Thariq bin Ziyad (bahasa Arab: طارق بن زياد), dikenal dalam sejarah Spanyol sebagai legenda dengan sebutan Taric el Tuerto adalah seorang komandan militer dari dinasti Umayyah yang memimpin penaklukan muslim atas wilayah Al-Andalus (Spanyol, Portugal, Andorra, Gibraltar dan sekitarnya) pada tahun 711 M.
Musim panas tahun 711 M (92 H), Thariq bin Ziyad berangkat menuju Al-Andalus. Pada tanggal 29 April711, pasukan Thariq mendarat di Gibraltar (nama Gibraltar berasal dari bahasa Arab, Jabal Tariq yang artinya Gunung Thariq).
Pasukan Tariq menyerbu wilayah Andalusia dan di musim panas tahun 711 berhasil meraih kemenangan yang menentukan atas kerajaan Visigoth, di mana rajanya, Roderick terbunuh pada tanggal 19 Juli 711 dalam pertempuran Guadalete. Setelah itu, Thariq menjadi gubernur wilayah Andalusia sebelum akhirnya dipanggil pulang ke Damaskus oleh Khalifah Walid I.
Tahun-tahun Awal
Asal Usul Thariq bin Ziyad
Asal usul Thariq tidak diketahui secara pasti. Menurut sejarawan Syauqi Abu Khalil dan dikutip oleh Alwi Alatas, ada yang menyebutnya sebagai keturunan dari Bani Hamdan dari Persia, atau dari suku Lakhm. Ada juga yang menyebutkan Thariq berasal dari bangsa Vandal. Namun, banyak sejarawan yang menganggap dia keturunan dari bangsa Berber. Menurut Alwi Alatas, Thariq berasal dari keluarga muslim dan sejak kecil telah dididik secara Islam oleh ayahnya pada masa kekuasaan Uqbah bin Nafi' di Ifriqiya.
Menurut pendapat lain, Thariq bin Ziyad adalah bekas budak Musa bin Nushair. Musa membebaskannya setelah melihat potensi Thariq, kemudian menempatkannya di pasukannya. Bisa jadi Thariq bin Ziyad sudah berada di pasukan Musa bin Nushair saat Musa baru tiba di Qayrawan. Namun, saat itu Thariq belum dikenal dengan luas.[2]
Beberapa sejarawan mencatat bahwa Thariq memiliki beberapa versi nama:
Al-Idrisi, geografer Muslim dari abad ke-12, menyebut nama Thariq dengan Thariq bin Abdullah bin Wanamu al-Zanati
Ibnu Idhari menyebut nama lengkap Thariq adalah Thāriq bin Zīyād bin Abdullah bin Walghū bin Warfajūm bin Nabarghāsan bin Walhāṣ bin Yaṭūfat bin Nafzāw
Ibnu Idhari juga menyebut nama lengkapnya dengan Tāriq bin Zīyād bin Abdullah bin Rafhū bin Warfajūm bin Yanzghāsan bin Walhāṣ bin Yaṭūfat bin Nafzāw.[butuh rujukan]
Ciri-Ciri Thariq
Thariq adalah lelaki dengan kening yang menonjol dan memiliki tahi lalat hitam yang ditumbuhi rambut pada pundak kirinya.[3]
Legenda Kedatangan Thariq
Setidaknya ada dua legenda tentang kedatangan Thariq bin Ziyad ke Al-Andalus. Legenda itu sebagai berikut:
Legenda Wanita Tua
Saat Thariq baru membebaskan Kota Algeciras, ada seorang wanita tua yang meminta untuk bertemu Thariq. Setelah diizinkan oleh Thariq, wanita tua ini menuturknan kisahnya bahwa ia dulu memiliki seorang suami. Suaminya selalu mengatakan bahwa suatu hari nanti, negeri ini akan ditaklukkan oleh seorang jenderal asing. Jenderal ini memiliki kening yang menonjol dan tahi lalat hitam yang ditumbuhi rambut pada pundak kirinya. Mendengar itu, Thariq segera membuka pundak bagian kirinya yang ternyata memang memiliki tanda yang sama seperti yang dituturkan wanita tersebut. Pasukan Thariq pun kagum.[4]
Legenda Istana 27 Gembok
Kerajaan Visigoth memiliki satu istana yang sangat indah di Toledo dan memiliki 27 gembok. Raja-raja sebelumnya selalu berpesan bahwa apapun yang terjadi, istana itu tidak boleh dimasuki satu orang pun. Setiap raja yang baru bahkan menambahkan satu gembok sehingga ada 27 gembok. Saat Roderick naik tahta, ia sangat penasaran dengan isi istana itu. Pada suatu hari, ia membongkar semua gembok yang ada dan memasuki istana itu. Ternyata, di dalam istana itu terdapat sebuah ruangan lagi yang dikunci. Setelah membongkar kunci ruangan itu, Roderick kembali memasuki ruangan yang lebih dalam lagi.
Ternyata di dalam ruangan itu ada sebuah perkamen yang berisi lukisan orang-orang yang sedang menunggang kuda. Mereka memakai baju yang kasar, penuh debu, memakai serban di kepalanya, dan pedang mereka melengkung. Di sana juga terdapat sebuah tulisan,
"Kapan pun ruang perlindungan ini dilanggar dan mantra yang terdapat pada guci ini dilanggar, orang-orang yang terlukis pada guci ini akan menyerbu Andalusia, menggulingkan singgasana rajanya, serta menduduki seluruh negeri"
Roderick ketakutan setelah membaca itu dan meyakini bahwa bencana akan menimpa dirinya.[5]
Persiapan Pembebasan Al-Andalus
Kisah Julian dan Putrinya
Julian adalah penguasa Ceuta. Dia menandatangani perjanjian damai dengan Kekhalifahan melalui Musa bin Nusayr. Julian memiliki seorang putri sangat cantik yang bernama Florinda.[6] Demi hubungan yang baik dengan Visigoth, Florinda dikirim ke istana Roderick untuk belajar. Roderick tertarik dan ingin menikahi Florinda, tetapi Florinda menolaknya. Roderick yang marah kemudian menghamili Florinda dan mengancamnya agar ia tak memberitahu siapa-siapa kejadian tersebut. Namun, berkat kecerdasannya, Florinda berhasil menyelundupkan sebuah surat ke luar istana Roderick dan mengirimnya ke Julian, ayahnya, memberitahu apa yang terjadi.
