelilingnya naskah-naskah dan objek objek berkaitan dengan kepercayaan yang mereka gunakan selama hidup. Begitu pula dengan pekuburan pendeta Maya yang diisi oleh buku-buku.[4][5]
Bangsa Maya dan benda-benda langit
Bangsa Maya dan Matahari
Dalam kebudayaan Maya, Matahari merupakan benda langit paling penting. Matahari disimbolisasikan dalam beberapa jenis hewan seperti, burung makau merah, burung kolibri, dan puma.[3][6] Dewa Matahari dalam kepercayaan Maya bernama Kinich Ahau. Kinich Ahau merupakan salah satu dewa terkuat dalam kepercayaan Maya dan dikaitkan dengan Itzamna, salah satu sosok pencipta dalam kepercayaan Maya.[6] Kinich Ahau akan bersinar sepanjang hari sebelum berubah bentuk menjadi jaguar di malam hari untuk melewati XibalbaI, nama dari dunia bawag dalam kepercayaan Maya.[6][3]
Terdapat juga unsur kepercayaan lain dalam Bangsa Maya yang berkaitan dengan matahari.[3][6] Hun Ahau dan Xbalanque yang dikenal sebagai dewa kembar akan mentransformasikan bentuk mereka pada suatu ketika untuk menjadi Matahari dan Bulan.[6] Bangsa Maya juga dikenal sebagai bangsa yang ahli dalam memprediksi fenomena-fenomena yang berkaitan dengan matahari seperti gerhana dan perhitungan titik ekuinoks ketika matahari tepat terbit di timur.[3]
Bangsa Maya dan Bulan
Bulan dalam kebudayaan masyarakat Maya hampir memiliki peran yang sama pentingnya dengan Matahari.[7] Umumnya Bulan diidentikan dengan unsur feminin dalam kebudayaan
Maya, meskipun terdapat juga penggambaran maskulin dari bulan dalam peninggalan-peninggalan seni di Meksiko tengah bahkan terdapat juga penggambaran yang menggambarkan Bulan memiliki unsur maskulin dan feminin sekaligus.[7][3] Penggambaran feminin dari Bulan adalah Dewi Ix Chel yang juga merupakan istri dari sosok pencipta Itzamna.[7] Dewi Ix Chel sering kali dihubungkan dengan aktivitas yang biasanya dilakukan atau hanya terjadi pada kaum wanita seperti menenun, memintal, dan melahirkan.[3] Sementara itu, penggambaran maskulin Bulan dalam kebudayaan masyarakat maya berkaitan dengan peran laki-laki dalam masyarakat seperti bermain bola, atau kependetaan. Seperti matahari dan planet-planet, dinasti Maya juga sering kali mengklaim bahwa mereka merupakan titisan dari bulan.[3][8]
Dalam kebudayaan masyarakat Maya, pada bahasan etnografis, bulan juga dikaitkan dengan pertanian jagung.[7] Keterkaitan ini dibuktikan dengan gambar-gambar yang ditemukan di peradaban Maya klasik yang menunjukan bahwa kemunculan bulan bersamaan dengan aspek feminin dan maskulin dari dewa-dewa pertanian jagung.[7] Di peradaban Maya klasik, Dewi Bulan dalam kepercayaan masyarakat maya sering kali digambarkan sebagai sosok yang muda. Ahli astronomi di peradaban Maya kuno juga telah mampu menganalisis dan memprediksi pergerakan bulan dengan sangat akurat seperti perubahan fasenya dan terjadinya gerhana bulan.[3][7]
Bangsa Maya, Venus dan beberapa planet lainnya
Dari kajian arkeoastronomi, lukisan yang berbentuk ular langit diyakini memiliki keterkaitan dengan penggambaran dari planet Venus dalam kebudayaan Maya.[9][10][11] Ditemukan berbagai simbol planet Venus yang terpampang bersama simbol ular langit atau perwujudan manusia dari ular langit tersebut yang diberinama Quetzalcoatl. Pada wilayah kerajaan Maya kuno di Meksiko tengah, Dewa Angin yang merupakan bagian dari Venus diberi nama Eheacatl-Quetzalcoatl, dan diyakini bersemayam di kuil-kuil pemujaan yang berbentuk bulat.[12] Dari Kodex Dresden peninggalan Bangsa Maya, ditemukan lima variasi dari Bintang Fajar, namun lima variasi dari planet Venus ini hanya digambarkan oleh satu sosok dewa yaitu Tlauhuizcalpantecuhtli. Setiap variasi dari penggambaran Tlauhuizcalpantecuhtli menunjukan Venus di berbagai musim yang berbeda.[10][12]
