Penobatan Paus adalah upacara pengenaan Tiara Paus pada seorang Paus yang baru terpilih. Penobatan paus yang pertama kali dicatat adalah penobatan Paus Celestinus II pada 1143. Tak lama setelah penobatannya pada 1963, Paus Paulus VI melepaskan kebiasaan mengenakan tiara. Tak satu pun paus sesudahnya yang memulihkan kebiasaan itu ataupun menjalani upacara penobatan. Hanya upacara pelantikan Paus yang masih dijalankan hingga saat ini.
Ritual
Setelah seseorang terpilih menjadi paus baru melalui Konklaf, dia mendapatkan seluruh hak dan kewenangan sebagai seorang paus pada saat ia menerima pemilihan dirinya. Meskipun demikian, seturut tradisi masa pemerintahan paus dihitung sejak tanggal penobatannya.[1] Sejak masa kepausan Paus Yohanes XXIII, seluruh kardinal mestinya uskup, dan selama beberapa abad para kardinal memilih salah seorang di antara mereka untuk menjadi paus. Jika orang yang baru terpilih menjadi paus bukan seorang uskup, maka dia segera ditahbiskan menjadi uskup. Seturut tradisi, yang berhak untuk melaksanakan pentahbisan adalah Dekan Dewan Kardinal, jika berhalangan maka digantikan oleh subdekan, dan jika keduanya berhalangan maka digantikan oleh kardinal uskup senior.[2] Jika paus baru adalah seorang uskup, maka pemilihannya segera diumumkan dan berkatnya diberikan kepada kerumunan umat di Lapangan Santo Petrus.
Upacara naik tahta episkopal dari paus berlangsung di dalam katedralnya, BasilikaSanto Yohanes Lateran. Upacara ini pernah digabungkan dengan upacara penobatan. Pada masa Kepausan Avignon, Sri Paus, kaena saat itu berada di Prancis, tidak dapat ditahtakan dalam katedralnya di Roma. Penobatan tetap berlangsung, sementara naik tahta harus menunggu waktu kembali ke Roma. Tatkala Paus Gregorius XI akhirnya kembali ke Roma, Istana Lateran sangat perlu diperbaiki sehingga para paus menjadikan Vatikan sebagai kediaman dan memindahkan tempat pelaksanaan upacara penobatan ke Basilika Santo Petrus. Basilika Lateran tetaplah katedral Roma, dan upacara naik tahta diselenggarakan di dalamnya.[3] Selama periode "tawanan dalam Vatikan", upacara naik tahta tidak diselenggarakan.
Misa penobatan
Penobatan diselenggarakan pada hari minggu atau hari libur pertama sesudah pemilihan, diawali dengan misa suci. Pada saat Terce dilantunkan, paus baru duduk di sebuah tahta dan seluruh kardinal melakukan "penghormatan perdana" mereka padanya, satu per satu menghadap dan mencium tangannya. Selanjutnya para uskup agung dan para uskup menghadap dan mencium kakinya.
Sesudah itu, sekurang-kurangnya sejak awal abad ke-16, paus baru diarak berkeliling dengan tandu yang disebut sedia gestatoria dalam Basilika St. Petrus, di bawah sebuah kanopi putih, didampingi flabella (kipas upacara) di kedua sisinya. Paus tidak mengenakan tiara melainkan sebuah mitra bertatahkan permata (mitra pretiosa). Tiga kali arak-arakan dihentikan, seutas tambang dari tanaman flax yang disangkutkan pada sebatang tongkat kemudian dibakar di hadapan paus baru, sementara pemimpin upacara berseru: Pater Sancte, sic transit gloria mundi (Bapa Suci, demikianlah kemuliaan dunia berlalu) sebagai sebuah peringatan simbolis untuk menjauhi materialisme dan sifat kemewahan.[4] Sesampainya di altar utama, dia akan merayakan Misa agung dengan upacara kepausan lengkap.