Julian sangat marah dan bersumpah untuk menghancurkan Roderick. Ia segera menuju istana Roderick untuk mengambil Florinda. Julian mengarang cerita bahwa istrinya sedang sakit keras dan berharap Florinda ada di samping ibunya untuk menjaganya. Mendengar itu, Roderick pun mempersilakan Florinda pulang bersama ayahnya. Setelah berhasil mengamankan Florinda di istana Ceuta, Julian menuju kediaman Musa bin Nusayr, memintanya untuk menyerang Visigoth.
Awalnya, Musa menolaknya karena saat itu Semenanjung Iberia belum dikenal di kalangan kaum muslimin. Namun, Julian terus mendesaknya. Akhirnya, Musa meminta Julian untuk menyerang Semenanjung Iberia dengan pasukan kecil untuk menunjukkan keseriusannya. Julian melaksanakan perintah itu. Ia membawa dua kapal dan menyerang Algeciras. Keesokannya, ia berhasil pulang dan menunjukkan harta rampasan perang kepada Musa bin Nusayr dalam jumlah yang banyak. Musa pun mempercayai Julian.[7]
Mengirim Surat Kepada Khalifah
Musa segera bergerak cepat dengan mengirimkan surat kepada khalifah Al-Walid di Damaskus, meminta izin untuk membebaskan Semenanjung Iberia. Jawaban dari Al-Walid pun datang,
"Hendaknya kirim dulu pasukan kecil ke negeri itu sehingga mereka bisa menyerangnya dan membawa berita kepadamu tentang apa-apa yang terdapat di negeri tersebut. Hati-hatilah! Jangan sampai kaum muslimin musnah oleh teror dan bahaya lautan."
Musa bin Nusayr mengirim balasannya,
"Ini bukan lautan, tetapi hanya terusan sempit. Pantainya terlihat di kejauhan."
"Tidak apa-apa. Tetaplah kirim pasukan pendahuluan ke sana!"[7]
Pasukan Ekspedisi
Setelah mendapatkan izin dari khalifah, Musa bin Nusayr mengirim pasukan ekspedisi awal ke wilayah Semenanjung Iberia. Pasukan ini dipimpin oleh Tarif bin Malik (Tarif Abu Zar'ah bin Malik Al-Mughaferi). Tarif bin Malik memimpin 500 tentara yang di dalamnya ada 100 penunggang kuda. Tarif berangkat dengan menggunakan empat buah kapal. Mereka mendarat di pulau paling selatan Semenanjung Iberia. Kelak, pulau ini akan dinamakan kota Tarifa yang berasal dari nama Tarif bin Malik.
Tarif segera melaksanakan perintah Musa bin Nusayr untuk menyerang daerah terdekat dari tempatnya berlabuh. Setelah berhasil, Tarif kembali ke Musa bin Nusayr dan membawakan harta rampasan perang yang banyak. Ia juga menyebut negeri itu dengan sebutanJazirat al-Khadra(pulau yang hijau) untuk menyebut Semenanjung Iberia.[8]
Pembebasan Dimulai
Pasukan Berangkat
Musa bin Nusayr menunjuk Thariq bin Ziyad untuk memimpin pembebasan ini. Thariq membawa 12.000 pasukan yang mayoritasnya adalah bangsa Berber. Hanya 300 orang dari bangsa Arab dan 700 orang dari bangsa Afrika. Julian dari Ceute bertugas sebagai intel dan penunjuk jalan pasukan. Para pasukan pun berangkat dari Ceuta menggunakan kapal Julian untuk menyamar. Pengangkutan pasukan dilakukan secara bolak-balik pada malam hari supaya tidak mencurigakan.[9]
Sesaat sebelum berlabuh, Thariq memutuskan untuk tidur sebentar. Dalam tidurnya, ia bermimpi bertemu dengan Nabi Muhammad yang dikelilingi orang-orang Muhajirin dan Anshar. Mereka membawa pedang yang terhunus. Lalu, Nabi Muhammad bersabda kepada Thariq:
"Janganlah gentar, wahai Thariq. Sempurnakan apa yang ditakdirkan bagimu untuk melakukannya!"
Kemudian Thariq terbangun dan merasa yakin kemenangan ada di pihaknya. Ia memberitahukan mimpi ini kepada prajurit-prajurit muslim yang ada di kapal bersamanya.[10]
Awalnya Thariq ingin mendarat di Algeciras tetapi tidak jadi karena kota itu dijaga oleh pasukan Visigoth. Akhirnya, Thariq dan pasukannya mendarat di Calpe, arah timur Algeciras. Kelak, Calpe diubah namanya menjadi Jabal Al-Fatah (Gunung Kemenangan). Namun, tempat itu lebih dikenal dengan nama Jabal Tariq atau Gibraltar.