Penggambaran Venus lainnya pada periode klasik dari peradaban Maya ditemukan di reruntuhan Palenque. Dari legenda lokal dapat diidentifikasi keterkaitan Venus dalam tritunggal dewa-dewa dalam kebudayaan Maya.[12][10] Planet Venus dilambangkan sebagai sosok tertua dari tiga dewa-dewa ini, Jupiter merupakan saudara tengah, dan Matahari merupakan sosok termuda. Planet-planet ini kemungkinan menjadi objek pemujaan pada kebudayaan Mesoamerika pra-Kolumbus. Monster yang menggambarkan planet Mars juga ditemukan di salah satu kodex peninggalan bangsa maya pascaklasik.[12] Dalam peradaban klasik maya, Mars dilambangkan oleh seekor rusa langit. K'awil, yang dikenal sebagai sosok dewa garis keturunan bangsawan sering kali dikaitkan dengan ritual-ritual yang melibatkan planet Jupiter dan Saturnus. Ka'wil kemungkinan digambarkan di Meksiko bagian tengah sebagai Tezcatlipoca, dewa langit malam yang memiliki hubungan terhadap berbagai planet dan juga rasi bintang Ursa Mayor.[12][13]
Bangsa Maya, bintang-bintang, dan Bima Sakti
Bangsa Maya mengenal Bima Sakti sebagai sebuah jalan, sungai, atau tempat peristirahatan arwah yang telah meninggal. Namun, bukti-bukti sejarah juga menunjukan Bangsa Maya dengan kebudayaan yang lebih kontemporer memvisualisasikan Bima Sakti sebagai suatu ular raksasa, atau ditemukan juga ikonografi yang menggambarkan Bima Sakti sebagai reptil dari periode klasik Bangsa Maya (300-900 M).[9] "Monster Kosmis" Bima Sakti ini merupakan simbolisasi dari dunia bawah di peradaban Maya dimana monster ini tidak digambarkan sendiri sebagai suatu pita di langit melainkan bersama simbol-simbol lainnya seperti matahari, bulan, dan venus. Sebuah pita langit sebagai simbolisasi monster kosmis ini juga muncul pada kodex-kodex peradaban Maya praklasik, seperti pada Kodex Dresden dimana dewa dari planet Venus dipasangkan dengan dewa pertambahan usia. Kodex praklasi lainnya adalah kodeks Paris yang menggambarkan zodiak Bangsa Maya terdiri dari 13 konstelasi bintang yang menggambarkan, menunjukan lima konstelasi dengan nama hewan yang terletak pada pita langit ini.[9]
Di antara zodiak-zodiak tersebut, zodiak dengan yang diberi nama "kura-kura" merujuk pada bintang-bintang di konstelasi Orion, zodiak dengan nama "ular derik" merujuk pada suatu konstelasi yang mencangkup konstelasi Pleiades di dalamnya. Terdapat juga zodiak "kalajengking" yang merujuk pada bintang-bintang di rasi Scorpio di peradaban modern, dimana ini merupakan suatu kebetulan yang mengejutkan dan jarang terjadi. Zodiak-zodiak ini menyertai primbon Bangsa Maya yang terdiri dari 1820 hari dan terdiri dari 5 siklus setiap 364 hari, tiap siklusnya dibagi kedalam 28 hari, yang kemungkinan merujuk pada perubahan fase bulan.[9]
Kalender Bangsa Maya
Kalender Haab
Kalender Haab adalah kalender bangsa Maya dengan struktur paling menyerupai kalender Masehi.[14] Dengan 365 hari tiap tahunnya, sangat jelas bahwa kalender ini dibuat berdasarkan pengamatan matahari. Kalender ini dijuluki sebagai kalender "samar-samar" dikarenakan kalender ini tidak menyertakan penambahan hari sebagai kompensasi atas siklus matahari yang tidak tepat selama 365 hari/siklus.[15][14] Kalender Haab telah digunakan paling lama sejak kurun 100 SM dan dibuat sebagai penghubung dengan kalender Bangsa Maya lainnya yang bernama Tzolk'in. Sebagai tambahan, tidak dapat ditemukan penanggalan dalam kalender Haab yang berdiri sendiri tanpa disertai penanggalan lain dari kalender Tzolk'in dalam hieroglip peninggalan Bangsa Maya. Kombinasi penanggalan Haab dan Tzolk'in membuat sistem penanggalan yang lebih besar, yaitu satu siklusnya berumur 52 tahun. Sistem ini dinamakan Kalender Bulat dan tidak hanya digunakan oleh suku Maya namun juga oleh tiap suku lainnya di daerah Mesoamerika.[15][14]