Setelah Confiteor, paus duduk di sebuah tahta dan ketiga kardinal uskup senior dengan mitra terpasang di kepala menghadapnya. Masing-masing secara bergiliran menumpangkan tangannya sambil mendoakan Super electum Pontificem (ke atas paus terpilih). Selanjutnya kardinal diakon senior mengenakan pallium pada pundaknya sambil berkata:
Terimalah pallium, lambang kepenuhan jawatan pontifikal, demi kehormatan Allah Yang Maha Kuasa, dan Perawan Maria yang termulia, bundaNya, dan Rasul Petrus dan Rasul Paulus yang terberkati, dan Gereja Roma yang kudus.
Pada abad ke-11 dan ke-12, immantatio atau pengenaan mantum (vestimentum khusus paus berupa sehelai mantol merah sangat panjang dengan sebuah pengait rumit pada paus baru, dipandang sebagai simbolisasi penganugerahan wewenang kepausan diiringi kalimat: "Saya mengenakan padamu kepausan Romawi, agar engkau memerintah atas kota dan dunia."[5]
Seusai pengenaan vestimentum (baik pallium atau mantum) paus kembali menerima penghormatan dari para kardinal, uskup agung, dan uskup. Misa kemudian dilanjutkan, dan Litani para kudus dilantunkan.
Penobatan
Seusai misa, paus baru dimahkotai dengan tiara paus. Upacara pengenaan makhota ini kerap dilangsungkan di balkon Basilika St. Petrus disaksikan kerumunan umat di Lapangan Santo Petrus. Sri Paus duduk di sebuah tahta didampingi dua flabella. Mitranya dicopot dan tiara diajukan padanya oleh kardinal diakon senior, diiringi kalimat:
Terimalah tiara dengan tiga mahkota dan ketahuilah bahwa engkau adalah Bapa bagi Pangeran-Pangeran dan Raja-Raja, Pemimpin Dunia, Wakil Penyelamat kita Yesus Kristus di dunia, bagiNya hormat dan kemuliaan sepanjang segala masa.
Kemudian tiara dikenakan pada kepala paus, dan lappet tiara disampirkan ke tengkuknya.
Setelah penobatan, paus memberikan berkat pontifikal Urbi et Orbi.
Arak-arakan katedra Uskup Roma
Ritual terakhir dari inagurasi seorang paus baru adalah pengambilalihan secara resmi kepemilikan (possessio) atas katedranya sebagai Uskup Roma yang terdapat dalam BasilikaSanto Yohanes Lateran. Inilah rangkaian terakhir dari upacara menurut Konstitusi apostolik Paus Yohanes Paulus II mengenai masa kekosongan Tahta Apostolik dan pemilihan Pontif Romawi.[6] Paus ditahtakan sama seperti uskup-uskup lainnya ditahtakan. Dia dihantar dengan khidmat ke tahta keuskupannya, dan mengambil alih dengan cara mendudukinya. Dia menerima salam damai dan mendengarkan pembacaan ayat-ayat Kitab Suci, yang kemudian menjadi bahan khotbahnya yang disebut sermo inthronisticus.
Di masa lampau, surat-surat yang dikirimkan paus kepada para patriark dianggap sebagai tanda jalinan persekutuan dalam iman yang sama dengan mereka disebut litteræ inthronisticæ, atau syllabai enthronistikai.[7]
Tempat upacara
Penobatan paus terdahulu digelar dalam Basilika Santo Yohanes Lateran, katedral Sri Paus. Meskipun demikian, selama ratusan tahun, penobatan paus dilaksanakan di lingkungan Basilika Santo Petrus, dan sejumlah penobatan berlangsung di Avignon pada masa Kepausan Avignon. Pada 1800 Paus Pius VII dimahkotai dalam gereja Benediktin yang penuh sesak di biara-pulau San Giorgio, Venesia, setelah almarhum pendahulunya, Paus Pius VI, terpaksa menyingkir ke pangasingan semasa Napoleon Bonaparte menguasai Roma. Karena saat itu Prancis menahan tiara beserta paus lama, dia dimahkotai dengan sebuah tiara papier-mâché, yang untuknya perempuan-perempuan Venezia harus merelakan permata-permata mereka.