Jenderal Perang
Thariq membawa jenderal-jenderal perang tangguh, yakni:
Menurut sejarah barat, kemenangan pasukan muslim dalam penaklukan Andalusia banyak dipengaruhi oleh semangat juang yang berhasil dikobarkan oleh Thariq dimana dia memerintahkan untuk membakar semua kapal sehingga tidak ada jalan untuk melarikan diri selain bertempur habis-habisan melawan musuh sampai meraih kemenangan atau mati sebagai syuhada. Thariq bin Ziyad merupakan sosok pahlawan yang mampu membawa kejayaan Islam di masanya. Namun kisah pembakaran kapal ini masih diperdebatkan,karena kisah ini belum ada periwayatan yang shahih. Umat Islam yang memiliki keistimewaan dengan ilmu jarh wa ta’dil (ilmu yang meneliti tentag periwayatan) menimbang bahwa seorang periwayat haruslah orang-orang yang terpercaya. Dan tidak ada seorang pun yang terpercaya dari kalangan umat Islam yang meriwayatkan kisah ini. Kisah ini diriwayatkan dari riwayat orang-orang Eropa yang menulis tentang peristiwa Perang Sidonia atau Perang Lembah Barbath.
Catatan: banyak pendapat mengenai urutan pembebasan kota demi kota yang dilakukan Thariq, Musa, dan pasukannya. Urutan pembebasan dalam artikel ini hanyalah satu versi di antara banyak versi lain.
Pembebasan Kota Cartagena
Kota pertama yang dibebaskan Thariq adalah Cartagena. Kota itu tidak jauh dari Gibraltar.[3] Thariq mengirim pasukan yang dipimpin oleh Abdul Malik al-Moafir. Setelah berhasil dibebaskan, nama kota itu sempat diganti menjadi Qartayannat al-Halfa.
Pembebasan Kota Algeciras
Kota selanjutnya yang dibebaskan Thariq adalah Algeciras. Abdul Malik al-Moafir ditugaskan oleh Thariq menjadi pengawas kota ini sementara Thariq melanjutkan pembebasannya ke kota-kota lain.[3]
Pertempuran dengan Theodomir
Theodomir (Arab: Tudmir) adalah penjaga kerajaan Visigoth bagian selatan. Pasukannya menghadang Thariq dan mereka bertempur dengan hebat. Pasukan Theodomir kalah, kemudian ia mengirim surat kepada Roderick yang menuturkan bahwa Visigoth telah diserang. Namun, Theodomir sendiri selamat dan kelak ia akan berhadapan dengan pasukan kaum muslimin untuk kedua kalinya[3]
Pertempuran Guadalete
Setelah membaca surat dari Theodomir, Roderick yang saat itu sedang berperang dengan Basque segera menghentikan perangnya dan menuju Kordoba.[14] Di sana Roderick menyusun kekuatan untuk menghadang Thariq. Dia meminta bantuan dari Witiza, para gubernurnya, dan budak-budak yang ia miliki sehingga ia berhasil mengumpulkan 40.000-100.000 prajurit.[15] Sementara itu, pasukan Thariq berjumlah 7.000-12.000 prajurit untuk melawan Roderick.[16] Setelah melalui pertempuran yang sengit, Roderick kalah dan terbunuh. Pertempuran ini dikenal dengan sebutan Pertempuran Guadalete, pertempuran Guadalquivir,[17] atau pertempuran Wadi Lakka.[18]Pelayo adalah seorang bangsawan Visigoth yang berhasil lolos dari pertempuran Guadalete. Kelak ia bersembunyi di pegunungan, menyusun kekuatan untuk merebut Al-Andalus kembali, dan berhasil melakukannya 800 tahun kemudian.
Pembebasan Kota Sidonia
Musa bin Nushair mengirim surat kepada Thariq, memintanya untuk menunda pembebasan. Ia ingin pergi ke Semenanjung Iberia dan terlibat langsung dalam pembebasan. Namun, Thariq memiliki pertimbangan lain. Jika pembebasan ditunda, diperkirakan Visigoth akan berhasil membangun kekuatannya kembali. Oleh karena itulah, setelah pertempuran Guadalete selesai, Thariq melanjutkan pembebasannya terhadap kota-kota lain. Salah satunya adalah Sidonia. Di zaman Spanyol modern, kota ini dikenal dengan nama kota Medina-Sidonia. Pembebasan kota ini dibantu oleh orang Yahudi yang sebelumnya ditindas oleh Visigoth. Mereka berlarian membuka pintu gerbang kota untuk menyambut pasukan Thariq bin Ziyad.[19]
Pembebasan Kota Moron
Setelah pembebasan Sidonia, Thariq melanjutkannya ke kota Moron. Sama seperti Sidonia, pembebasan Moron pun dibantu oleh orang Yahudi. Kemudian, Thariq menyerahkan kepemimpinan kota sementara kepada orang-orang Yahudi sementara ia melanjutkan pembebasan.[19] Pada zaman kuno, kota ini bernama Mawror. Di zaman modern, kota Moron berganti nama menjadi Moron de la Frontera.[20]
Pembebasan Kota Carmona
Setelah pembebasan Moron, Thariq kembali melaju membebaskan kota Carmona.[19]
Pembebasan Kota Alcalá de Guadaíra
Setelah Carmona berhasil dibuka, Thariq dan pasukannya melaju ke Kota Alcala de Guadaira.[21] Ia juga dapat mengalahkan kota ini dengan mudah.[22]
Pembebasan Kota Guadalajara