Kalender Haab sendiri terdiri dari 19 bulan dengan setiap bulannya kecuali bulan terakhir terdiri dari 20 hari, bulan terakhir hanya terisi 5 hari. Setiap harinya direpresentasikan oleh kombinasi simbol-angka.[16][14] Hari pertama dalam tiap bulan dimulai dari "nol" (konsep yang telah dikenal Bangsa Maya saat itu). Lima hari terakhir dalam siklus tahunan kalender Haab dimasukan dalam bulan yang bernama Wayeb.[16] Kelima hari ini dianggap sebagai hari sial oleh kebudayaan maya, dan bukanlah hari untuk melakukan ritual-ritual tertentu ataupun melakukan perjalanan jauh dari rumah.[16][14] Hieroglip, nama, makna, dan urutan bulan dari Kalender Haab ditabulasikan pada tabel di bawah ini:
Bulan-bulan dalam kalender Haab beserta simbolnya secara berurutan.[17]
Kalender 260-/siklus bangsa Maya atau juga dikenal sebagai Kalender Tzolk'in, atau kalender sakral adalah kalender siklik tertua yang diketahui di daerah Mesoamerika, para ahli memperkirakan kalender ini telah ada sejak kurun tahun 600 SM.[18][19] Sementara terdapat beberapa ahli yang mencari basis astronomis dari kalender ini,[20] kebanyakan dari ahli sejarah setuju bahwa basis dari penanggalan kalender ini merupakan masa waktu kehamilan wanita yaitu selama sembilan bulan.[19] Sistem penanggalan Tzolk'in terdiri dari mekanisme yang melibatkan 13 angka yang kemudian dipasangkan dengan 20 nama hari.[20][19] Sistem penanggalan Tlozk'in erat kaitannya dengan astrologi kuno pada kebudayaan Maya saat itu. Setiap kombinasi dari angka dan simbol hari dianggap memiliki kelemahan atau kekuatan. Hari dimana seorang manusia lahir berdasarkan kalender Tzolk'in dapat menentukan takdir mereka ke depannya.[18][19][21]
Kalender ini tidak hanya digunakan oleh suku Maya di daerah Mesoamerika.[18] Kebudayaan lainnya seperti Aztec dan Zapotec juga menggunakan sistem penanggalan yang sama namun mereka memberikan nama yang berbeda untuk kalender ini. Suku Aztek menyebutnya Tonalpohulai dan suku Zapotek menyebutnya Piye.[19] Hingga kini, sistem penanggalan yang memiliki 260-hari ini, masih banyak digunakan pada berbagai komunitas suku Maya di dataran tinggi Guatemala dan Chiapas.[18] Kebanyakan masyarakat di daerah tersebut masih mengetahui hari ulang tahunnya berdasarrkan kalender ini.[18][19]
Berikut adalah urutan hari dalam kalender Tzolk'in:[22]
Urutan hari dalam Kalender Tzolk'in berdasarkan simbolnya
Urutan
Nomor
Nama
hari
Contoh
simbol
Urutan
Nomor
Nama
hari
Contoh
simbol
01
Imix'
11
Chuwen
02
Ik'
12
Eb'
03
Ak'b'al
13
B'en
04
K'an
14
Ix
05
Chikchan
15
Men
06
Kimi
16
K'ib'
07
Manik'
17
Kab'an
08
Lamat
18
Etz'nab'
09
Muluk
19
Kawak
10
Ok
20
Ajaw
Kalender Hitung Panjang
Kalender ini diberi nama Kalender Hitung Panjang dikarenakan tidak diketahui penamaan yang diberikan kebudayaan Maya terhadap kalender ini, dan juga dikarenakan satu siklus dari kalender ini sangat panjang yaitu selama 5126 tahun.[23] Penanggalan pertama dari kalender ini merujuk pada 11 Agustus 3114 SM, jika dikonversi dan dirunut kedalam kalender Masehi modern. Akhir dari siklus ini adalah pada tanggal 21 Desember 2012, yang kemudian menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat modern pada tahun tersebut.[23]
