Long Range Desert Group (LRDG) adalah unit pasukan khusus yang dimiliki oleh Inggris sebagai reaksi untuk melawan pendudukan Italia yang merebut negara-negara jajahan Inggris di Afrika Utara selama Perang Dunia II.[1][2]
Saat Perang Dunia II meletus, armored scout car hanya berfungsi sebagai kendaraan patroli, bukan kendaraan tempur, karena Jerman dan Italia sudah menggunakan tank kelas medium, seperti Panzer IV untuk menghadapi Front Afrika. Namun, tank-tank itu terkadang menemui kendala karena medan yang berat dan jauhnya pusat reparasi jika terjadi kerusakan, oleh karena itu Inggris menyiasatinya dengan membentuk sebuah unit pasukan khusus dengan kendaraan ringan, dari sinilah LRDG lahir.[5][6]
Persenjataan dan Perlengkapan
Sebagai unit pasukan khusus yang mengutamakan gerakan cepat, unit-unit LRDG dibekali dengan persenjataan dan kendaraan ringan, bukan berat seperti Tank Churchill ataupun tank ringan Tank Stuart. LRDG dibekali kendaraan tempur mobil jenis offroad yang dipasok oleh perusahaan mobil Amerika Serikat, Ford dan Chevrolet. Kendaraan offroad itu kemudian dilengkapi dengan senapan mesinVickers K dan Lewis cal. 303 dan terkadang juga senapan mesin yang bisa dibawa (deployable) seperti M2 Browning dan BREN LRG.[7][8]
Misi-Misi LRDG
Seperti yang telah menjadi latarbelakang pendirian LRDG, yaitu sebagai unit tempur khusus di Front Afrika selama Perang Dunia II, terutama untuk menghadapi pasukan Italia dan Korps AfrikaJerman. Misi-misi yang dilakukan LRDG kebanyakan memang dilakukan di Afrika Utara, seperti Mesir, Gurun Sahara, Maroko, Tunisia, dan Libya, tetapi beberapa misi juga dilakukan di wilayah Balkan (Yugoslavia dan Albania) karena spesifikasi unit LRDG (khususnya kemampuan mengintai dan menyelinap) yang sangat berguna untuk membantu kelompok Partisan.[9]
Di front Afrika sendiri LRDG banyak membantu kesuksesan misi Sekutu, seperti mengawasi dan memutus rantai komunikasi pasukan Jerman dan Italia di Libya, yang menyebabkan pasukan Poros banyak mengalami kekalahan di Afrika, dan bahkan hingga membuat seorang Panglima Korps Afrika, Marsekal Erwin Rommel kalah dan pasukan Korps Afrika mengalami demoralisasi yang luar biasa.[10] Setelah kalahnya pasukan Poros di Afrika Utara, LRDG lebih dikonsentrasikan untuk bertugas di Yunani dan Balkan.[11]
Referensi
^M. Daud Darmawan, Pasukan Elit Perang Dunia II, (Yogyakarta: Pinus, 2008) hal. 87