Semua penobatan sesudah 1800 berlangsung di Roma. Sampai pertengahan abad ke-19 para paus dimahkotai di dalam Basilika St. Yohanes Lateran. Namun kebencian masyarakat pada paus di Roma mengakibatkan pemindahan upacara ke Basilika Santo Petrus yang lebih aman. Paus Leo XIII dimahkotai di dalam Kapel Sistina,[8] karena khawatir kerusuhan-kerusuhan anti-ulama, yang terinspirasi oleh Unifikasi Italia, akan menyerang Basilika Lateran dan mengganggu upacara. Paus Benediktus XV juga dimahkotai dalam Kapel Sistina pada 1914. Paus Pius XI dimahkotai di sebuah panggung yang didirikan di depan altar utama Basilika St. Petrus. Paus Pius IX, Paus Pius XII, Paus Yohanes XXIII, dan Paus Paulus VI dimahkotai di depan umum di atas balkon Basilika St. Petrus, disaksikan kerumunan umat di Lapangan Santo Petrus.
Paus terakhir yang dimahkotai adalah Paus Paulus VI. Namun dia memutuskan untuk berhenti mengenakan tiara beberapa minggu sesudah dinobatkan, lalu meletakkan tiaranya di atas altar Basilika St. Petrus sebagai tanda kerendahan hati. Konstitusi Apostolik tahun 1975-nya, Romano Pontifici Eligendo, masih mengatur bahwa "pontif baru harus dimahkotai oleh kardinal diakon senior."[10]
Setelah kematian mendadak Yohanes Paulus I selepas 33 hari menjabat, paus baru Yohanes Paulus II, lebih memilih menjalani upacara sederhana seperti pendahulunya daripada menghidupkan kembali upacara penobatan paus. Dalam khotbah misa pelantikannya, dia berujar bahwa Paulus VI telah "membiarkan para penggantinya untuk bebas memilih" mengenakan atau tidak mengenakan tiara paus.[13] Lanjutnya pula:
Paus Yohanes Paulus I, yang kenangannya begitu hidup dalam hati kita, tidak berkeinginan untuk mengenakan tiara; begitu juga dengan penggantinya hari ini. Kini bukan saatnya untuk kembali pada sebuah upacara dan sebuah objek yang disalahfahami sebagai simbol kekuasaan sementara dari para paus.
Meskipun bagi sebagian pihak ucapan "Kini bukan saatnya" berarti zaman upacara penobatan telah berakhir karena tidak sesuai lagi dengan sensibilitas masa kini, pihak lain yang mengharapkan kembalinya ritual kuno mengartikannya bahwa hari pelantikan Paus Yohanes Paulus II yang hanya beberapa minggu setelah kematian mendadak Paus Yohanes Paulus I juga kurang dari enam minggu setelah pelantikan sebelumnya, bukanlah saat untuk kembali ke upacara penobatan.
Apostolic Constitution 1996 dari Yohanes Paulus II, Universi Dominici Gregis, yang masih berlaku saat ini, tidak mengatur secara rinci mengenai format "upacara inagurasi pontifikat"[14] yang harus dijalani seorang paus baru, baik dengan maupun tanpa pemahkotaan.
Tiata-tiara paus masih tersedia untuk paus-paus pada masa depan yang mungkin memilih untuk mengenakan salah satunya, meskipun tidak tampak bahwa tiara-tiara mungkin akan digunakan lagi.[15]
Daftar penobatan paus 1143-1963
Daftar seluruh penobatan paus antara 1143 dan 1963:[16]
• 3 Oktober 1143 (Roma) – Paus Celestinus II, dinobatkan oleh Kardinal Gregorio Tarquini, protodiakon SS. Sergio e Bacco. Pada 26 September dia ditahbiskan menjadi Uskup Roma oleh Kardinal Alberic de Beauvais, Uskup Ostia.
