Pengasuhan anak adalah segala bentuk perlakuan yang diberikan kepada anak dari kelahiran hingga memasuki usia dewasa. Perlakuan ini meliputi dukungan secara fisik, intelektualm emosional, dan sosial. Pola asuh yang umum terjadi adalah pola asuh demokratif, pola asuh otoritatif, pola asuh pengabaian dan pola asuh penurutan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengasuhan anak sebagian besar dipengaruhi oleh orang tua.
Pengasuhan anak dapat dilakukan kepada anak kandung maupun bukan anak kandung. Pengasuhan anak bukan oleh orang tua kandungnya dilakukan di lembaga pendidikan maupun di panti asuhan.
Konsep
Pada dasarnya, pengasuhan anak merujuk kepada seluk-beluk membesarkan anak. Kegiatannya meliputi pemberian dukungan fisik, emosional, sosial dan perkembangan kecerdasan anak dari bayi sampai dewasa. Pengasuhan anak tak harus dari hubungan biologis.[1] Pengasuhan pada dasarnya bertujuan untuk mendidik anak agar mampu menyesuaikan diri sebagai bagian dari lingkungan sosial kemasyarakatan.[2]
Tanggung-jawab pengasuhan
Orang tua
Orang tua pada dasarnya adalah sebab kelahiran anak-anak mereka sendiri. Sehingga pengasuhan anak merupakan tanggung jawab yang perlakuannya harus diberikan sendiri oleh orang tuanya. Peran orang tua dalam pengasuhan anak adalah memberikan pendidikan dasar yang mampu memberikan kualitas kehidupan bagi anaknya. Orang tua juga berperan sebagai percontohan dalam pembentukan watak anaknya.[3]
Kelompok sebaya
Anggota kelompok sebaya terdiri dari para anak yang menghabiskan waktunya di luar kendali orang tua. Dinamika kelompok sebaya menjadi tanggung jawab dari para anggotanya. Pada kelompok sebaya, pengasuhan anak dilakukan oleh diri mereka sendiri kepada anggota kelompok sebayanya. Pola pengasuhan ini membentuk hierarki di dalam kelompok. Kecenderungan yang timbul adalah terciptanya pengasuhan kepada sahabat sendiri ketika usia anak bertambah. Anak-anak juga menjadi peka terhadap sesuatu yang penting bagi orang lain.[4]
Pola asuh
Pola pengasuhan dari orang tua ke anak bertujuan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan kebutuhan psikologis bagi anak. Kecenderungan pemilihan pola asuh dari orang tua kepada anaknya adalah yang dianggap baik oleh orang tua bagi anaknya. Pola pikir orang tua cenderung dibagi dua, yaitu orang tua yang memerhatikan kebutuhan dan situasi anaknya, dan orang tua yang menginginkan kondisi anaknya lebih baik dibandingkan dirinya.[5] Peran penting dari pola asuh adalah membentuk kepribadian anak.[6]
Pola asuh otoritatif
Pola asuh ororitatif adalah pola asuh yang tidak memberikan perlakuan pemaksaan, pengabaian maupun penelantaran anak. Pada pola asuh ini, orang tua mendukung kemandirian anak dengan tetap membatasi tindakan yang mereka lakukan. Orang tua memberikan pendapatnya kepada anak dan menerima pendapat dari anaknya. Pemberian dan penerimaan pendapat disertai dengan sifat penyayang dan ramah kepada anak.[7]
Pola asuh otoriter
Pada pola asuh otoriter, orang tua memberikan pengasuhan kepada anak dengan kekuasaan penuh. Sifat pengasuhannya adalah memaksa, pengaturan ketat dan disertai dengan keseringan pemberian hukuman. Pada pola asuh otoriter, hubungan antara orang tua dan anak bersifat kaku sehingga komunikasi kurang terjalin.[8]
Pola asuh pengabaian
Pada pola asuh pengabaian, orang tua tidak banyak membimbing dan mengendalikan perilaku anaknya. Anak sama sekali tidak pernah diberi hukuman atau ganjaran atas perbuatannya. Orang tua memberikan kebebasan kepada anaknya sehingga peran anak lebih banyak dibandingkan orang tuanya.[9]
Pola asuh penurutan
Pada pola asuh penurutan, keterlibatan orang tua atas pengasuhan anaknya sangat aktif. Namun, orang tua tidak mengawasi anaknya atau memberikan tuntutan tertentu kepada anaknya. Keinginan anak selalu dituruti oleh orang tuanya. Pola pengasuhan ini membuat anak tidak dapat mengendalikan perilakunya sendiri dan selalu memiliki keinginan pemenuhan atas keinginannya sendiri.[10]
Faktor yang mempengaruhi
Latar belakang pola asuh orang tua
