Gambar sebuah gulungan Taurat modern, terbuka pada halaman yang memuat "Kidung Laut" (Keluaran 15:1-19) jelas dengan penataan khusus. Teacher's Edition: The Holy Bible. New York: Henry Frowde, Publisher to the University of Oxford, 1896.
Di bagian inilah untuk pertama kalinya Allah menginstitusikan Sabat (hari ke-7) sebagai hari perhentian, bersamaan dengan turunnya manna untuk pertama kalinya.
Berisi kisah perjalanan orang Israel keluar dari tanah Mesir, setelah mereka berangkat dari Elim, dan tiba di padang gurun Sin, yang terletak di antara Elim dan gunung Sinai.
Waktu
Peristiwa yang dicatat di pasal ini terjadi sesudah bangsa Israel meninggalkan tanah Mesir,[3] pada hari yang kelima belas bulan yang kedua (~25 Mei1446 SM)[4]), tepat sebulan sejak mereka keluar dari tanah Mesir (Keluaran 16:1).
Hari Sabat atau hari perhentian erat kaitannya dengan manna, karena menyangkut peristiwa supra-alami yang hanya terjadi pada hari tersebut. Orang Israel selama 6 hari hanya boleh mengambil manna untuk kebutuhan sehari, jika mereka mengambil lebih, maka besoknya akan rusak. Jika terkena terik matahari siang, manna itu juga akan mencair.
Musa berkata kepada mereka: "Seorang pun tidak boleh meninggalkan dari padanya sampai pagi." Tetapi ada yang tidak mendengarkan Musa dan meninggalkan dari padanya sampai pagi, lalu berulat dan berbau busuk. Maka Musa menjadi marah kepada mereka.
Setiap pagi mereka memungutnya, tiap-tiap orang menurut keperluannya; tetapi ketika matahari panas, cairlah itu.
Tetapi pada hari keenam, mereka mengambil persediaan untuk dua hari, karena hari ke-7 adalah hari perhentian, tidak ada manna yang datang, dan manna yang mereka kumpulkan hari sebelumnya juga tidak rusak.
Dan pada hari yang keenam mereka memungut roti itu dua kali lipat banyaknya, .... Mereka membiarkannya di tempatnya sampai keesokan harinya, seperti yang diperintahkan Musa; lalu tidaklah berbau busuk dan tidak ada ulat di dalamnya.
Lalu berkatalah Musa kepada mereka: "Inilah yang dimaksudkan TUHAN: Besok adalah hari perhentian penuh, sabat yang kudus bagi TUHAN; maka roti yang perlu kamu bakar, bakarlah, dan apa yang perlu kamu masak, masaklah; dan segala kelebihannya biarkanlah di tempatnya untuk disimpan sampai pagi." Sebab itu TUHAN berfirman kepada Musa: "... Perhatikanlah, TUHAN telah memberikan sabat itu kepadamu; itulah sebabnya pada hari keenam Ia memberikan kepadamu roti untuk dua hari. Tinggallah kamu di tempatmu masing-masing, seorang pun tidak boleh keluar dari tempatnya pada hari ketujuh itu."
Lalu beristirahatlah bangsa itu pada hari ketujuh.
Demikianlah yang mereka lakukan setiap hari selama 40 tahun di padang gurun. Sejak saat itu, maka bangsa Israel menyucikan hari Sabat, hingga pada masa kekristenan mula-mula, para rasul mengadopsi konsep Sabat, namun meletakkannya pada hari Minggu, yaitu hari pertama, yang menjadi peringatan akan Kebangkitan Yesus pada hari Minggu Paskah.
Ayat 1
Setelah mereka berangkat dari Elim, tibalah segenap jemaah Israel di padang gurun Sin, yang terletak di antara Elim dan gunung Sinai, pada hari yang kelima belas bulan yang kedua, sejak mereka keluar dari tanah Mesir. (TB)[5]
Ayat 13
Pada waktu petang datanglah berduyun-duyun burung puyuh yang menutupi perkemahan itu; dan pada waktu pagi terletaklah embun sekeliling perkemahan itu.[6]
Referensi silang: Bilangan 11:31; Mazmur 78:27–28; 105:40; 106:15
Peristiwa pengiriman burung puyuh ini kelak terjadi lagi kira-kira setahun kemudian setelah bangsa Israel meninggalkan gunung Sinai dalam perjalanan ke tanah Kanaan seperti yang dicatat dalam Bilangan 11. Karena bersayap lemah, mereka tidak bisa terbang cepat dan tinggi, hanya sekitar 1 meter dari permukaan tanah (atau perairan, jika terbang di atas air), dan tidak mampu melawan angin, sehingga mereka memilih terbang berkelompok dalam jumlah besar, menjelang senja (untuk menghindari pemangsa), menunggu angin yang tepat, dan mudah untuk ditangkap orang.[7]
Ayat 15
bahasa Ibrani: (dari kanan ke kiri) ויראו בני־ישראל ויאמרו איש אל־אחיו מן הוא כי לא ידעו מה־הוא ויאמר משה אלהם הוא הלחם אשר נתן יהוה לכם לאכלה׃
transliterasi Ibrani: wai·yir·'u be·ni-yis·ra·'el wai·yo·me·ru isy el-a·hiw man hu ki lo ya·de·'u mah-hu wai·yo·mer mo·syeh a·le·hem hu ha·le·hem a·syer na·tan YHWH la·hem le·'a·he·lah.
Ketika orang Israel melihatnya, berkatalah mereka seorang kepada yang lain: "Apakah ini?" Sebab mereka tidak tahu apa itu. Tetapi Musa berkata kepada mereka: "Inilah roti yang diberikan TUHAN kepadamu menjadi makananmu".[6]
Makanan yang diberikan Tuhan itu disebut manna (bahasa Ibrani: מן) oleh umat Israel,[8] sama tulisannya dengan kata "מן" (man) yang berarti kata tanya "apa".
Peristiwa ini menjadi topik pembicaraan antara YesusKristus dengan orang banyak di Galilea yang tertulis dalam Injil Yohanespasal 6, di mana Ia menyatakan diri sebagai "roti hidup" yang "turun dari sorga".[9]
Ayat 31
Umat Israel menyebutkan namanya: manna; warnanya putih seperti ketumbar dan rasanya seperti rasa kue madu. (TB)[8]
^W.S. LaSor, D.A. Hubbard & F.W. Bush. Pengantar Perjanjian Lama 1. Diterjemahkan oleh Werner Tan dkk. Jakarta:BPK Gunung Mulia. 2008. ISBN 979-415-815-1, 9789794158159
^J. Blommendaal. Pengantar kepada perjanjian lama. Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1983. ISBN 979-415-385-0, 9789794153857