Dewa Masmawa Sultan Muhammad Kaharuddin III (bin SULTAN MUHAMMAD JALALUDDIN SYAH III) (m. 7 Mei1932~1958 ) adalah Sultan Sumbawa ke-17 dari dinasti DEWA DALAM BAWA.[1][2][3] Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Jalaluddinsyah III telah dikukuhkan Datu Raja Muda Daeng Rilangi namun beliau mangkat sebelum dinobatkan sebagai Sultan. Menggantikan kedudukan Daeng Rilangi sebagai Putra Mahkota maka Kaharuddin Daeng Manurung yang tengah menempuh pendidikan di Yogyakarta dipanggil pulang dan dikukuhkan sebagai Datu Raja Muda. Beliaulah yang kemudian dinobat sebagai Sultan Sumbawa bergelar Dewa Masmawa Sultan Muhammad Kaharuddin III, pada tahun 1931 sesaat setelah kemangkatan sang ayah Sultan Muhammad Jalaluddinsyah III.
Sebagai Sultan terpelajar Muhammad Kaharuddin III menata sistem pemerintahan menjadi lebih baik. Beliau dibantu oleh dua orang Menteri yakni Ranga dan Dipati.
Pergolakan politik sebelum dan sesudah Proklamasi Tahun 1945 membutuhkan peran besar seorang Sultan Muhammad Kaharuddin III, sehingga tak pelak lagi ketika Negara Indonesia Timur ( NIT ) terbentuk, beliau dipercayakan sebagai Ketua Parlemen. Demikian pula ketika Pemerintahan Dewan Raja – Raja beliau sebagai anggota, sedangkan pada Pemerintahan Swapraja dan Pemerintahan Daerah Swatantra Tingkat II Sumbawa, beliau dipercayakan menjadi kepala pemerintahan dan kepala daerah, sampai dengan terbentuknya Kabupaten Daerah Tingkat II Sumbawa.
Sultan Muhammad Kaharuddin III membangun 4 buah Istana di masa pemerintahannya. Antara lain:
Selain sebagai Sultan Sumbawa Beliau pernah menjadi KETUA PARLEMEN NEGARA INDONESIA TIMUR {NIT} yg berkedudukan di Makassar.
Terbentuknya Daswati II Sumbawa 22 Januari 1959 Beliau dipercayakan sbg Kepala Daerah.
SULTAN MUHAMMAD KAHARUDDIN III merupakan keturunan ke-7 dari Gusti Mesir Abdurrahman Pangeran Anom Mangkuningrat yang bergelar Sultan Muhammad Jalaluddin Syah II Raja Sumbawa ke-9 yang berasal dari Banjarmasin dan juga cucu Raja Banjar Sultan Tahmidillah 1.
SULTAN MUHAMMAD KAHARUDDIN III juga dikenal dengan nama DAENG MANURUNG.
Tertulis dalam buku Tijdschrift voor Indische taal-, land- en volkenkunde volume 14 (1864:503):[9]
Omtrent de lans Kaliblah wordt het navolgende verhaald. Zij behoorde vroeger tot de rijkswapens van den Sultan van Sumbawa. Een dezer Sultans nu was in het huwelijk getreden met Ratoe Laija, eene zuster van Sultan Tahmid Ilah II van Bandjermasin. Uit dat huwelijk is de Sulthan Mohamad, die later over Sumbawa geregeerd heeft geboren.[9]
“
Berikut ini terkait dengan tombak Kaliblah. Tombak ini dulu milik senjata nasional Sultan Sumbawa.
Salah satu Sultan ini (Dewa Masmawa Sultan Mahmud) sekarang menikah dengan Ratoe Laija, saudara perempuan dari Sultan Tahmid Illah II (disebut juga Panembahan Kaharuddin Halilullah Raja Banjar 1785-1808) dari Bandjermasin.
Buah dari pernikahan itu adalah Sulthan Mohamad (Lalu Muhammad, Dewa Masmawa Sultan Muhammad Kaharuddin II Raja Sumbawa XIII 1795-1816), yang kemudian memerintah atas Sumbawa.