Garrya Bianti Yogyakarta adalah hotel mewah yang terletak di Sleman, Yogyakarta. Hotel yang dibuka pada tahun 2023 ini berada di tepi Sungai Denggung, Dusun Gabugan, di hamparan sawah antara Sleman dan Gunung Merapi, dan mengusung tema sanggraloka vila yang terinspirasi oleh peradaban Jawa.[1] Hotel ini dikelola oleh Banyan Group, sebuah perusahaan penyantunan asal Singapura yang mengedepankan kesejahteraan hidup dalam properti yang mereka bawahi.[2] Hotel ini merupakan gebrakan pertama Banyan Group di Pulau Jawa sekaligus properti pertama di Indonesia yang mengibarkan bendera Garrya.[3][4] Garrya Bianti Yogyakarta dimiliki oleh PT Dion Putra Bintang.[5]
Sejarah
Proyek hotel Banyan Group di Sleman sudah mulai dikerjakan sejak tahun 2017.[5] Banyan Group awalnya hendak membuka hotel ini dengan nama Dhawa. Merujuk pada tanaman dari India yang biasa digunakan untuk penyamakan dan pembakaran (Terminalia anogeissiana, sekerabat dengan Terminalia catappa atau lebih dikenal dengan nama ketapang), Dhawa adalah merek untuk hotel-hotel dengan desain luwes dan terletak di destinasi-destinasi unik.[6] Properti pertama Dhawa, Dhawa Cayo Santa Maria, diluncurkan setahun sebelumnya di Kuba.[7] Pada tahun 2020, berita mengenai hotel Banyan Group di Yogyakarta pertama kali disebutkan, ketika mereka mengumumkan sejumlah properti di Indonesia, salah satunya adalah properti Dhawa yang terletak dekat dengan Candi Borobudur.[8] Pada bulan April 2023, Banyan Group secara resmi mengumumkan pembangunan hotel di Yogyakarta di bawah merek Garrya.[9] Merujuk pada jenis tanaman hiasan asal benua Amerika (bagian dari famili Garryaceae), Garrya ditujukan untuk hotel-hotel minimalis di destinasi negara berkembang.[6] Hotel ini dibuka pada tanggal 24 Oktober 2023.[10]
Arsitektur
Garrya Bianti Yogyakarta dirancang oleh Arte Architects & Associates, sementara interior digarap oleh Casa Studio, dua-duanya merupakan biro arsitek asal Denpasar. Hotel ini langsung dapat dikenali oleh rancangannya yang terkesan antik. Terinspirasi oleh Kotagede, ibu kota dari Kesultanan Mataram, bangunan hotel dibangun murni dari batu bata terakota dan kayu jati. Untuk vila tamu, rancangan lebih condong ke gaya Candi Sukuh, terutama dari segi desain mirip piramida bertingkat, sementara penataannya berundak seperti sawah sengkedan. Nampak eksterior diimbangi oleh interior yang disebutkan oleh majalah DestinAsian Indonesia sebagai "demonstrasi akan kualitas kriya kayu Indonesia". Pintu, lantai, perabot, dan dek kolam renang didominasi bahan kayu solid. Peragaan paling eksesif terlihat di tepas, di mana sisi dalam atapnya dibalut kayu dengan detail yang impresif.[4]
Fasilitas
Garrya Bianti Yogyakarta memiliki jumlah kamar sebanyak 24, keseluruhannya adalah vila mewah dengan kolam renang pribadi. Terdapat 5 tipe kamar: Pool View Villa (menghadap kolam renang umum), River View Villa (menghadap Sungai Denggung), Sunset View Villa (menghadap barat), Wellbeing Sanctuary Villa (menghadap Sungai Denggung, menyediakan alat olah raga), dan Two-Bedroom Villa (dua kamar tidur, menghadap barat). Nampaknya sebagai penonjolan Banyan Group sebagai perusahaan yang mengedepankan kesejahteraan hidup, pelayanan pijat singkat ditawarkan bagi tamu yang melapor masuk, dan setiap vila memiliki matras untuk kegiatan yoga dan karet resistance band. Hotel menyediakan 2 rumah makan (Kopi Zop, Refresh), kolam renang umum, spa, pusat kebugaran, ruang rapat, toko pernak-pernik, dan rangkaian kegiatan di dalam dan luar hotel, seperti tur ke Kotagede dan Candi Prambanan, kelas semadi dan yoga, dan belajar membatik.[11]
Rujukan
Pranala luar