Syekh Sayyid Jumadil Qubro [1]atau
Jamaluddin Akbar al-Husaini atau Maulana Husain Jumadil Kubro berasal dari Samarkand, Uzbekistan, Asia Tengah. Ia diyakini sebagai keturunan ke-10 dari al-Husain, cucu Nabi Muhammad SAW. Beliau meninggal Di Komplek Makam Sentonorejo di Trowulan ,Kabupaten Mojokerto [2].
Petilasan
Petilasan-(maqam)-nya dilaporkan ada di beberapa tempat, yaitu di Semarang[3], Wajo, dan di Dusun Turgo (dekat Plawangan, Kaliurang), Desa Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman. Ia berdakwah di bekas area Kotaraja Majapahit dan akhirnya wafat dan di makamkan di Desa Sentonorejo,Kecamatan Trowulan ,Kabupaten Mojokerto[4][5].
Syiar Islam
Pada awalnya, Syekh Jumadil Qubro dan kedua anaknya, Maulana Ibrahim Asmoroqondi, Abdullah Asy'ari, dan Maulana Ishaq, datang ke pulau Jawa. Setelah itu mereka berpisah; Syekh Jumadil Qubro berdakwah di Trowulan[6] ,lalu putranya Maulana Ibrahim Asmoroqondi pernah ke champa untuk mengislamkan champa setelah itu kembali ke tuban dan wafat di tuban .sementara adiknya Maulana Ishaq pergi ke Aceh dan mengislamkan Samudra Pasai.[butuh rujukan]
Turunan
Bila demikian, beberapa Walisongo, yaitu Sunan Ampel (Raden Rahmat) dan Sunan Giri (Raden Paku) adalah cucunya. Sunan Bonang dan Sunan Drajad adalah buyutnya. Sunan Kudus adalah cicitnya (keturunan keempat). Jadi bisa dikatakan bahwa para Walisongo merupakan keturunan etnis Uzbek.[butuh rujukan]
Hubungan dengan Laksamana Cheng Ho
Menurut catatan di Goa Batu, Semarang, tujuh dari sembilan para Walisongo adalah keluarga dan rekan Panglima Cheng Ho yang juga berasal Xin Kiang (Xinjiang), sekarang berada di wilayah Tiongkok.[butuh rujukan]
Referensi