Petrus Lim Bak Meng (22 September 1908 – 30 April 1981) (Petrus Limbung) adalah seorang pejuang dari Kalimantan Barat dan politisi Partai Persatuan Dayak. Namanya terkenal pada tahun 40 sampai 70an, karena ia banyak menempati jabatan penting di Kalimantan Barat.[1]
Pada tahun 1950, Partai Dayak kekurangan dana untuk kongres partai. Lim Bak Meng membuat sebuah perusahaan perdagangan kecil, tetapi perusahaan ini tidak sukses yang namanya NV Tjemara. Perusahaan ini ia buat untuk mendanai kongres Partai Dayak pada tahun itu.[5] Partai ini sudah melakukan 2 upaya lain, yakni mengharapkan bantuan relawan dan membuat suatu kebijakan lain, yakni 3 persen PNS Dayak disuruh untuk memberikan 3% gaji mereka untuk pendanaan ini.[5]
Pada 1951 ia menjadi anggota KMK Kalbar. Tahun 1952 ia mendirikan Partai Katolik Komisariat Kalbar dan memegang jabatan Ketua I.[1] Partai ini kemudian menjadi salah satu yang paling diperhitungkan di Kalbar saat itu. Kemudian, pada 20 Mei1958 dia menjadi anggota Dewan Pleno Front Nasional Pembebasan Irian Barat di daerah Kalimantan Barat. Dia juga tercatat sebagai pendiri klinik “Kharitas Bhakti”, yang sekarang dikenal sebagai RS Kharitas Bhakti di Pontianak.[6]
Pada tanggal 6 November1958, ia dilantik oleh Mendagri sewaktu itu, Sanusi Hardjadinata sebagai anggota DPRD Kalbar bersama kesebelas kawannya yang lain[Note 1] dari PPD.[7] Tahun 1959, ia disumpah menjadi angora Dewan Daerah Swatantra Tingkat I Kalbar. Pada tahun ini pula, ia menjadi Pembina Lembaga Kesatuan Bangsa.[1]
Pada tahun 1960, sewaktu Konfrontasi Indonesia-Malaysia, ia diutus ke Sarawak untuk menjajaki kekuatan Belanda. Dan menjadi spionase tentu saja mesti total. Saat pergolakan G30S yang membawa-bawa nama PKI, PGRS, dan Paraku, ia ditunjuk oleh Pangdam Tanjungpura saat itu, AS Witono untuk memimpin misi sosial dan gerakan pembauran etnis Tionghoa. Peralihan Orde Lama ke Orde Lama banyak memeras tenaganya.[1]
Pada masa Orde Baru, ia diharuskan mengganti nama, dari nama Tionghoa ke nama yang lebih Indonesia. Pada masa 1970-an ia lebih dikenal dengan nama Petrus Limbung. Petrus adalah nama baptisnya, sedangkan Limbung adalah desa kelahirannya. Ia masih aktif di perpolitikan sampai pertengahan tahun 1970-an. Jabatan terakhirnya adalah Ketua V Golkar Kalbar.[1]
Masa tua dan meninggal
Pada masa tuanya, ia tak pernah menerima penghargaan, materi, atau piagam apapun. Bahkan saat pihak keluarga ingin mengambil uang pensiun, mereka pun ditolak. Keluarga Lim masih memegang SK itu, tetapi SK tersebut ditolak dengan berbagai alasan.[1] Pada tahun 1981, keluarga Lim dikecewakan oleh kepemimpinan wali kotaT.B. Hisny Halir, pemerintah Kota Pontianak tidak pernah memberikan pengakuan atau santunan seperti tokoh pejuang Kalbar lainnya.[6]
Ia meninggal pada 30 April1981 di Pontianak. Tepatnya, ia meninggal di rumahnya, Jalan Juanda (sekarang pusat bisnis).[1]
^Kesebelas orang itu selain dirinya dalam file DPRD Kalimantan Barat selain dirinya antara lain adalah:Isidorus Kaping, Victor Oendong, Saijan bin Tiong, J.A.M. Linggi, M. Andjioe, PF. Bantang, O. Djampi, M. Taufik Lombok, St. Ngo Lahay, S. Massoeka Janting, dan Oevaang Oeray.[7]