• 12 Maret 12 1144 (Roma) – Paus Lucius II, dinobatkan oleh Kardinal Gregorio Tarquini, protodiakon St. Sergio e Bacco. Pada hari yang sama dia ditahbiskan menjadi Uskup Roma oleh Kardinal Alberic de Beauvais, Uskup Ostia.
• 12 Juli 1153 (Roma) – Paus Anastasius IV, dinobatkan oleh Kardinal Odone Bonecase, protodiakon St. Giorgio in Velabro.
• 5 Desember 1154 (Roma) – Paus Adrianus IV, kemungkinan besar dinobatkan oleh Kardinal Rodolfo, diakon St. Lucia in Septisolio.[17]
• 20 September 1159 (Nympha) – Paus Aleksander III, dinobatkan oleh Kardinal Odone Bonecase, protodiakon St. Giorgio in Velabro. Pada hari yang sama dia ditahbiskan menjadi Uskup Roma oleh Kardinal Ubaldo Allucingoli, Uskup Ostia e Velletri.
• 4 Oktober 1159 (Biara Farfa) – Antipaus Viktor IV (1159-1164), dinobatkan dan ditahbiskan menjadi Uskup Roma oleh Kardinal Icmar, Uskup Tusculum dan dekan Dewan Suci Kardinal.
• 25 Oktober 1187 (Ferrara) – Paus Gregorius VIII, dinobatkan oleh Kardinal Giacinto Bobone Orsini, protodiakon St. Maria in Cosmedin. Pada hari yang sama dia ditahbiskan menjadi Uskup Roma, kemungkinan besar oleh Kardinal Thibaud, Uskup Ostia e Velletri (?).
• 7 Januari 1188 (Pisa) – Paus Klemens III, dinobatkan oleh Kardinal Giacinto Bobone Orsini, protodiakon St. Maria in Cosmedin.
• 14 April 14, 1191 (Roma) – Paus Celestinus III, dinobatkan oleh Kardinal Graziano da Pisa, protodiakon of St. Cosma e Damiano. Pada hari yang sana dia ditahbiskan menjadi Uskup Roma oleh Kardinal Ottaviano di Paoli, Uskup Ostia e Velletri dan sub-dekan Dewan Suci Kardinal.
• 22 Februari 1198 (Roma) – Paus Innosensius III, dinobatkan oleh Kardinal Graziano da Pisa, protodiakon St. Cosma e Damiano. Pada hari yang sama dia ditahbiskan menjadi uskup Roma oleh Kardinal Ottaviano di Paoli, Uskup Ostia e Velletri dan sub-dekan Dewan Suci Kardinal.
• 31 August 31, 1216 (Roma) – Paus Honorius III, dinobatkan oleh Kardinal Guido Pierleone, protodiakon St. Nicola in Carcere Tulliano. Pada 24 Juldi dia ditahbiskan menjadi Uskup Roma oleh Kardinal Ugolino Conti di Segni, Uskup Ostia e Velletri.
• 28 Juni 1243 (Anagni) – Paus Innosensius IV, dinobatkan oleh Kardinal Rainiero Capocci, protodiakon St. Maria in Cosmedin. pada hari yang sama dia ditahbiskan menjadi Uskup Roma, kemungkinan besar oleh Kardinal Rinaldo Conti di Segni, Uskup Ostia e Velletri dan dekan Dewan Suci Kardinal (?).
• 4 September 1261 (Viterbo) – Paus Urbanus IV, dinobatkan oleh Kardinal Riccardo Annibaldeschi, protodiakon St. Angelo in Pescheria.
• 20 September 1265 (Viterbo) – Paus Klemens IV, dinobatkan oleh Kardinal Riccardo Annibaldeschi, protodiakon St. Angelo in Pescheria.
