Efesus 5
Efesus 5 (disingkat Ef 5) adalah pasal kelima Surat Paulus kepada Jemaat di Efesus dalam Perjanjian Baru di Alkitab Kristen.[1][2] Digubah oleh rasul Paulus.[3] Teks
StrukturPembagian isi pasal:
Ayat 5
Rasul Paulus, seperti halnya jemaat Efesus, tahu dengan pasti bahwa semua orang (baik anggota gereja maupun tidak) yang cabul, tidak kudus, atau serakah (yaitu, lebih mengasihi materi daripada Allah) dilarang masuk Kerajaan Kristus. Hal ini diajarkan dengan keyakinan kuat oleh nabi-nabi dalam Perjanjian Lama (Yeremia 8:7; Yeremia 23:17; Yehezkiel 13:10) dan para rasul dan gereja Perjanjian Baru (lihat 1 Korintus 6:9; Galatia 5:21). Orang yang melakukan dosa-dosa tersebut memberikan bukti yang jelas bahwa mereka tidak diselamatkan, tidak memiliki hidup Allah, dan terpisah dari hidup kekal (lihat Yohanes 8:42; 1Yoh 3:15).[5] Ayat 21
Saling merendahkan diri di dalam Kristus adalah suatu prinsip rohani yang umum. Prinsip ini harus diterapkan pertama-tama dalam keluarga Kristen. Ketundukan, kerendahan hati, kelembutan, kesabaran, dan toleransi harus merupakan ciri khas dari setiap anggota keluarga Kristen.[5] Ayat 22
Istri memperoleh tugas yang diberikan Allah untuk membantu dan tunduk kepada suaminya (Efesus 5:22-24). Kewajibannya kepada suami meliputi kasih (Titus 2:4), hormat (Ef 5:33; 1Pet 3:1–2), bantuan (Kej 2:18), kesucian (Titus 2:5; 1Pet 3:2), sikap tunduk (Efesus 5:22; 1Pet 3:5), pengembangan roh yang lembut dan tenang (1Pet 3:4), dan menjadi seorang ibu (Titus 2:4) dan pengatur rumah tangga yang baik (1Tim 2:15; 5:14; Tit 2:5). Tunduknya seorang istri kepada suaminya dilihat oleh Allah sebagai bagian dari ketaatannya kepada Yesus, "seperti kepada Tuhan" (juga lihat Gal 3:28; 1Tim 2:13; 1Tim 2:15; Tit 2:4).[5] Ayat 23
Allah telah menetapkan keluarga sebagai kesatuan dasar sebuah masyarakat. Setiap keluarga harus memiliki seorang pemimpin. Oleh karena itu, Allah telah menyerahkan kepada suami tanggung jawab menjadi kepala istri dan keluarga (Efesus 5:23–33; 6:4). Kepemimpinannya itu harus dilaksanakan di dalam kasih, kelembutan, dan tenggang rasa terhadap istri dan keluarganya (Efesus 5:25–30; 6:4). Tanggung jawab suami yang diberikan Allah sebagai "kepala istri" meliputi:
Ayat 24
Ayat 28
Seorang "istri" adalah "satu daging" dengan "suami"-nya, sehingga bukan lagi "orang lain" atau "sesama", melainkan sama seperti "diri sendiri", sebagaimana tertulis dalam ayat 31, yang dikutip dari Kejadian 2:24. Ayat 31
Kutipan verbatim dari Kejadian 2:24, yang juga pernah dikutip oleh Yesus Kristus (Matius 19:5; Markus 10:7–8) dan Paulus sendiri di suratnya yang lain (1 Korintus 6:16). Ayat 32Rahasia yang dimaksudkan adalah ayat sebelumnya (ayat 31), yang mengandung makna bahwa Yesus Kristus rela meninggalkan rumah Bapa-Nya dan kemuliaan sorga untuk datang ke dunia menyelamatkan "istri" atau "mempelai perempuan"-Nya yang telah jatuh dalam dosa dan "najis", dengan penebusan dosa melalui kematian-Nya di atas kayu salib, supaya kemudian kedua pihak dapat menjadi satu selama-lamanya.[13] Lihat pula
Referensi
Pranala luar
|