Bandara Abdul Rachman Saleh memiliki landasan pacu sepanjang 2.500 m dan merupakan tempat pesawat Hercules C-130 dan Super Tucano sebagai pengganti OV-10 Bronco yang telah di musiumkan. Selain itu Detasemen Matra 2 KOPASGAT dan YONKO 464 KOPASGAT Komando Pasukan Gerak Cepat juga bermarkas di sini.
Nama bandara ini diambil dari salah satu pahlawan nasional Indonesia: Abdulrahman Saleh, dan sebelum bernama Bandara Abdulrahman Saleh, bandara ini bernama Lapangan Terbang Bugis.
Posisi Pangkalan Udara Abdulrahman Saleh begitu aman karena dikelilingi oleh benteng alam dan berada di kaki gunung, ini menyebabkan Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh tidak tampak begitu jelas di udara sehingga jika ada pesawat musuh melewati jalur udara di atasnya Pangkalan Udara ini akan tertutup oleh kabut. Ini merupakan posisi yang sangat strategis untuk pertahanan militer tersebut yang juga dijadikan alasan Belanda memilih Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang untuk menjadi salah satu daerah pertahanan udaranya. Pemerintah Belanda pada waktu itu sengaja membuat landasan pacu cukup panjang, sehingga dapat dipergunakan untuk landing dan take off pesawat–pesawat berjenis lebar seperti pesawat bomber, Glynmartin, Fokker, dan Jagers.
Pada 17Agustus1952, atas pengorbanan dan jasa-jasa Prof. Dr. Abdulrachman Saleh dalam usahanya mengembangkan AURI dan memperjuangkan bangsa Indonesia, Kepala Staf Angkatan Udara yang menjabat saat itu yaitu Komodor Udara Soerjadi Soerjadarma dengan dikeluarkannya surat Penetapan Kepala Staf Angkatan Udara Nomor 76/48/Pon.2/KS/52 yang berisi perubahan nama-nama Pangkalan Udara tipe A salah satunya adalah perubahan Pangkalan Udara Bugis menjadi Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh.
Setelah enam tahun sejak 25 Mei 2005 menggunakan terminal di dalam base ops Lanud Abdul Rachman Saleh, pada tanggal 30 Desember 2011 penerbangan sipil di Abdul Rachman Saleh menggunakan bandar udara yang terpisah dari base ops Lanud Abdulrahman Saleh. Bandar udara ini dibangun dengan biaya mencapai Rp 139 miliar. Seperti diketahui, penerbangan sipil di bandara ini mulai dibuka sejak 1 April 1994 oleh Merpati Nusantara Airlines dengan menggunakan pesawat Fokker F28. Karena sering mengalami keterlambatan (tidak sesuai jadwal) mulai kurun waktu tahun 1996-1997 mengalami penurunan load factor sampai 14,54 %. Pada tanggal 16 Juni 1997, PT Merpati Nusantara Airlines secara resmi menghentikan kegiatan penerbangannya.[3]
Perubahan Nama Pangkalan
Bertepatan dengan peringatan HUT ke-7 RI, Kepala Staf Angkatan Udara Komodor Udara Soerjadi Soerjadarma mengeluarkan Surat Keputusan Nomor: 76/48/Pen.2/KS/52 tanggal 17 Agustus 1952, yang berisi tentang perubahan nama-nama lapangan udara militer terbesar. Nama pangkalan udara yang lama diubah dengan nama para pelopor Angkatan Udara sebagai tanda penghargaan dan penghormatan atas pengorbanan dan jasa-jasa mereka dalam menegakkan kemerdekaan RI umumnya dan AURI khususnya. Tokoh-tokoh yang diabadikan adalah Komodor Muda Udara Anumerta Agustinus Adisutjipto menggantikan nama Pangkalan Udara Maguwo (Yogyakarta), Komodor Muda Udara Anumerta Prof. DR. Abdulrachman Saleh menggantikan nama Pangkalan Udara Bugis (Malang), Komodor Muda Udara Anumerta Halim Perdanakusuma menggantikan nama Pangkalan Udara Tjililitan (Jakarta), dan Opsir Udara I Anumerta Husein Sastranegara menggantikan nama Pangkalan Udara Andir (Bandung).
Taksi di Bandara Abdul Rachman Saleh hanya memiliki satu operator, yaitu Taksi Garuda yang merupakan salah satu komponen dari KoperasiTNI AU. Armada taksi ini hanyalah mobil berjenis sedan. Taksi ini tidak menggunakan argo sama sekali, melainkan menggunakan sistem ongkos per daerah.[7]
Angkutan Kota (Angkot)
Karena merupakan bagian dari kompleks TNI AU, Bandara Abdul Rachman Saleh tidak memiliki angkot yang melintas pas di depannya sama sekali.[8] Untuk mendapatkannya, calon penumpang harus berjalan keluar area bandara yang jaraknya 1 sampai 2 kilometer.[8] Jika ingin berjalan kaki, perjalanan keluar area ini akan memakan waktu selama 15 menit.[8] Setelah keluar kompleks, jika ingin menuju Kota Malang, calon penumpang harus mencari angkot jurusan TA.[9] Nanti, penumpang akan tiba di Terminal Arjosari yang sudah merupakan bagian dari Kota Malang.
Tampak depan Bandara Abdul Rahman Saleh Malang yang dahulu
Gedung Terminal Keberangkatan Bandara Abdul Rachman Saleh yang baru yang telah selesai dibangun tepat disamping gedung terminal tua dan yang sekarang sedang beroperasi