Share to:

Mahang

Mahang
Mahang damar, Macaranga triloba
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Klad: Tracheophyta
Klad: Angiospermae
Klad: Eudikotil
Klad: Rosid
Ordo:
Famili:
Subfamili:
Tribus:
Subtribus:
Macaranginae
Genus:
Macaranga

Spesies tipe
Macaranga mauritiana
Bojer ex Baill.[2]
Sinonim[3]

Mahang[4] atau mara adalah nama umum bagi jenis-jenis pohon atau perdu dari genus Macaranga, anggota famili Euphorbiaceae. Marga besar (terdiri lebih dari 300 spesies) ini merupakan satu-satunya anggota anak-bangsa (subtribus) Macaranginae, dan menyebar luas di wilayah tropika Dunia Lama.

Mahang dikenal luas sebagai penyusun penting hutan-hutan sekunder; bertindak sebagai pionir dalam proses peralihan dari lahan terbuka atau bekas ladang menjadi hutan rimba, yakni proses yang dikenal sebagai suksesi hutan. Sebagian jenis-jenis mahang juga diketahui bersimbiosis dengan jenis-jenis semut tertentu (terutama dari marga Crematogaster), yang hidup di dalam rongga batang atau ranting-rantingnya.

Beberapa jenis mahang menghasilkan kayu ringan, dan beberapa yang lain lagi menghasilkan tanin serta zat-zat lain yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat tradisional.

Pengenalan

Mahang biasanya berupa pohon kecil, tinggi hingga 15 m, hanya kadang-kadang mencapai 20(–30) m; atau berupa perdu setinggi 2 m, jarang berupa semak atau liana (pemanjat); acap kali bercabang banyak; batang dan ranting kadang kala berduri; biasanya berumah dua (dioesis).[5] Pepagan halus, keabu-abuan, dan terutama pada ranting, dengan cincin-cincin bekas daun penumpu.[5] Ranting-ranting ramping hingga kekar; berongga pada beberapa spesies, yang dihuni oleh semut.[5] Indumentum, jika ada, berupa rambut-rambut tunggal yang pendek atau berupa sisik-sisik kelanjar, keputihan hingga kemerahan.[6]

Daun-daun tunggal, tersusun dalam spiral (tersebar). Daun penumpu berpasangan atau, pada beberapa spesies, menyatu sehingga terlihat tunggal; bertepi rata; ramping panjang hingga besar serupa daun; tegak, terbentang, atau melekuk balik; sering kali lekas gugur, yang terkadang meninggalkan lampang (bekas) yang jelas; kadang-kadang dengan butiran bertepung pada jenis yang berasosiasi dengan semut. Tangkai daun (petiolus) pendek hingga panjang melebihi panjang daun; kadang-kadang membesar (Jw.: mbendol) pada pangkal, ujung, atau kedua-duanya; kadang-kadang menancap di tengah helaian daun (peltatus, bentuk perisai). Helaian daun tipis sebagai kertas atau agak tebal serupa jangat; pangkalnya lancip (cuneatus), membundar (rotundus), bentuk jantung (cordatus), atau dengan cuping tumpang-tindih (cordulatus); kadang kala bentuk perisai; kadang kala dengan ujung lancip (acutus), meluncip (acuminatus), meluncip panjang atau berekor (caudatus); sisi atas helaian (adaxial) biasanya lokos, sesekali berambut pendek di tulang daun utama dekat pangkal; sisi bawah helaian (abaxial) hampir selalu tertutupi oleh bintik-bintik kelenjar yang halus, keemasan hingga kehitaman, rapat-rapat hingga jarang; lokos atau berambut pendek terutama pada pertulangan daun; atau, jarang-jarang, tertutup lapisan lilin. Pertulangan daun menyirip, menyirip dengan tambahan sepasang tulang daun utama pada perlekatan tangkai daun, atau menjari; dengan pertulangan berpola sarang laba-laba, atau banyak tulang daun utama menyebar dari titik perlekatan tangkai daun. Sering dengan kelenjar; di dekat pangkal ibu tulang daun, pada lembaran daun atau di tepinya; atau di tepi lembaran daun pada ujung-ujung tulang daun sekunder.[5]