• 23 Maret 1272 (Roma) – Paus Gregorius X, dinobatkan oleh Kardinal Giovanni Gaetano Orsini, diakon St. Nicola in Carcere Tulliano. Pada 19 Maret dia ditahbiskan menjadi uskup Roma oleh (?) (kemungkinan besar oleh Kardinal Odo dari Châteauroux, Uskup Frascati dan dekan Dewan Suci Kardinal).
• 22 Februari 1276 (Roma) – Paus Innosensius V, dinobatkan oleh Kardinal Giovanni Gaetano Orsini, diakon St. Nicola in Carcere Tulliano.
• 20 September 1276 (Viterbo) – Paus Yohanes XXI, dinobatkan oleh Kardinal Giovanni Gaetano Orsini, protodiakon St. Nicola in Carcere Tulliano.
• 26 Desember 1277 (Roma) – Paus Nikolas III, dinobatkan oleh Kardinal Giacomo Savelli, protodiakon St. Maria in Cosmedin. Pada 19 Desember dia ditahbiskan menjadi Uskup Roma oleh (?).
• 23 Maret 1281 (Orvieto) – Paus Martinus IV, dinobatkan oleh Kardinal Giacomo Savelli, protodiakon St. Maria in Cosmedin. Pada hari yang sama dia ditahbiskan menjadi Uskup Roma oleh Kardinal Latino Malabranca Orsini, Uskup Ostia e Velletri.
• 19 Mei 1285 (Roma) – Paus Honorius IV, dinobatkan oleh Kardinal Goffredo da Alatri, protodiakon St. Giorgio in Velabro. Pada hari yang sama dia ditahbiskan menjadi Uskup Roma oleh Kardinal Latino Malabranca Orsini, Uskup Ostia e Velletri.
• 29 Agustus 1294 (Aquila) — Paus Celestinus V, kemungkinan besar dinobatkan oleh Kardinal Matteo Orsini Rosso, protodiakon St. Maria in Portico. Pada hari yang sama dia ditahbiskan menjadi uskup Roma kemungkinan besar oleh Kardinal Hugh Aycelin, Uskup Ostia e Velletri dan dekan Dewan Suci Kardinal.
• 23 Januari 1295 (Roma) – Paus Bonifasius VIII, dinobatkan oleh Kardinal Matteo Orsini Rosso, protodiakon St. Maria in Portico. Pada hari yang sama dia ditahbiskan menjadi Uskup Roma oleh Kardinal Hugh Aycelin, Uskup Ostia e Velletri dan dekan Dewan Suci Kardinal.
• 27 Oktober 1303 (Roma) – Paus Benediktus XI, dinobatkan oleh Kardinal Matteo Orsini Rosso, protodiakon St. Maria in Portico.
• 5 September 1316 (Lyon) – Paus Yohanes XXII, dinobatkan oleh Kardinal Napoleone Orsini Frangipani, protodiakon St. Adriano.
• 15 Mei 1328 (Roma) – Antipaus Nikolas V, dinobatkan oleh Giacomo Alberti, pseudokardinal-uskup Ostia e Velletri. Pada 12 Mei dia ditahbiskan menjadi Uskup Roma oleh Jacopo Albertini, Uskup Venesia.
• 8 Januari 1335 (Avignon) – Paus Benediktus XII, dinobatkan oleh Kardinal Napoleone Orsini Frangipani, protodiakon St. Adriano.
• 6 November 1362 (Avignon) – Paus Urbanus V, kemungkinan besar dinobatkan oleh Kardinal Guillaume de la Jugié, protodiakon St. Maria in Cosmedin. Pada hari yang sama dia ditahbiskan menjadi Uskup Roma oleh Kardinal Andouin Aubert, Uskup Ostia e Velletri.
• 3 Januari 1371 (Avignon) – Paus Gregorius XI, dinobatkan oleh Kardinal Rinaldo Orsini, protodiakon St. Adriano. Pada hari yang sama dia ditahbiskan menjadi Uskup Roma oleh Kardinal Guy de Boulogne, Uskup Porto e Santa Rufina sekaligus dekan Dewan Suci Kardinal.
