Heksanit adalah bahan peledak militer Jerman yang dapat dituang dan dikembangkan pada awal abad ke-20 sebelum Perang Dunia Pertama untuk Kaiserliche Marine, yang dimaksudkan untuk menambah persediaan trinitrotoluena (TNT), yang saat itu persediaannya terbatas. Heksanit sedikit kurang kuat daripada TNT. Rumus heksanit yang paling umum (berdasarkan berat) adalah 60% TNT dan 40% heksanitrodifenilamin.
Biasanya, heksanit digunakan dalam senjata angkatan laut bawah air, misalnya hulu ledak untuk torpedo seri G7a dan G7e dan muatan peledak utama seberat 300 kilogram (660 pon) dalam ranjau magnetik "EMF" yang mengapung dan ditambatkan dalam wadah aluminium yang dapat dipasang oleh kapal selam di kedalaman air 200, 300, atau 500 meter (110, 160, atau 270 depa).
[1][2][3][4][5][6][7]
Bahan peledak ini dianggap sudah tidak digunakan lagi, jadi amunisi berisi heksanit yang ditemukan akan berupa persenjataan yang belum meledak dari Perang Dunia II.
Jepang menggunakan bahan peledak ini dalam Perang Dunia II sebagai jenis senyawa peledak 97 dan 98.
Lihat pula
Referensi