Thariq menuju kota Guadalajara dan berhasil menembus kota tersebut.[23]
Pembebasan Kota Ecija
Selanjutnya, Thariq membebaskan kota Ecija. Pasukan Thariq berhasil menangkap gubernur Ecija dan menawarkan sebuah kesepakatan damai. Kesepakatannya adalah gubernur harus menyerahkan Ecija dan menyerahkan pajak secara rutin. Sebagai imbalannya, ia akan tetap dibiarkan memerintah Ecija.[24]
Pembebasan Kota Kordoba
Thariq mengirim Mughyet ar-Rumi dan 700 pasukan berkuda untuk membebaskan Kordoba. Ternyata, Kordoba dipertahankan oleh 400 tentara yang sangat kuat dan memiliki pasokan air yang banyak. Dengan pertempuran sengit, Mughyet berhasil menembus benteng kota dan merebut seluruh kota. Seluruh pasukan Kordoba yang tersisa berlindung ke sebuah gereja di barat kota dengan pasokan air tak terbatas yang mengalir dari gunung. Setelah mengepung pasukan Kordoba selama 3 bulan, Mughyet mengutus Rabah, seorang dari bangsa Afrika, untuk menyusup ke gereja. Para prajurit Kordoba menangkap Rabah dan bingung mengapa kulitnya hitam, tidak seperti mereka yang putih. Rabah berhasil meloloskan diri dengan sebuah siasat dan memberitahu posisi pasokan air. Mughyet segera memerintahkan untuk memutus pasokan air tersebut. Pasukan Kordoba yang tidak mampu bertahan dari kehausan akhirnya melakukan bunuh diri massal dengan membakar gereja tempat mereka berlindung. Akhirnya, Mughyet berhasil membebaskan Kordoba dengan susah payah.[25]
Pembebasan Kota Granada
Pasukan pembebasan Granada diberangkatkan bersamaan dengan pasukan Mughyet. Tanpa memakan waktu lama, Granada pun dapat dibebaskan.[26]
Pembebasan Kota Almunecar
Pasukan Thariq kemudian menuju Kota Almunecar. Ia tidak menemui kesulitan berarti dalam membuka Almunecar.[27]
Pembebasan Kota Toledo
Thariq dan pasukannya yang lain berangkat menuju Toledo, ibu kota Visigoth. Ternyata, Toledo telah kosong ditinggalkan penduduknya. Thariq meninggalkan sedikit pasukannya untuk menjaga Toledo sementara ia melanjutkan pembebasan.[28]
Pembebasan Kota Medinat Al-Maida
Thariq melanjutkan perjalanannya menuju kota Medinat Al-Maida(Kota Meja), yakni kota kecil di dekat Toledo. Medinat Al-Maida adalah nama pemberian kaum Muslimin Al-Andalus, sementara nama asli kota ini tidak diketahui.[28] Di kota ini Thariq dan pasukannya menemukan harta rampasan perang yang banyak sekali. Mereka kemudian membawa dan mengumpulkannya bersama harta rampasan perang lain di Toledo. Berikut adalah harta-harta yang ditemukan Thariq:
Perhiasan dan karya seni yang begitu bagus[28][29]
Setelah serentetan pembebasan ini, Thariq dan pasukannya beristirahat di Toledo.
Pembebasan Al-Andalus Tahap Kedua
Catatan: banyak pendapat mengenai urutan pembebasan kota demi kota yang dilakukan Thariq, Musa, dan pasukannya. Urutan pembebasan dalam artikel ini hanyalah satu versi di antara banyak versi lain.
Kedatangan Musa Bin Nusayr
Musa bin Nusayr datang ke Semenanjung Iberia bersama 18.000 tentara[30] untuk membantu Thariq melakukan pembebasan. Ia datang pada Ramadhan 93 H (Juni 712 M).[31] Menurut beberapa sumber, Julian dan pasukannya juga ikut dalam rombongan ini.[32]
Musa bin Nusair segera bertindak cepat. Ia bersama pasukannya membebaskan kota-kota yang belum sempat dibebaskan oleh Thariq. Dalam waktu yang singkat, Seville berhasil dibebaskan.[35] Musa menjadikan kota ini sebagai ibu kota Islam.[36]
Pembebasan Kota Niebla
Setelah Seville, Musa bergerak ke kota Niebla. Tanpa mengalami kesulitan, Niebla pun segera dibebaskan.[35]
Pembebasan Kota Faro
Musa kembali bergerak menuju kota Faro. Dengan mudah, kota Faro pun berhasil dibuka.[35]
Musa memecah pasukannya. Ia memerintahkan anaknya, Abdul A'la bin Musa, untuk membawa pasukan menuju Malaga. Tanpa kesulitan berarti, Abdul A'la berhasil membuka kota Malaga.[37]
Pembebasan Kota Evora
Musa memerintahkan Abdul Aziz bin Musa, anaknya yang lain, untuk menuju Kota Evora. Sama seperti sebelumnya, Evora pun mudah untuk dibebaskan.[37]
Kemudian, Abdul Aziz bin Musa menuju Sagunto. Ia dan pasukannya berhasil membuka gerbang kota.[39]
Pembebasan Kota Murcia
Abdul Aziz bin Musa menuju Kota Murcia. Theodomir (Arab: Tudmir) sejauh ini berhasil mempertahankan kotanya dengan baik walau dengan sedikit prajurit. Ia meminta seluruh wanita untuk berpakaian baju besi dan mengangkat busur di puncak-puncak benteng mereka. Ini membuat Abdul Aziz mengira bahwa mereka sedang bertempur melawan pasukan yang sangat banyak.
