Ungkapan "wortel dan tongkat" (bahasa Inggris: carrot and stick) adalah metafora untuk penggunaan kombinasi antara hadiah dan hukuman untuk mendorong perilaku yang diinginkan.[1] Dalam politik, "wortel atau tongkat" terkadang mengacu pada konsep realis tentang kekuasaan lunak dan keras. Wortel dalam konteks ini bisa menjadi janji bantuan ekonomi atau diplomatik antarnegara, sedangkan tongkat bisa menjadi ancaman aksi militer.
Asal-usul
Referensi bahasa Inggris paling awal untuk "wortel dan tongkat" berasal dari penulis pada pertengahan abad ke-19 yang selanjutnya mengacu pada karikatur atau kartun pada waktu itu yang menggambarkan perlombaan antara para penunggang keledai. Dalam cerita ini, joki yang kalah menggunakan strategi memukuli tunggangannya dengan "ranting semak berduri" untuk mendorong kedelainya maju, sementara pemenang lomba duduk santai di pelana keledainya sambil memegang pangkal tongkat berumpan wortel.[2][3] Dalam beberapa tradisi lisan, lobak digunakan sebagai pengganti wortel sebagai godaan bagi keledai.
Beberapa dekade kemudian, ide tersebut muncul dalam sepucuk surat dari Winston Churchill tertanggal 6 Juli 1938: "Maka, dengan setiap alat mulai dari tongkat hingga wortel, keledai Austria yang kurus dibuat untuk menarik gerobak Nazi ke atas bukit yang curam."[4]
Belahan Bumi Selatan menyusul penggunaan metafora ini pada tahun 1947 dan 1948 di tengah komentar surat kabar Australia tentang perlunya merangsang produktivitas setelah Perang Dunia II.[5][6] Penggunaan paling awal dari idiom "wortel dan tongkat" dalam majalah Amerika Serikat yang tersedia secara luas adalah dalam terbitan The Economist pada 11 Desember 1948 dan dalam artikel surat kabar Daily Republic pada tahun yang sama yang membahas ekonomi Rusia.[7] Dalam bahasa Jerman, serta Rusia dan Ukraina, idiom serupa diterjemahkan sebagai roti gula dan cambuk.