• 31 Oktober 31, 1378 (Fondi) – Antipaus Klemens VII, dinobatkan oleh Comte Onorato Caetani (bukan seorang Kardinal).
• 9 November 1389 (Roma) – Paus Bonifasius IX, dinobatkan oleh Kardinal Tommaso Orsini, protodiakon St. Maria in Domnica. Pada hari yang sama dia ditahbiskan menjadi Uskup Roma oleh Kardinal Francesco Moricotti Prignano, Uskup Palestrina sekaligus dekan Dewan Suci Kardinal.
• 11 Oktober 1394 (Avignon) – Antipaus Benediktus XIII, dinobatkan oleh Kardinal Pierre de Vergne, diakon St. Maria in Via Lata. Pada hari yang sama dia ditahbiskan menjadi Uskup Roma oleh Kardinal Jean de Neufchâtel, Uskup Ostia e Velletri.
• 21 November 1417 (Constance) – Paus Martinus V, dinobatkan oleh Kardinal Amadeo Saluzzo, protodiakon St. Maria Nuova. Pada 14 November dia ditahbiskan menjadi Uskup Roma oleh Kardinal Jean Allarmet de Brogny, Uskup Ostia e Velletri sekaligus dekan Dewan Suci Kardinal.
• 25 Agustus 1471 (Roma) – Paus Sistus IV, dinobatkan oleh Kardinal Rodrigo Borgia, protodiakon St. Nicola in Carcere Tulliano. Pada hari yang sama dia ditahbiskan menjadi Uskup Roma oleh Kardinal Guillaume d'Estouteville, Uskup Ostia e Velletri sekaligus sub-dekan Dewan Suci Kardinal.
• 26 Agustus 1492 (Roma) – Paus Aleksander VI, dinobatkan oleh Kardinal Francesco Todeschini-Piccolomini, protodiakon St. Eustachio.
• 8 Oktober 1503 (Roma) – Paus Pius III, dinobatkan oleh Kardinal Raffaele Riario, protodiakon St. Lorenzo in Damaso. Pada 1 Oktober dia ditahbiskan menjadi Uskup Roma oleh Kardinal Giuliano della Rovere, Uskup Ostia e Velletri sekaligus sub-dekan Dewan Suci Kardinal.
• 19 Maret 1513 (Roma) – Paus Leo X, dinobatkan oleh Kardinal Alessandro Farnese, protodiakon St. Eustachio. Pada 17 Maret dia ditahbiskan menjadi Uskup Roma oleh Kardinal Raffaele Riario, Uskup Ostia e Velletri merangkap dekan Dewan Suci Kardinal.
• 31 Agustus 1522 (Roma) – Paus Adrianus VI, dinobatkan oleh Kardinal Marco Cornaro, protodiakon St. Maria in Via Lata.
• 26 November 1523 (Roma) – Paus Klemens VII, dinobatkan oleh Kardinal Marco Cornaro, protodiakon St. Maria in Via Lata.
• 3 November 1534 (Roma) – Paus Paulus III, dinobatkan oleh Kardinal Innocenzo Cibo, protodiakon St. Maria in Domnica.
• 22 Februari 1550 (Roma) – Paus Julius III, dinobatkan oleh Kardinal Innocenzo Cibo, protodiakon St. Maria in Domnica.
• 10 April 1555 (Roma) – Paus Marcellus II, dinobatkan oleh Kardinal Francesco Pisani, protodiakon St. Marco. Pada hari yang sama dia ditahbiskan menjadi Uskup Roma oleh Kardinal Gian Pietro Carafa, Uskup Ostia e Velletri merangkap dekan Dewan Suci Kardinal.
• 26 Mei 1555 (Roma) – Paus Paulus IV, dinobatkan oleh Kardinal Francesco Pisani, protodiakon St. Marco.