Berkat siasat itu, Abdul Aziz pun meminta kesepakatan damai dan Theodomir menyetujuinya. Theodomir diperbolehkan tetap menguasai Murcia dengan hukum yang ditetapkannya asalkan membayar pajak tahunan dalam bentuk uang, biji-bijian, cuka, madu, minyak, dan anggur.[40][41] Di kemudian hari, kaum Muslim Al-Andalus menyebut tempat itu Bilad Tudmir (Negeri Tudmir).[42] Berikut ini adalah perjanjian antara Theodomir dan Kaum Muslim:
"[Tudmir] tidak akan:
Memberikan perlindungan bagi buronan dan musuh-musuh kita
Mendorong setiap orang yang dilindungi untuk takut kepada kita
Menyembunyikan berita tentang musuh-musuh kita"[40]
Pembebasan Kota Merida
Musa bin Nushair dan pasukannya menuju kota Merida. Ternyata, pasukan Merida sangat kuat dan kaum muslimin tidak bisa menang. Sampai hampir tiba Idul Fitri, pasukan Musa tidak sanggup menembus Merida. Saat hari raya Idul Fitri, Musa memerintahkan para prajuritnya untuk mewarnai rambut dan janggut mereka dengan warna merah sekadar untuk merayakan Idul Fitri. Pasukan Visigoth yang tidak tahu apa-apa terpesona karena rambut pasukan Musa berubah menjadi merah. Musa yang menyadari hal itu segera bertindak cepat. Esoknya, ia memerintahkan prajuritnya untuk mewarnai rambut mereka dengan warna hitam. Prajurit Visigoth pun terpesona kembali. Mereka berkomentar,
"Kami sudah melihat raja mereka, seorang yang sudah tua, tetapi kemudian bisa berubah menjadi muda lagi. Karenanya ikutilah nasihat kami, bahwa kita harus pergi kepadanya dan memenuhi permintaannya, sebab kita tak akan sanggup menghadapi orang-orang seperti mereka"
Akhirnya, diadakanlah perjanjian damai seperti yang dilakukan di beberapa kota yang lain. Mereka harus membayar pajak tahunan seperti kota lain.[43]
Menurut David Levering Lewis, cara ini belum berhasil sepenuhnya membuat pasukan Visigoth menyerah. Saat inilah Julian beserta pasukannya berpura-pura bertindak sebagai bala bantuan. Ia meminta dibukakan pintu gerbang. Setelah berhasil masuk ke dalam kota, pasukan Julian menghembuskan kabar bahwa Musa dan pasukannya adalah prajurit dewa yang mampu mengubah penampilan dan umur mereka sesuka hati. Mereka menyuruh pasukan Visigoth untuk menyerah saja. Akhirnya, perjanjian damai pun dibuat.[44]
Pembebasan Kota Talavera
Pasukan Musa mampir ke kota Talavera untuk membebaskannya sebelum menuju Zaragoza bersama Thariq.[45]
Pembebasan Kota Zaragoza
Kota Zaragoza ini dikenal juga dengan nama Saragossa. Setelah membuka Kota Merida, Musa memecah pasukannya menjadi dua. Abdul Aziz bin Musa melanjutkan perjalanan sementara Musa sendiri bertemu dengan Thariq di Toledo (pendapat lain mengatakan mereka bertemu di Kota Talavera, sebelah barat Toledo).[46] Musa bin Nushair dan Thariq pun menggabungkan pasukan dan berhasil membebaskan Zaragoza.[47] Zaragoza pada zaman dahulu adalah pusat Romawi Kuno. Di kota ini, Musa mendirikan masjid besar Sarakusta. Saat ini, masjid Sarakusta telah diubah menjadi Katedral La Seo.[48]
Pembebasan Kota Burgos
Setelah itu, pasukan menuju Kota Burgos dan dapat dibebaskan dengan mudah. Salah satu desa yang dibebaskannya bernama desa Amaya.[49][50]
Pembebasan Kota Coimbra
Abdul Aziz bin Musa yang membawa cukup banyak pasukan segera menuju kota Coimbra, sekarang ada di Portugal. Kota ini dapat dibebaskan tanpa banyak kesulitan.[40]
Pasukan Musa menuju Mertola dan berhasil mengalahkan tentara-tentara penjaga kota[51]
Pembebasan Kota Salamanca
Pasukan Musa bin Nusayr menuju Salamanca dan berhasil membuka gerbangnya.[52]
Pembebasan Kota Valencia
Valencia juga dapat dibebaskan setelah bertarung cukup keras.[53]
Pembebasan Kota Valladolid
Pasukan bergerak ke arah Valladolid dan bisa membuka gerbang kotanya[53]
Pembebasan Kota Barcelona
Setelah Zaragoza, Musa dan Thariq menuju Barcelona dan berhasil membebaskan kota tersebut dengan mudah.[47][54]
Pembebasan Kota Leon
Thariq bin Ziyad dan Musa membagi pasukannya. Thariq memacu kudanya menuju provinsi Leon dan Castile. Ia membebaskan kota Leon, Spanyol, setelah bertempur cukup sengit.[48]
Pembebasan Kota Astorga
Setelah itu, Thariq menuju kota Astorga. Di sini Thariq dengan mudah bisa membuka gerbang kota dan menguasainya.[48]
Pembebasan Kota Oviedo
Musa menuju kota Oviedo yang berada dalam kekuasaan kerajaan Asturias. Tidak memerlukan waktu lama, akhirnya Musa bisa menguasai kota ini.[48]
Pembebasan Kota Gijon
Thariq menuju Kota Gijon dan berhasil membebaskannya.[55]
Meneruskan Pembebasan
Musa dan Thariq meneruskan pembebasan menuju arah barat Al-Andalus, tetapi nama kota dan urutan yang mereka bebaskan tidak diketahui. Setelah itu, mereka kembali ke Toledo.[36]
Status Wilayah Ceuta
Karena dianggap telah banyak membantu pasukan Thariq, Julian tetap dibiarkan menguasai Ceuta untuk menghormatinya. Thariq hanya mewajibkannya mengirim pajak tahunan. Kelak, ketika Julian sudah meninggal, wilayah Ceuta baru dimasukkan ke dalam area kekhalifahan Islam. Sementara itu, nasib Florinda tidak diketahui[56]
Kondisi Pasca Pembebasan
Politik
Thariq bin Ziyad diangkat menjadi gubernur Al-Andalus untuk sementara. Ia bersama Musa bin Nusayr menegakkan hukum Islam di seluruh penjuru Semenanjung Iberia.[57] Para pemimpin yang sudah menandatangani perjanjian damai dengan pasukan Thariq wajib membayar pajak tahunan dan mengakui kekuatan kekhalifahan Islam. Sebagai imbalannya, mereka diizinkan memiliki pemerintahan yang independen. Mereka juga dilindungi seperti warga lainnya.
