Sastra lisan atau sastra rakyat adalah karya sastra dalam bentuk ujaran (lisan), tetapi sastra itu sendiri berkutat di bidang tulisan. Sastra lisan membentuk komponen budaya yang lebih mendasar, tetapi memiliki sifat-sifat sastra pada umumnya. Cendekiawan Uganda Pio Zirimu memperkenalkan kata orature untuk menghindari oksimoron, namun sastra lisan (oral literature) masih sering digunakan di lingkup akademik dan masyarakat.[butuh rujukan]
Masyarakat yang belum mengenal huruf tidak memiliki sastra tertulis, tetapi mungkin memiliki tradisi lisan yang kaya dan beragam—seperti wiracarita, cerita rakyat, peribahasa, dan lagu rakyat—yang secara efektif membentuk sastra lisan. Sekalipun semuanya disatukan dan dicetak oleh para ahli cerita rakyat dan paremiografer, hasilnya masih disebut "sastra lisan".
Masyarakat yang mengenal huruf kemungkinan masih melanjutkan tradisi lisan, biasanya di dalam keluarga (seperti pengantar tidur) atau struktur sosial informal. Penyampaian legenda urban dapat dianggap sebagai contoh sastra lisan, sebagaimana lelucon dan puisi lisan, termasuk lomba puisi yang ditayangkan di Def Poetry. Puisi pertunjukan adalah genre puisi yang menggantikan bentuk tertulisnya [1]
Lihat pula
Daftar pustaka
- Finnegan, Ruth. (2012) Oral Literature in Africa. Cambridge: Open Book Publishers. CC BY edition
- Ong, Walter. (1982) Orality and Literacy: the technologizing of the word. New York: Methuen Press.
- Tsaaior, James Tar. 2010. Webbed words, masked meanings: Proverbiality and narrative/discursive strategies in D.T. Niane's Sundiata: and epic of old Mali. Proverbium 27: 319-338.
- Vansina, Jan. (1978) Oral Tradition, Oral History: Achievements and Perspectives, in B.Bernardi, C.Poni and A.Triulzi (Eds.) Fonti Orali, Oral Sources, Sources Orales. Milan: Franco Angeli, pp. 59–74.
- Vansina, Jan. (1961) Oral Tradition. A Study in Historical Methodology. Chicago and London: Aldine and Routledge & Kegan Paul.
Pranala luar
Referensi