[Yesus menjawab mereka:] "bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan mengambil roti sajian, lalu memakannya dan memberikannya kepada pengikut-pengikutnya, padahal roti itu tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam?"[4]
Menurut Imamat 24:5–9roti sajian itu setelah seminggu ditempatkan di dalam Kemah Suci harus diganti dengan yang baru, dan roti yang lama itu dikhususkan untuk menjadi makanan para imam keturunan Harun. Roti itu oleh imam Ahimelekh diberikan kepada Daud dan pengikutnya.[5]
Ayat 5
Kata Yesus lagi kepada mereka: "Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat."[6]
Sekalipun orang Farisi menuduh bahwa Yesus telah melanggar hari Sabat, pada kenyataannya Ia hanya melanggar penafsiran ekstrem mereka mengenai Sabat itu. Yesus menyatakan bahwa praktik Sabat tidak boleh merosot menjadi suatu bentuk upacara keagamaan yang harus dipelihara dengan mengorbankan kebutuhan penting manusia.[7]
"Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat"
Sabat harus digunakan agar orang dapat meninggalkan pekerjaan sehari-hari serta usaha mencari keuntungan material dan berbalik kepada Allah sebagai suatu ikrar bahwa Dialah Tuhan atas segenap kehidupan ini. Tambahan pula, kata-kata dan tindakan Yesus (Lukas 6:6-10) mengajar orang percaya bahwa Hari Tuhan itu harus menjadi suatu kesempatan untuk menolong orang yang membutuhkan pertolongan, baik secara rohani maupun secara jasmani.[7]
Ayat 9
Lalu Yesus berkata kepada mereka: "Aku bertanya kepada kamu: Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membinasakannya?" (TB)[8]
Ayat 12
Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah. (TB)[9]
"Semalam-malaman Ia berdoa": Berulang-ulang Yesus meluangkan waktu untuk sendirian dengan Bapa-Nya dalam doa, khususnya pada saat-saat hendak mengambil keputusan yang penting (lihat Lukas 5:16).
1) Doa-Nya yang bersungguh-sungguh semalam suntuk itu menghasilkan sesuatu yang luar biasa (lihat Yakobus 5:16). Setelah doa semalaman ini, Yesus memilih kedua belas orang untuk menjadi murid-Nya (Lukas 6:13–16), menyembuhkan banyak orang sakit (Lukas 6:17–19) dan menyampaikan khotbah-Nya yang paling sering dikutip (Lukas 6:20–49).
2) Apabila Yesus, Anak Allah yang sempurna, meluangkan waktu semalam suntuk untuk berdoa kepada Bapa ketika hendak mengambil keputusan penting, betapa lebih lagi orang percaya, dengan segala kelemahan dan kegagalannya, perlu meluangkan waktu semalaman dalam doa dan dalam hubungan yang intim dengan Bapa sorgawinya.[7]
^Willi Marxsen. Introduction to the New Testament. Pengantar Perjanjian Baru: pendekatan kristis terhadap masalah-masalahnya. Jakarta:Gunung Mulia. 2008. ISBN 9789794159219.
^John Drane. Introducing the New Testament. Memahami Perjanjian Baru: Pengantar historis-teologis. Jakarta:Gunung Mulia. 2005. ISBN 9794159050.