Perbungaan terletak di ketiak, pada antara atau di belakang daun; pendek atau terkadang lebih panjang daripada daun; dalam bulir (spica), tandan (racemosum) atau malai (paniculum); sampai dengan 4 ordo percabangan, karangan bunga jantan biasanya lebih bercabang-cabang. Bunga berkumpul dalam kelompok berisi sedikit atau banyak kuntum; terlindung oleh daun pelindung yang berbentuk lembaran serupa daun, tipis seperti kertas hingga tebal berdaging, kecil hingga > 1 cm, tepinya rata hingga bercangap, kadang-kadang berkelenjar, kebanyakan tidak rontok. Kuntum bunga kecil, jarang > 1 mm besarnya, duduk atau bertangkai; kelopak menyatu atau 2 atau 3; mahkota dan piringan tak ada; pada bunga jantan: benang sari 1-banyak, kepala sari beruang 2-4, memecah; pada bunga betina: bakal buahnya tunggal, dengan 1-5 ruang, masing-masing berisi 1 bakal biji, putiknya panjang atau pendek, kepala putik plumosus.[5]

Buah kotak beruang 1-5, bertangkai atau duduk; dengan aneka bentuk. Biji hampir bulat, halus, berlekuk-lekuk, hingga kasar permukaannya, dengan atau tanpa arilus yang kemerahan warnanya.[5]

Agihan dan ekologi

Sejenis merbah hinggap di dahan Macaranga yang sedang berbuah
Merkubung, Macaranga gigantea
Haleki daun besar, Macaranga hispida
Hulumutu, Macaranga mappa
Macaranga peltata
Mara, Macaranga tanarius
Sapat kecil, Macaranga trichocarpa
Malai buah muda kayu sepat, Macaranga triloba

Mahang merupakan jenis-jenis asli untuk wilayah-wilayah Afrika, Asia, Australasia, serta pulau-pulau di Samudra Hindia dan Pasifik.[3] Tumbuhan ini kebanyakan dikenal sebagai jenis-jenis pohon pionir,[7] yang segera menginvasi aneka bagian hutan yang dibuka oleh manusia, membentuk hutan sekunder bahkan terkadang dalam rupa tegakan murni.[8] Dari 26 spesies yang tercatat dari Semenanjung Malaya, 20 spesiesnya ditemukan tumbuh di tepi-tepi jalan, dan 18 di antaranya dalam kelompok-kelompok besar.[7]

Telah sejak lama diketahui bahwa beberapa jenis mahang berasosiasi dengan semut, kebanyakan dari marga Crematogaster (Decacrema) seperti misalnya C. borneensis, untuk meningkatkan daya kompetisinya.[8] Semut-semut ini tinggal dan membentuk koloni di dalam rongga batang atau ranting mahang, dan 'memelihara' sejenis kutu daun di dalam atau di luar rongga batang itu, yang pada saatnya menghasilkan semacam gula yang disukai semut. Sebagai imbalan atas tempat tinggal itu, semut akan menyerang aneka serangga pengganggu yang menghamai pohon inangnya; bahkan juga semut akan merusak tumbuhan merambat yang membelit batang atau ranting inangnya, sehingga memungkinkan pohon inang itu tumbuh lebih sehat dan lebih kompetitif.[9][10]

Banyak jenis mahang yang menghasilkan buah yang disukai burung. Sebaliknya, diperoleh indikasi bahwa pemencaran mahang ini dibantu oleh pelbagai jenis burung pemakan buah, di antaranya oleh punai gading (Treron vernans).[8]

Spesies

Macaranga pertama kali dideskripsi sebagai genus pada tahun 1908, berdasarkan suatu spesimen yang dikoleksi dari Mauritius.[1][2] Sejauh ini, The Plant List dan juga World Flora Online telah mendaftar sebanyak 308 spesies (POWO:[11] 306 spp.) yang diakui sebagai anggota marga Macaranga.[12][13] Beberapa banyak yang dijumpai di Indonesia, di antaranya:[5]

