Penggunaan huruf Y dalam alfabet Latin berawal dari abad pertama SM. Huruf itu digunakan untuk menulis kata pinjaman dari bahasa Yunani, sehingga Y bukan huruf untuk menulis kosakata asli bahasa Latin dan biasanya dilafalkan /u/ atau /i/. Pelafalan yang kedua menjadi umum pada masa klasik dan digunakan oleh banyak orang kecuali kalangan terpelajar. Claudius, Kaisar Romawi memperkenalkan huruf baru ke dalam alfabet Latin untuk melambangkan apa yang disebut sonus medius (vokal pendek sebelum konsonan bibir), tetapi kadang kala dalam prasasti ditulis sebagai huruf upsilon dari Yunani.
Pada masa Yunani Kuno, huruf Υ (Upsilon) melambangkan [u], sebelum beralih ke [y](info) (vokal depan tertutup bulat). Mulanya bangsa Romawi Kuno mengadaptasi huruf ini menjadi huruf V, untuk menandakan bunyi vokal /u/ dan konsonan /w/, tetapi tidak lama kemudian, oleh karena sebutan Ypsilon dalam bahasa Yunani beranjak ke vokal /y/, maka bangsa Romawi meminjam huruf Yunani tersebut sesuai bentuk asalnya termasuk garis vertikal di bawahnya, khususnya untuk menandai nama-nama dan kata-kata pinjaman bahasa Yunani. Y dinamakan Y Graeca, 'Y Yunani'. Tak diragukan lagi bahwa pelafalannya I Graeca, 'I Yunani', karena penutur bahasa Latin sulit mengucapkan vokal depan[y](info), yang tidak terdapat dalam kosakata asli bahasa Latin. Dalam rumpun bahasa Roman, pelafalannya menjadi nama yang umum: i griega dalam bahasa Spanyol, i grec dalam bahasa Prancis, dsb.
Huruf Y digunakan dalam bahasa Inggris Kuno dan Latin untuk melambangkan fonem /y/; namun, ada yang menganalisis penggunaan ini merupakan kreasi tersendiri di Inggris dengan menggabungkan V ke atas I, tanpa menghubungkan penggunaan huruf ini dalam bahasa Latin. Mungkin juga bahwa huruf Y, meskipun dinamakan Y Græca (dibaca ugre:ka) atau 'u Yunani' agar dibedakan dari /u/ dalam bahasa Latin, tetap dianalisis sebagai huruf V (disebut /uː/) di atas huruf I (disebut /iː/). Maka huruf Y dipanggil [uːiː]; setelah /uː/ menjadi /w/ dan setelah pergeseran vokal besar-besaran dalam bahasa Inggris maka sebutannya menjadi /waɪ/.
Pada masa bahasa Inggris Pertengahan, kebundaran vokal /y/ (vokal depan tertutup "bulat") memudar sehingga bunyinya mirip dengan vokal /iː/ (vokal depan tertutup "tak bulat") dan /ɪ/. Maka dari itu, banyak kata yang awalnya dieja dengan I kemudian dieja dengan Y, dan demikian sebaliknya. Penggantian serupa terjadi dalam kosakata Latin: kata asli silva ("kayu") dieja dengan Y dalam kata Pennsylvania.
Demikian pula, Y vokal dalam bahasa Inggris Modern dilafalkan mirip I, tetapi bahasa Inggris modern menggunakannya hanya dalam kata-kata tertentu, tidak seperti bahasa Inggris Pertengahan dan awal Modern. Huruf itu memiliki tiga kegunaan: pengganti upsilon dalam kata serapan dari bahasa Yunani (system; Yunani: σύστημα), di akhir kata (rye, city; bandingkan cities, yang huruf akhirnya adalah S), dan dalam kata dasar bersuku kata satu dengan akhir vokal (dy-ing).
yogh
thorn
Thorn
Saat mesin cetak diperkenalkan dari daratan utama Eropa, William Caxton dan tukang cetak dari Inggris lainnya menggunakan Y sebagai pengganti Þ (thorn: setara dengan th dalam bahasa Inggris Modern), yang tidak tersedia dalam tipe huruf dari daratan utama Eropa. Dari cara ini munculah perubahan ejaan "the" menjadi "ye" dalam umpatan kuno "Ye Olde Shoppe". Terlepas dari ejaan, pelafalannya tetap sama seperti "the" masa kini (/ðiː/ atau /ðə/). Ye (/jiː/) merupakan pelafalan ejaan modern asli.[1]
Konsonan
Penggunaan huruf Y untuk bunyi konsonan j(info) (year, Jahr, yang) kemungkinan tidak terkait dengan pengunaannya sebagai huruf vokal. Kemungkinan huruf itu merupakan pengganti huruf yogh (Ȝȝ) dalam bahasa Inggris Pertengahan yang melambangkan bunyi /j/. Yogh yang melambangkan bunyi lainnya, [ɣ](info) (konsonan desis langit-langit belakang), kemudian ditulis dengan dwihurufgh dalam bahasa Inggris Modern.