Pola asuh pada umumnya berkaitan dengan cara pengawasan orang tua terhadap anaknya. Tiap keluarga memiliki keunikan pola asuh yang berbeda dengan keluarga lainnya.[2] Pola asuh berkaitan dengan tanggung-jawab dan peran orang tua dalam perawatan, pembimbingan dan pembinaan anak. Pola asuh yang diberikan oleh orang tua cenderung sama dengan yang diterima oleh orang tua ketika masih menjadi anak. Kecenderungan pola asuh juga pada contoh yang diberikan oleh orang tua dari orang tua yang dulunya masih menjadi anak.[11]Emosi anak sangat ditentukan oleh pola pengasuhan yang diberikan oleh orang tua. Kedua aspek ini berhubungan sangat erat.[12]
Tingkat pendidikan orang tua
Tingkat pendidikan yang berbeda pada orang tua akan memberikan pola asuh yang berbeda pada anaknya.[13] Pada orang tua yang memiliki kemampuan komunikasi dan hubungan yang tepat kepada anaknya akan menyesuaikan kebutuhan anak dalam pengembangan pola asuhnya.[14]
Tingkat ekonomi orang tua
Orang tua yang memiliki kondisi ekonomi berkecukupan akan mengembangkan perlakuan pengasuhan kepada anaknya sesuai dengan keinginannya. Pemilihan pola asuh ini cenderung dilakukan oleh orang tua yang memiliki kesempatan mengasuh anaknya dengan fasilitas dan lingkungan pendukung.[14] Anak-anak yang orang tuanya sibuk dengan pekerjaannya cenderung terabaikan pengasuhannya. Peran pengasuhan diberikan kepada pembantu. Sehingga pola pengasuhan yang diterima oleh anak adalah pola pengasuhan yang dipilih oleh pembantu.[13]
Kondisi emosional orang tua
Orang tua yang mampu mengelola emosinya, akan mampu mengajar anak mengatur emosinya selama pola pengasuhan berlangsung. Anak memperoleh cara mengendalikan emosi dari keluarga terdekatnya, yaitu orang tua.[15]
Tingkat keberhasilan
Keberhasilan pola asuh pada anak dalam lingkup masyarakat dapat diketahui melalui pengasuhan keyakinan agama. Tingkatan pengasuhan agama oleh orang tua menjadi indikator penting bagi perkembangan keyakinan pada anak.[16] Keberhasilan pengasuhan anak juga terlihat dari pembentukan identitas diri. Pengasuhan yang berhasil akan menghasilkan identitas diri yang sifatnya berkelanjutan.[17]
Lembaga pengasuhan
Panti asuhan
Di dalam panti asuhan, anak dibentuk kemandiriannya karena tidak adanya kehadiran orang tua kandung. Anak-anak diasuh untuk hidup dengan mengurus diri sendiri sehingga tidak terlalu bergantung kepada orang lain. Pada anak di panti asuhan, semakin rendah tingkat kebergantungannya pada orang lain, maka semakin tinggi tingkat kemandirian pada dirinya.[18] Kemandirian anak di panti asuhan bertujuan untuk mengurangi kecanggungan mereka dalam menjalani hidup tanpa adanya orang tua yang seharusnya memenuhi kebutuhan hidupnya.[19]
Lembaga pendidikan
Tanggung jawab pengasuhan anak di lembaga pendidikan terbagi antara pendidik dan orang tua dari anak yang diasuh. Dalam lembaga pendidikan, peran orang tua sebagai pengasuh utama tidak tergantikan. Pendidik hanya berperan sebagai mitra bagi orang tua dalam pengasuhan anaknya.[20]
Penelitian
Pengasuhan anak merupakan salah satu topik penting dalam psikologi perkembangan. Penyebabnya ada dua. Pertama, ada acuan khusus pada anak dalam bertingkah laku. Acuan ini berkaitan dengan pemenuhan keinginan atas kebutuhan anak sendiri atau pemenuhan tuntutan lingkungannya. Lingkungan ini meliputi agen sosial yang disebut orang tua dan agan budaya yang disebut keluarga. Segala nilai, norma dan aturan bertingkah laku diperoleh oleh anak melalui orang tuanya. Sementara sebab yang kedua adalah adanya keterkaitan antara hubungan orang tua dan anaknya dengan komunitas, masyarakat dan lingkungan sosial di sekitarnya. Hubungan ini selalu berubah di setiap zaman. Produk yang dihasilkan adalah cara pengendalian orang tua atas anaknya dan cara orang tua menyalurkan kasih sayangnya kepada anaknya.[21]
^Maknun, D., dkk. (2018). Cahyanti, Alviana, ed. Sukses Mendidik Anak di Abad 21(PDF). Yogyakarta: Samudra Biru. hlm. 2. ISBN978-602-5610-63-9.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
^Shaleh, A. R., dkk. (2020). Jannah, M., dkk., ed. Bahagia dan Bermakna(PDF). Serang: CV. A. A. Rizky. hlm. 92. ISBN978-623-7726-01-2.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
Supenawinata, A., dkk. (2018). Sakinah, Awit M., ed. Be Smart Parent dengan Pola Asuh Positif(PDF). Bandung: Pusat Pengabdian Kepada Masyarakat LP2M UIN Sunan Gunung Djati Bandung.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
Bacaan tambahan
Robert Levine; Sarah Levine (2017). Do Parents Matter?: Why Japanese Babies Sleep Soundly, Mexican Siblings Don't Fight & Parents Should Just Relax. Souvenir Press. ISBN978-0285643703.