Thariq juga berusaha menyelesaikan hak-hak yang sebelumnya dirampas oleh Roderick, misalnya seperti kasus Witiza. Witiza adalah penguasa Semenanjung Iberia sebelum Roderick. Namun, pada tahun 710 M, Roderick mengadakan kudeta berdarah terhadap pemerintahan Witiza sehingga ia terbunuh. Harta-harta Witiza pun banyak yang dierebut. Pada pertempuran Guadalete, pasukan pendukung Witiza yang direkrut oleh Roderick membelot ke Thariq. Pasukan Witiza sepakat akan membantu Thariq dengan imbalan Thariq memberikan hak mereka yang telah dirampas Roderick, yakni 3.000 peternakan[17] dan 1.000 desa.[58]
Setelah pertempuran Guadalete selesai, anak-anak Witiza menemui Thariq dan meminta pelunasan janjinya. Thariq meminta mereka untuk menemui Musa bin Nusayr di Qayrawan, ia yang akan menyelesaikan urusan mereka. Thariq pun membantu menuliskan surat rekomendasi kepada Musa tentang kasus tersebut. Setelah membaca surat Musa dan penuturan anak-anak Witiza, Musa pun mengabulkan keinginan itu. Ia mengembalikan hak mereka yang telah dirampas oleh Roderick, yakni 3.000 peternakan dan 1.000 desa.[59]
Sosial-Ekonomi
Sebelum pembebasan Al-Andalus, Visigoth mempraktikkan Latifundium. Itu adalah sebuah praktik pengolahan tanah yang pekerjanya adalah para budak, mirip seperti industri perkebunan pada zaman sekarang. Menurut David Levering Lewis, ekonomi Visigoth dibangun di atas perbudakan.[60] Setelah Thariq datang, tanah itu dibagi-bagi ke petani lokal. Sebagian besar budak juga dibebaskan atau mereka membebaskan diri mereka sendiri dengan tebusan (pada zaman Visigoth, budak tidak diizinkan menebus diri mereka).
Thariq juga membebankan pajak umum kepada seluruh masyarakat, baik ia Muslim, Nasrani, atau Yahudi. Khusus penduduk Nasrani dan Yahudi, ada pajak personal atau bila mereka tidak mampu, mereka menggantinya dengan mengikuti wajib militer. Pajak ini bertingkat sesuai tingkat profesionalitas mereka. Semakin profesional dan kaya, pajaknya semakin besar. Selain itu, ada pula kelompok masyarakat bebas pajak, mereka adalah:
Semenanjung Iberia sudah selesai dikuasai kecuali daerah Asturias. Ada seorang bangsawan Visigoth yang bernama Pelayo, kemungkinan ia adalah pengawal pribadi Roderick. Pelayo berhasil meloloskan diri dari Pertempuran Guadalete dan menyusun pasukan kembali. Pada suatu hari mereka menyerang pasukan Thariq tetapi tidak berhasil. Pelayo dan pengikutnya terdesak hingga tinggal 30 orang laki-laki dan 10 orang perempuan. Mereka kemudian menyingkir ke daerah Covadonga, daerah yang terjal dan berbukit-bukit. Pasukan Thariq terus mengepung mereka sampai Pelayo dan pengikutnya kelaparan. Mereka hanya mampu makan madu yang mereka kumpulkan dari pohon terdekat.
Pasukan Thariq berpikir tidak perlu mengejar Pelayo lagi karena ia dan pengikutnya akan mati kelaparan sendiri. Oleh karena itulah, mereka kemudian meninggalkan Pelayo dan melupakan kejadian itu. Ini adalah kesalahan fatal Pasukan Thariq. Tanpa disangka, Pelayo berhasil bertahan dari kelaparan dan menyusun ulang kekuatannya kembali. Pelayo mendirikan Kejaraan Asturias dan menjadi cikal bakal kekuatan masa depan yang berhasil mengusir Kaum Muslimin dari Semenanjung Iberia.[62]
Toleransi Agama ala Thariq
Kondisi Pra-Islam
Awalnya, kondisi hubungan antaragama cukup baik di Visigoth. Namun, semua berubah ketika Dewan Toledo Ketujuh mendeklarasikan sebuah dekret, "Raja tidak akan menoleransi seorang pun yang tidak Katolik dalam kerajaannya".[63] Bangsa Yahudi dipaksa untuk pindah agama menjadi Katolik dan dijadikan budak sementara Kristen Unitarian dianggap bid'ah oleh kerajaan. Perayaan agama seperti Paskah, pelaksanaan hukum makanan, dan pernikahan agamais dilarang. Akhirnya, ribuan orang Yahudi banyak yang kabur ke Pyrennes di barat daya Prancis. Kaum Yahudi adalah kelompok yang paling tersiksa, oleh karena itu saat pasukan Thariq datang, mereka senang karena berarti Visigoth telah runtuh. Mereka juga membantu Thariq membukakan pintu gerbang kota.[64]
Kondisi Setelah Pembebasan
Terdapat sebuah perjanjian damai yang banyak membicarakan tentang toleransi agama. Teks ini tertanggal 713 M, disusun oleh Abdul Aziz bin Musa dan Theodomir. Berikut adalah teksnya yang berhubungan dengan toleransi agama:
"Umat Kristen diperbolehkan untuk tetap mempertahankan gereja-gereja dan biara-biara mereka, demikian pula kaum Yahudi diperbolehkan mempertahankan sinagog-sinagog mereka..."