Manfaat

Kayu

Beberapa jenis Macaranga menghasilkan kayu ringan yang diperdagangkan dengan nama mahang. Kayu ini umumnya memiliki densitas yang berkisar antara 270-500(-590) kg/m³ pada kadar air 15%; akan tetapi beberapa spesies di antaranya dapat memiliki kayu yang lebih berat, misalnya M. lowii (mencapai 800–815 kg/m³) dan M. involucrata (hingga lebih dari 830 kg/m³). Kayu terasnya berwarna kuning-cokelat pucat hingga cokelat atau abu-abu cokelat pucat, terkadang dengan saputan warna jambon; tidak jelas terbedakan dari kayu gubalnya. Seratnya lurus atau agak berpilin; teksturnya agak halus hingga agak kasar, merata; serta, permukaan yang diserut tampak mengilap. Kayu ini memiliki sifat kembang-susut yang tergolong sedang; dan dalam proses pengeringan, kayu mahang rawan serangan serangga serta jamur noda kayu (sap-stain). Kayu mahang tergolong kurang awet.[14]

Kayu mahang dipakai secara lokal untuk konstruksi rumah, khususnya pada bagian yang tidak bersentuhan dengan tanah. Untuk kerangka-kerangka ringan dalam rumah, lis, peti-peti kayu, semah-semah perahu, dan juga batang korek api. Kayu mahang baik pula untuk bahan kerajinan kayu, tiang-tiang rambatan lada dan lain-lain. Kayu ini dinilai baik untuk dijadikan kayu lapis, papan partikel, papan semen, serta pulp; bahkan juga untuk kayu bakar.[14]

Lain-lain

Pepagan dan kulit buah beberapa spesies mahang (misalnya M. indica) menghasilkan gum, semacam resin, disebut kino atau selaru, yang dapat dipakai sebagai perekat. Dari pepagan beberapa jenisnya juga dihasilkan tanin untuk mengubar jala; sementara lulupnya dapat dianyam untuk membuat tambang kecil.[14]

Daun dan akar beberapa jenis mahang direbus untuk memperoleh bahan obat tradisional bagi penyakit-penyakit seperti diare, disentri, demam, untuk membersihkan luka, dan sebagai jamu setelah melahirkan. Daun-daun mahang, terutama dari jenis-jenis yang berdaun besar seperti M. gigantea dan M. mappa, acap dimanfaatkan untuk membungkus makanan dan lain-lain.[14]

Penelitian pada beberapa tahun terakhir mengungkapkan bahwa marga Macaranga diketahui menghasilkan sejumlah senyawa fenol, khususnya flavonoid dan stilbenoid. Dari daun-daun M. rhizinoides, misalnya, telah dapat diekstrak kandungan dua macam senyawa flavonol, yaitu salah satu bentuk senyawa turunan flavonoid, yang dikenali sebagai macarhizinoidin A dan B. Kedua macam senyawa flavonol ini terdeteksi memiliki efek sitotoksik terhadap leukemia pada hewan percobaan tikus.[15]

Kandungan senyawa kimia yang berpotensi mencegah kanker semacam itu juga telah berhasil diisolasi dari beberapa jenis Macaranga yang lain seperti dari M. alnifolia,[16] M. gigantea,[17] M. pruinosa,[18] M. recurvata,[19] M. tanarius,[20] M. trichocarpa,[21] dan M. triloba.[22]

