Sastra Bulan Purnama (disingkat SBP) adalah agenda pembacaan puisi bulanan yang diselenggarakan di Museum Rumah Budaya Tembi. Sesuai dengan namanya, program ini diselenggarakan tiap bulan purnama, yaitu tiap tanggal 14 atau 15 dalam kalender lunar; edisi pertama diselenggarakan pada 12 Oktober 2011.[1] Pada awalnya, tiap-tiap edisi menampilkan penyair dengan kelompok profesi tertentu, seperti guru, dosen, wartawan, dan sebagainya.[2][3][4] Mulai edisi ke-17 konsep acara berubah dari berdasarkan ragam profesi ke konsep lintas generasi dengan performance art pada pembukaan acara.[5][6][7]
Latar Belakang
Sastra Bulan Purnama (disingkat SBP) adalah agenda pembacaan puisi bulanan yang diselenggarakan di Museum Rumah Budaya Tembi. Sesuai dengan namanya, program ini diselenggarakan tiap bulan purnama, yaitu tanggal 14 atau 15 dalam kalender lunar. Tiap-tiap edisi menampilkan penyair dengan profesi tertentu. Acara ini pertama kali digelar pada tanggal tanggal 12 Oktober 2011 dengan menampilkan Budhi Wiryawan, Bambang Darto, Wadhie Maharif, Yantoro, Eko Nuryono, Ramayda Akmal, Kris Budiman, Tri Wintolo, Ikun Sri Kuncoro, Slamet Riyadi Sabrawi, dan Ons Untoro.[1]
Selain menyelenggarakan pembacaan puisi, kegiatan Sastra Bulan Purnama juga disertai penerbitan antologi puisi.[8] Puisi-puisi yang diterbitkan berasal dari karya para penyair yang terlibat pada tiap-tiap episodenya. Oplah terbitan ini sangat terbatas, cenderung diperuntukkan bagi pementasan itu sendiri. Kendati demikian, tidak menutup kemungkinan untuk didistribusikan kepada masyarakat umum.
Memasuki tahun 2013, konsep gelaran Sastra Bulan Purnama mengalami perubahan. Perubahan konsep tersebut meliputi dua hal, pertama, acara tidak hanya berupa pembacaan puisi, melainkan juga dimeriahkan dengan performance art untuk membuka acara.[5] Kedua, jika pada gelaran Sastra Bulan Purnama edisi-edisi sebelumnya, pengelola selalu mengajak penyair-penyair dengan mempertimbangkan ragam profesi yang digelutinya, seperti guru, pedagang, wartawan, dan lain-lain,[2][3][4] mulai edisi 17 ditampilkan penyair berbeda generasi. Konsep lintas generasi ini diformat oleh Ons Untoro, pendiri Sastra Bulan Purnama, dengan rentang sepuluh tahun.[5] Pada edisi pertama dengan format baru tersebut (Edisi ke-17), penyair yang dihadirkan berasal dari angkatan 1970, 1980, 1990, dan 2000.[5]
Perintis
Para Penyair "Sastra Bulan Purnama"
Para penyair Sastra Bulan Purnama berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Kegiatan ini tidak hanya menghadirkan penyair profesional, melainkan juga penyair pemula yang berasal dari bebagai jenis profesi, mulai pelajar, guru, wartawan, komunitas jejaring sosial, dan sebagainya.
Galeri
Lihat Pula
Referensi
Pranala luar