"Komunitas-komunitas Kristen dan Yahudi tetap memegang dan menerapkan hak hukum otonom dalam setiap perselisihan yang tidak melibatkan hak-hak kaum Muslim. Mereka juga mempunyai pemimpin-pemimpin mereka sendiri, uskup-uskup, serta comite (bangsawan yang ditunjuk) untuk mewakili mereka dalam pemerintahan Muslim"[61]
"Pengikutnya tidak akan dibunuh atau dijadikan tawanan..Mereka tidak akan dipaksa dalam hal agama, gereja mereka tidak akan dibakar"[40]
Thariq dan pasukannya berusaha menegakkan toleransi agama dengan maksimal. Kelompok yang paling senang dengan kebijakan ini adalah Yahudi, mengingat mereka sebelumnya begitu menderita di bawah tekanan Visigoth. Namun, selain Yahudi, kelompok Nasrani pun menunjukkan ketertarikan yang kuat. David Levering Lewis mengomentari masalah toleransi ini dengan berkata:
"Tradisi kebebasan relatif dalam hal-hal sipil menjadi sangat dihormati di Al-Andalus, dengan hasil sangat baik sehingga banyak keturunan aristokrat dan rakyat Katolik mereka segera siap untuk tunduk kepada penguasa muslim sebagaimana orang-orang Yahudi dari Kordoba dan Sevilla"[40]
Perselisihan Thariq dengan Tokoh yang Lain
Perselisihan Thariq-Musa
Kasus Pembebasan Al-Andalus
Setelah pertempuran Guadalete, Musa mengirim surat kepada Thariq, memintanya untuk menunda pembebasan sampai ia tiba ke Al-Andalus. Namun, kali ini Thariq tidak menaati Musa. Pertimbangan Thariq adalah jika ia menunda pembebasan, maka Visigoth akan berhasil menyusun kekuatan dan menyerang balik pasukan Thariq. Oleh karena itulah, Thariq tetap melanjutkan pembebasan.[19]
Saat Musa bertemu Thariq di Toledo, Musa masih ingat persoalan tersebut dan menjadi sangat marah. Ia memecut Thariq di depan pasukannya sendiri dan menjebloskannya ke penjara. Namun, Musa segera menyadari bahwa perilakunya ke Thariq sangat berlebihan. Akhirnya, Thariq dibebaskan dan diangkat kembali menjadi pemimpin pasukan. Kemudian, mereka berdua melanjutkan pembebasan terhadap Al-Andalus.[65]
Kasus Meja Sulaiman
Thariq menemukan Meja Sulaiman di kota Medinat Al-Maida. Namun, Musa meminta Thariq untuk menyerahkan Meja Sulaiman dan seluruh harta rampasan perang kepadanya. Thariq pun memotong salah satu kaki meja dan menyembunyikannya. Saat Musa bertanya soal kaki meja yang hilang, Thariq berkata saat ditemukan memang sudah seperti itu. Musa pun mengklaim ke Al-Walid bahwa ia yang menemukan Meja Sulaiman dan harta rampasan yang lain.
Ketika Musa dan Thariq dipanggil ke Damaskus untuk menyerahkan harta rampasan, Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik (Al-Walid sudah meninggal sebelum sidang kasus Meja Sulaiman dilangsungkan) bertanya mengapa kaki Meja Sulaiman terpotong. Musa berkata memang sudah terpotong seperti itu saat ia temukan. Saat itulah Thariq mengeluarkan kaki meja yang sebelummnya telah ia potong. Ini menunjukkan bahwa Thariq-lah sebenarnya yang menemukan Meja Sulaiman. Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik pun marah dan menghukum Musa.[66]
Perselisihan Thariq-Rughyet
Menurut Alwi Alatas, Thariq sempat berselisih dengan Rughyet. Saat Thariq telah kembali ke Damaskus, khalifah Sulaiman bin Abdul Malik memanggil Rughyet untuk meminta pendapatnya bagaimana kalau ia melanjutkan pengangkatan Thariq menjadi gubernur Al-Andalus.
Rughyet menolaknya dan mengatakan bahwa itu terlalu berbahaya, sebab
"Andaikata Thariq meminta rakyat Al-Andalus untuk shalat tidak menghadap Ka'bah, tentulah mereka akan mematuhinya", kata Rughyet.
Rughyet menggambarkan bahwa rakyat Al-Andalus sangat taat terhadap Thariq dan itu bisa membahayakan kedudukan khalifah Sulaiman bin Abdul Malik. Akhirnya, Sulaiman tidak jadi mengangkat Thariq kembali menjadi gubernur Al-Andalus.
Saat Thariq mendengar hal ini, ia menemui Rughyet dan menanyakan alasannya mengapa ia berkata seperti itu. Rughyet mengatakan ia membalasnya karena Thariq pernah merampas tawanan milik Rughyet.