Referensi

  1. ^ a b Du Petit-Thouars, L. 1806. Genera nova madagascariensia secundum methodum jussiaeanam disposita. Paris. 29pp
  2. ^ a b Tropicos: genus Macaranga
  3. ^ a b RBG Kew - WCSP: Macaranga Thouars
  4. ^ KBBI Daring: mahang
  5. ^ a b c d e f g Whitmore, T.C. et al. (nd). "67. Macaranga". in: Malesian Euphorbiaceae Descriptions of Flora Malesiana (Prodromus).
  6. ^ Flora of China: 25. Macaranga Du Petit-Thouars
  7. ^ a b Whitmore, T.C. 1984. Tropical rain forest of the Far East: 84. Oxford:Clarendon Press.
  8. ^ a b c Baker, J.A. 1934. "Notes on the biology of Macaranga spp." Garden's Bulletin, Straits Settlement vol. VIII(1): 63-8, pl. XI-XV
  9. ^ Fiala, B., U. Maschwitz, & Y-P. Tha. 1991. "The association between Macaranga trees and ants in southeast Asia". in E.R. Huxley & D.F. Cutler (Eds.) Ant-Plant Interactions: 263–70. Oxford:Oxford University Press.
  10. ^ Federle, W.; Maschwitz, U.; Fiala, B. (1998). "The two-partner ant-plant system of Camponotus (Colobopsis) sp. 1 and Macaranga puncticulata (Euphorbiaceae): Natural history of the exceptional ant partner". Insectes Sociaux. 45 (1): 1–16. doi:10.1007/s000400050064. 
  11. ^ Plants of the World Online: Macaranga Thouars, diakses pada 06 Jul 2021
  12. ^ The Plant List: Macaranga, diakses pada 06 Jul 2021
  13. ^ World Flora Online: Macaranga Thouars, diakses pada 06 Jul 2021
  14. ^ a b c d Lim, S.C. 1998. "Macaranga Thouars". in MSM. Sosef, LT. Hong, & S. Prawirohatmodjo (Eds.) Plant Resources of South-East Asia 5(3) (Timber trees: Lesser-known timbers): 340-4. Bogor: PROSEA Foundation.
  15. ^ Tanjung, M., D. Mujahidin, E.H. Hakim, A. Darmawan, & Y.M. Syah. 2010. "Geranylated flavonols from Macaranga rhizinoides". Nat. Prod. Commun. 5(8): 1209-11. (Aug 2010)
  16. ^ Yoder, BJ., S Cao, A Norris, JS Miller, F Ratovoson, J Razafitsalama, R Andriantsiferana, VE Rasamison, DGI Kingston. 2007. "Antiproliferative prenylated stilbenes and flavonoids from Macaranga alnifolia from the Madagascar rainforest". Journal of Natural Products, 70: 342-6.
  17. ^ Tanjung M, EH Hakim, D Mujahidin, M Hanafi, YM Syah. 2009. "Macagigantin, a farnesylated flavonol from Macaranga gigantea". Journal of Asian Natural Products Research, 11: 929-32.
  18. ^ Syah, Y.M., E.L. Ghisalberti. 2010. "Phenolic derivatives with an irregular sesquiterpenyl side chain from Macaranga pruinosa". Natural Product Communications, 5: 219-22.
  19. ^ Tanjung, M., E.H. Hakim, Elfahmi, J. Latip, & Y.M. Syah. 2012. "Dihydroflavonol and flavonol derivatives from Macaranga recurvata". Natural Product Communications, 7(10): 1309-10.
  20. ^ Kawakami S., L. Harinantenaina, Matsunami K, Otsuka H, Shinzato T, Takeda Y. 2008. "Macaflavanones A-G, prenylated flavanones from the leaves of Macaranga tanarius". Journal of Natural Products, 71: 1872-6.
  21. ^ Syah, YM., EH. Hakim, SA. Achmad, M. Hanafi, EL. Ghisalberti. 2009. "Isoprenylated flavanones and dihydrochalcones from Macaranga trichocarpa". Natural Product Communications, 4: 63-7.
  22. ^ Jang, DS., M. Cuendet, AD. Pawlus, LB. Kardono, K. Kawanishi, NR. Farnsworth, HH. Fong, JM. Pezzuto, & AD. Kinghorn. 2004. "Potential cancer chemopreventive constituents of the leaves of Macaranga triloba". Phytochemistry, 65(3): 345-50 (Feb 2004). (abstrak)

Pranala luar

Kembali kehalaman sebelumnya