Kalender Hitung Panjang direpresentasikan sebagai lima sistem menurun — kin(hari), winal (bulan dengan 20 hari), tun(360 hari), k'atuns (20 tun), dan bak'tuns (20 k'atun). Perlu diperhatikan bahwa satu tun didefinisikan 360 hari dan diperhitungkan melalui cara yang berbeda dengan tahun Haab yang terdiri dari 365 hari. Sementara bagian terlama dari sistem Kalender Hitung Panjang diberi nama bak'tun dan dari cerita-cerita populer yang berkembang menyatakan alam semesta akan berakhir ketika Kalender hitung panjang telah mencapai 13 bak'tuns yaitu pada 21 Desember 2012.[23] Namun, banyak akhli yang menyarankan satu siklus dari Kalender Hitung panjang memiliki 20 ba'ktun sehingga merujuk pada interpretasi tersebut, alam semesta akan berakhir pada 13 Oktober 4772 Masehi. Perhitungan detail dari penanggalan Kalender Hitung Panjang ditabulasikan dalam tabel di bawah ini.[23]
Tabel unit-unit pada Kalender Hitung Panjang
Nama Unit
Periode
Hitung Panjang
Hari
Jumlah
Tahun Matahari
1 K'in
1
1 Winal
20 K'in
20
1 Tun
18 Winal
360
1
1 K'atun
20 Tun
7.200
20
1 B'ak'tun
20 K'atun
144.000
394
1 Piktun
20 B'ak'tun
2.880.000
7.885
1 Kalabtun
20 Piktun
57.600.000
157.704
1 K'inchiltun
20 Kalabtun
1.152.000.000
3.154.071
1 Alautun
20 K'inchiltun
23.040.000.000
63.081.429
Kaitan tata kota dan arsitektur Bangsa Maya dengan Astronomi
Meskipun terdapat sedikit keraguan di kalangan peneliti bahwasannya penataan kota-kota peradaban Bangsa Maya kuno memiliki keterkaitan dengan benda-benda atau fenomena yang terjadi di langit, diskusi-diskusi yang berkembang di kalangan peneliti tersebut masih mengharapkan hasil dari penelitian arkeoastronomi yang lebih akurat.[24][25]
Masyarakat Maya kuno di daerah (saat ini) Belize, Guatemala, Meksiko bagian tenggara, dan bagian Barat Honduras sering kali membuat komplek perkotaan dengan menempatkan berbagai jenis kuil di bagian tengahnya.[24][26] Struktur dari kuil-kuil tersebut sering kali menjadi fokus kajian investigatif arkeoastronomi dan telah menemukan berbagai keterkaitan kuil tersebut dengan kehidupan masyarakat Maya di masa lampau seperti diantaranya sebagai, "tempat tinggal para dewa", tempat penyembahan, panggung untuk berbagai ritual kepercayaan, tempat menaruh korban persembahan, bahkan sebagai pasar untuk menempatkan dan mendistribusikan kembali suatu barang-barang. Selain itu, kuil-kuil ini juga berfungsi sebagai panggung kompetisi politik dari bangsawan-bangsawan Maya.[26]
Penempatan bangunan, dan pengaturan posisi bangunan tersebut di situs-situs Maya kuno, diinterpretasikan oleh berbagai peneliti sebagai ekspresi kebudayaan Maya terhadap keteraturan alam semesta ataupun perintah politik.[26] Kosmologi dianggap sebagai faktor penting dalam pembangunan rancang struktur dan ruang dari suatu bangunan. Faktor selain yang berkaitan dengan kosmologi, seperti sejarah perpolitikan di kota-kota kuno bangsa Maya turut mempengaruhi perencanaan kota dan pengaturan spasial dari bangunan-bangunan yang terdapat di kota tersebut.[24] Namun, pengaitan rancang bangun dari kuil-kuil Bangsa Maya lebih jauh untuk membentuk suatu kosmogram masih dipertanyakan dan mendapat berbagai kritik di kalangan para ahli.[26][24]
Ruggles, C.L.N. (2005). An Encyclopedia of Cosmologies and Myth : Ancient Astronomy (dalam bahasa Inggris). ABC-Clio. ISBN1-85109-477-6.
Ruggles, Clive L. N., ed. (2014). The Handbook of Archaeoastronomy and Ethnoastronomy (dalam bahasa Inggris). New York: Springer. ISBN978-1-4614-6140-1. Kumpulan jurnal, tiga volume; 217 artikel.
Selin, Helaine. (2000). Science Across Culture : The History of Non-Western Science (dalam bahasa Inggris). (I) Archaeoastronomy Across Culture. Springer-Science+Business Media, B.V. ISBN978-94-011-4179-6.