"Jika kamu membiarkanku bersama tawananku dan tidak merebutnya, aku akan membiarkan Al-Andalus ada di tanganmu", kata Rughyet.[67]
Tahun-Tahun Akhir Thariq bin Ziyad
Setelah beberapa saat menjadi gubernur Al-Andalus, Thariq bin Ziyad dipanggil kembali oleh khalifah Al-Walid ke Damaskus. Ia berangkat bersama Musa bin Nushair pada September 714 M.[68] Tahun-tahun akhir hidup Thariq bin Ziyad masih penuh misteri dan belum diketahui. Ia wafat tahun 720 M di Damaskus.[69]
Quotes tentang Thariq bin Ziyad
"Thariq adalah orang yang pemberani, gagah, lebih mencintai pertempuran dibandingkan harta benda" (Henry Coppee)[70]
"Dia (Thariq bin Ziyad) pasti tidak terlalu tua, seorang penunggang kuda yang amat cekatan, dan hampir pasti terlahir sebagai seorang pemimpin" (David Levering Lewis)[71]
"Seperti (Julius) Caesar, Thariq adalah seorang petaruh yang mampu mengilhami tentaranya untuk mati berjuang dengan penuh pengabdian melawan rintangan yang menakutkan" (David Levering Lewis)[72]
Quotes tentang Pembebasan Al-Andalus
"Pada malam kedatangan Islam di benua Eropa, peradaban Eropa hanya -dan memang, tak lebih dari- sebuah kemungkinan...Yang memberi janji kebangkitan kembali Eropa justru adalah peradaban baru umat Islam yang hendak ditransfer oleh Thariq bin Ziyad dan beberapa ribu prajurit Berbernya dari Afrika Utara ke Hispania" (David Levering Lewis)[73]
"Saat cahaya kebenaran menyinari Spanyol, realitas otentik negeri ini terungkap dalam alur yang paling terang" (Americo Castro)[74]
"Mereka (Visigoth) segera digantikan oleh 'Elang-Elang Arab dan Afrika' yang tidak hanya merebut Semenanjung Iberia dari tangan bangsa Visigoth, tetapi juga mengukir salah satu mozaik terindah dalam peradaban dunia" (Alwi Alatas)[75]
^Ada legenda yang menyebutkan bahwa Thariq dan Musa berhasil menembus Gunung Pyrennes, Prancis Selatan, dan membebaskan kota Narbonne, Avignon, dan Lyons. Kemudian pasukan mereka menuju sungai Rhone. Mereka bertekad akan meneruskan perjalanan sampai ke Gerbang Konstantinopel, membuka Konstantinopel, dan berjalan sampai ke istana khalifah di Damaskus. Namun, itu tidak jadi dilakukan karena khalifah Al-Walid keburu memanggil Thariq dan Musa untuk kembali ke Damaskus. Alwi Alatas menolak kisah ini, katanya, "kecil kemungkinan mereka melakukan itu. Bagaimanapun pasukan Muslimin hanya 25.000 orang sementara wilayah Al-Andalus sudah terlampau luas untuk dikontrol, apalagi penduduknya 4-5 juta orang" (halaman 137)
^Alatas, Alwi. 2007. Sang Penakluk Andalusia: Thariq ibn Ziyad dan Musa ibn Nusayr. Zikrul: Jakarta halaman 139-140
^Thomson, Ahmad dan Muhammad 'Ata' Ur Rahim. 2004. Islam Andalusia: Sejarah Kebangkitan dan Keruntuhan. Gaya Media Pratama: Ciputat halaman 28
^Alatas, Alwi. 2007. Sang Penakluk Andalusia: Thariq ibn Ziyad dan Musa ibn Nusayr. Zikrul: Jakarta halaman 108
^Alatas, Alwi. 2007. Sang Penakluk Andalusia: Thariq ibn Ziyad dan Musa ibn Nusayr. Zikrul: Jakarta halaman 107-108
^Lewis, David Levering. 2008. The Greatness of Al-Andalus: Ketika Islam Mewarnai Peradaban Barat. Serambi: Jakarta halaman 180
^ abThomson, Ahmad dan Muhammad 'Ata' Ur Rahim. 2004. Islam Andalusia: Sejarah Kebangkitan dan Keruntuhan. Gaya Media Pratama: Ciputat halaman 26
^Thomson, Ahmad dan Muhammad 'Ata' Ur Rahim. 2004. Islam Andalusia: Sejarah Kebangkitan dan Keruntuhan. Gaya Media Pratama: Ciputat halaman 28-29
^Lewis, David Levering. 2008. The Greatness of Al-Andalus: Ketika Islam Mewarnai Peradaban Barat. Serambi: Jakarta halaman 183-184
^Lewis, David Levering. 2008. The Greatness of Al-Andalus: Ketika Islam Mewarnai Peradaban Barat. Serambi: Jakarta halaman 184-187
^Alatas, Alwi. 2007. Sang Penakluk Andalusia: Thariq ibn Ziyad dan Musa ibn Nusayr. Zikrul: Jakarta halaman 135-136
^Alatas, Alwi. 2007. Sang Penakluk Andalusia: Thariq ibn Ziyad dan Musa ibn Nusayr. Zikrul: Jakarta halaman 143-144
^Alatas, Alwi. 2007. Sang Penakluk Andalusia: Thariq ibn Ziyad dan Musa ibn Nusayr. Zikrul: Jakarta halaman 148-149
^Lewis, David Levering. 2008. The Greatness of Al-Andalus: Ketika Islam Mewarnai Peradaban Barat. Serambi: Jakarta halaman 208
^Alatas, Alwi. 2007. Sang Penakluk Andalusia: Thariq ibn Ziyad dan Musa ibn Nusayr. Zikrul: Jakarta halaman 149
^Henry Coppee. History of the Conquest of Spain by the Arab-Moors: With a Sketch of the Civilization which They Achieved, and Imparted to Europe halaman 343
^Lewis, David Levering. 2008. The Greatness of Al-Andalus: Ketika Islam Mewarnai Peradaban Barat. Serambi: Jakarta halaman 170
^Lewis, David Levering. 2008. The Greatness of Al-Andalus: Ketika Islam Mewarnai Peradaban Barat. Serambi: Jakarta halaman 194
^Lewis, David Levering. 2008. The Greatness of Al-Andalus: Ketika Islam Mewarnai Peradaban Barat. Serambi: Jakarta halaman 172 dan 215
^Thomson, Ahmad dan Muhammad 'Ata' Ur Rahim. 2004. Islam Andalusia: Sejarah Kebangkitan dan Keruntuhan. Gaya Media Pratama: Ciputat halaman VII
^Alatas, Alwi. 2007. Sang Penakluk Andalusia: Thariq ibn Ziyad dan Musa ibn Nusayr. Zikrul: Jakarta halaman 67
Bacaan lanjutan
Alatas, Alwi. 2007. Sang Penakluk Andalusia: Thariq ibn Ziyad dan Musa ibn Nusayr. Zikrul: Jakarta.
Coppee, Henry. 1881. History of the Conquest of Spain by the Arab-Moors: With a Sketch of the Civilization which They Achieved, and Imparted to Europe. Little Brown & Company: Boston.
Lewis, David Levering. 2008. The Greatness of Al-Andalus: Ketika Islam Mewarnai Peradaban Barat. Serambi: Jakarta.
Thomson, Ahmad dan Muhammad 'Ata' Ur Rahim. 2004. Islam Andalusia: Sejarah Kebangkitan dan Keruntuhan. Gaya Media Pratama: Ciputat.