Penggunaan
Bahasa Jermanik
Dalam bahasa Spanyol, huruf Y disebut i/y griega, dalam bahasa Katalani grega, dalam bahasa Prancis dan Romaniai grec, dalam bahasa Polandiaigrek yang semuanya berarti "I Yunani"; pada kebanyakan bahasa Eropa lainnya, nama Yunani asalnya masih dipakai; dalam bahasa Jerman, namanya Ypsilon (atau "Üpsilon") dan dalam bahasa Portugisípsilon atau ípsilo.[2] Mulanya huruf Y diciptakan sebagai huruf vokal, tetapi lama-kelamaan dijadikan konsonan dalam kebanyakan bahasa.
Jika tidak dibaca sebagai vokal kedua dalam diftong, huruf ini memiliki nilai bunyi /y/ dalam rumpun bahasa Skandinavia dan /ʏ/ dalam bahasa Jerman. Y tidak pernah dianggap sebagai konsonan (kecuali dalam kata serapan), tetapi dalam diftong, seperti pada nama Meyer, huruf itu berperan sebagai variasi "i".
Dalam bahasa Belanda, Y hanya muncul pada kata serapan dan nama yang biasanya melambangkan bunyi /i/. Huruf ini biasanya diabaikan dalam alfabet bahasa Belanda dan digantikan oleh ligatur "IJ". Dalam bahasa Afrikaans, perkembangan bahasa Belanda, Y melambangkan diftong [ɛi], kemungkinan karena percampuran huruf kecil i dan y atau mungkin berasal dari ligatur IJ.
Dalam bahasa Faroe dan Islandia, huruf itu selalu dilafalkan i. Dalam kedua bahasa tersebut, huruf itu juga menjadi bagian dari pengejaan diftong: ey (keduanya) dan oy (hanya bahasa Faroe).
Bahasa Spanyol
Dalam bahasa Spanyol, Y digunakan sebagai inisial pengganti huruf I agar lebih mudah dibedakan (sedangkan Jerman menggunakan huruf J karena alasan yang sama). Maka dari itu "el yugo y las flechas" adalah simbol yang berbagi inisial Isabella I dari Castilla (Ysabel) dan Ferdinand II dari Aragon. Ejaan ini direformasi oleh Royal Spanish Academy dan kini hanya ditemukan pada nama diri yang dieja secara kuno, seperti Ybarra atau CYII, simbol Canal de Isabel II. X juga masih digunakan dalam bahasa Spanyol dengan pengucapan berbeda pada beberapa ejaan kuno.
Sebagai suatu kata, huruf Y merupakan kata penghubung yang berarti "dan" dalam bahasa Spanyol dan dilafalkan [i](info).
Dalam marga Spanyol, y dapat memisahkan marga ayah dengan marga ibu, contohnya "Santiago Ramón y Cajal"; contoh lainnya "Maturin y Domanova", dari seri novel karya Jack Aubrey. Nama dalam bahasa Katalan menggunakan i untuk hal ini. Selain itu, Y melambangkan bunyi [ʝ](info) (konsonan desis langit-langit bersuara) dalam bahasa Spanyol. Saat muncul sebelum bunyi vokal [i], Y digantikan oleh E, contoh: "español e inglés". Hal ini untuk menghindari pelafalan [i] dua kali.
Sebelum tahun 1972, bahasa Indonesia menggunakan huruf J sebagai lambang bunyi [j] (konsonan hampiran langit-langit). Meskipun demikian, huruf Y juga digunakan sebagai lambang bunyi yang sama namun jarang ditemui; contohnya pada nama Mohammad Yamin, dan Pramoedya Ananta Toer (untuk menghindari kekeliruan karena "dj" dilafalkan [d͡ʒ] atau [ɟ]). Setelah ditetapkannya Ejaan Yang Disempurnakan, maka huruf Y menggantikan posisi J. Demikian pula pada dwihuruf "nj" diganti dengan "ny".
Dalam bahasa Italia, Y (i greca atau ipsilon) digunakan dalam beberapa kata serapan.
Dalam bahasa Polandia dan Guaraní, huruf itu melambangkan bunyi vokal ɨ(info) (vokal madya tertutup takbulat).
Dalam Lithuania, Y adalah huruf ke-15 dan merupakan huruf hidup. Huruf itu disebut i panjang dan dilafalkan [iː] seperti kata see dalam bahasa Inggris.
Dalam Welsh huruf itu dilafalkan [ə](info) (vokal madya) dalam kata bersuku kata tunggal atau suku kata tak akhir, dan [ɨ] atau [i] (tergantung aksen) dalam suku kata akhir.
Saat digunakan sebagai huruf hidup dalam Vietnam, huruf y melambangkan vokal depan tertutup takbulat. Saat dipakai sebagai monoftong, fungsinya setara dengan huruf i dalam alfabet bahasa Vietnam. Ada upaya untuk mengganti penggunaan i seluruhnya, tetapi tampaknya sebagian besra gagal. Sebagai bunyi konsonan, huruf itu melambangkan bunyi hampiran langit-langit.
Merupakan indikasi kelangkaan vokal bulat depan karena [y] adalah suara paling langka dalam Alfabet Fonetis Internasional yang diwakili oleh huruf Latin, kurang dari setengah penggunaan [q] atau [c] dan hanya sekitar seperempat penggunaan [x].