Pegunungan Huoyan (Hanzi: 火焰山; Pinyin: huǒyànshān, "Pegunungan Membara") atau Pegunungan Gaochang adalah sebuah pegunungan atau perbukitan batu pasir merah di Tian Shan, Xinjiang, China. Huoyan Shan terltak di dekat batas utara dari Gurun Taklamakan di sebelah timur Kota Turpan. Proses erosi yang terjadi di Huoyan menyebabkan terbentuknya parit dan lembah yang menampakkan batuan dasar batu pasir merah dan memberi kesan api di pegunungan pada jam-jam tertentu.
Pegunungan Huoyan terbentang dari barat ke timur kurang lebih sepanjang 100 km dengan lebar 5–10 km di bagian tengah Cekungan Turpan. Ketinggian rata-rata Pegunungan Huoyan adalah 500 m (1.600 ft) dengan beberapa puncak melebihi ketinggian 800 m (2.600 ft). Iklim di wilayah pegunungan dicirikan dengan musim panas yang bersuhu sangat tinggi. Wilayah pegunungan menjadi salah satu tempat terpanas di China dengan suhu dapat mencapai lebih dari 50 °C (122 °F). Suhu setinggi 1.522 °F (828 °C) terukur di Huoyan pada tahun 2008.[1] Sebuah termometer besar dipasang di pegunungan dan menjadi tujuan turis untuk melihat suhu udara terkini.
Jalur sutra
Pedagang-pedagang yang melalui Jalur Sutra menggunakan kota-kota oasis sebagai seperti Gaochang tempat pemberhentian dan peristirahatan. Gaochang dibangun di tepian gurun di kaki Pegunungan Huoyan serta berada dekat dengan sebuah celah pegunungan. Agama Buddha dahulu tersebar melalui Jalur Sutra ke wilayah-wilayah di Xinjiang kini. Wihara dan kuil mulai dibangun di pusat-pusat perdagangan serta di tempat-tempat tenang di pegunungan di sekitarnya.[2][3]
Situs Gua Seribu Buddha Bezeklik berada di sebuah lembah di tebing Pegunungan Huoyan. Situs tersebut memiliki sekitar 70 bangunan gua buatan yang berasal dari abad ke-5 hingga abad ke-9. Ribuan mural Buddha ditemukan di dalam situs.[4][5]
Budaya
Pegunungan Huoyan terkenal lewat kisah fantasi tentang seorang biksu Buddha yang ditemani oleh Raja Kera berkekuatan gaib yaitu "Perjalanan ke Barat" oleh penulis dari zaman Dinasti Ming, Wu Cheng'en. Sang biksu diceritakan menghadapi tembok-tembok api di dalam perjalanannya ke India.[6] Cerita tersebut merupakan hasil novelisasi dari perjalanan Xuanzang yang berkelana ke India pada tahun 627 untuk mencari kitab agama Buddha. Ia melewati sebuah celah di Tian Shan setelah meninggalkan Gaochang.[7]
Menurut sebuah legenda Uighur, seekor naga tinggal di Tian Shan dan kerap memangsa anak-anak. Seorang pendekar Uighur kemudian membunuh naga tersebut dan memotongnya menjadi delapan bagian. Darah sang naga berubah menjadi warna merah darah di pegunungan sementara delapan bagian tubuhnya menjadi delapan lembah di Huoyan.[8]