• 3 November 1591 (Roma) – Paus Innosensius IX, dinobatkan oleh Kardinal Andreas von Austria, protodiakon St. Maria Nuova.
• 9 Februari 1592 (Roma) – Paus Klemens VIII, dinobatkan oleh Kardinal Francesco Sforza di Santa Fiora, diakon St. Maria in Via Lata. Pada 2 Februari dia ditahbiskan menjadi Uskup Roma oleh Kardinal Alfonso Gesualdo, Uskup Ostia e Velletri sekaligus dekan Dewan Suci Kardinal.
• 29 April 1605 (Roma) – Paus Leo XI, dinobatkan oleh Kardinal Francesco Sforza di Santa Fiora, protodiakon St. Maria in Via Lata.
• 29 Mei 1605 (Roma) – Paus Paulus V, dinobatkan oleh Kardinal Francesco Sforza di Santa Fiora, protodiakon St. Maria in Via Lata.
• 8 Desember 1700 (Roma) – Paus Klemens XI, dinobatkan oleh Kardinal Benedetto Pamphilj, protodiakon St. Maria in Via Lata. Pada 30 November dia ditahbiskan menjadi Uskup Roma oleh Kardinal de Bouillon, Uskup Porto e Santa Rufina sekaligus dekan Dewan Suci Kardinal.
• 18 Mei 1721 (Roma) – Paus Innosensius XIII, dinobatkan oleh Kardinal Benedetto Pamphilj, protodiakon St. Maria in Via Lata.
• 4 Juni 1724 (Roma) – Paus Benediktus XIII, dinobatkan oleh Kardinal Benedetto Pamphilj, protodiakon St. Maria in Via Lata.
• 4 Juni 1769 (Roma) – Paus Klemens XIV, dinobatkan oleh Kardinal Alessandro Albani, protodiakon St.. Maria in Via Lata. Pada 28 <ei dia ditahbiskan menjadi Uskup Roma oleh Kardinal Federico Marcello Lante, Uskup Porto e Santa Rufina dan sub-dekan Dewan Suci Kardinal.
• 22 Februari 1775 (Roma) – Paus Pius VI, dinobatkan oleh Kardinal Alessandro Albani, protodiakon St. Maria in Via Lata. Pada hari yang sama dia ditahbiskan menjadi Uskup Rma oleh Kardinal Giovanni Francesco Albani, Uskup Porto e Santa Rufina dan dekan Dewan Suci Kardinal.
• 5 Oktober 1823 (Roma) – Paus Leo XII, dinobatkan oleh Kardinal Fabrizio Ruffo, protodiakon St. Maria in Via Lata.
• 5 April 1829 (Roma) – Paus Pius VIII, dinobatkan oleh Kardinal Giuseppe Albani, protodiakon St. Maria in Via Lata.
• 6 Februari 1831 (Roma) – Paus Gregorius XVI, dinobatkan oleh Kardinal Giuseppe Albani, protodiakon S. Maria in Via Lata. pada hari yang sama dia ditahbiskan menjadi Uskup Roma oleh Kardinal Bartolomeo Pacca, Uskup Ostia e Velletri dan dekan Dewan Suci Kardinal.
• 4 November 1958 (Roma, Kota Vatikan) – Paus Yohanes XXIII, dinobatkan oleh Kardinal Nicola Canali, protodiakon St. Nicola in Carcere Tulliano
• 30 Juni 1963 (Roma, Kota Vatikan) – Paus Paulus VI, dinobatkan oleh Kardinal Alfredo Ottaviani, protodiakon St. Maria in Domnica (penobatan paus terakhir).
^S. Miranda: Kardinal Uberto Crivelli (Paus Urbanus III) mengatakan bahwa Urbanus III dinobatkan oleh protodiakon Giacinto Bobone Orsini namun ini tampaknya tidak mungkin karena ketika itu kardinal yang bersangkutan berhalangan hadir di dewan kepausan. Kardinal Rivoltella adalah kardinal-diakon paling senior yang hadir saat itu.