1. ♀ Ratu Lawiyah( anak Ratu Muhammadillah I putri Sultan Tamjidilah I [1]
2. ♂ Pangeran Koesin( anak Ratu Muhammadillah I putri Sultan Tamjidilah I)[2]
3. ♂ Pangeran Abdoe'llah Amirul Mukminin( anak Ratu Muhammadillah I putri Sultan Tamjidilah I)
4. ♂ Pangeran Rahmat Bergelar
Pangeran Tumenggung Rahmat( anak Ratu Muhammadillah I putri Sultan Tamjidilah I) (Rahmat / Rachmat tewas karena dicekik meninggalnya secara tidak wajar) [3]
5. ♀ Ratu Rabiah( anak Ratu Muhammadillah I putri Sultan Tamjidilah I)
6. ♂ Pangeran Amir ( Anak dari Adik kandung Gusti Kasim Aroeng Trawee radja Terawej Bugis Paser) [4]
Nama lengkap
1. Mohammad Alieuddin Aminullah
2. Pangeran Mohammad Aminullah
3. Mohammad Iyauddin Aminullah
Pangeran Tachmit (Tahmidillah 01) sebagai putra mahkota bergelar Ratu Anum, kemudian bergelar abhiseka Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah[8] atau nama lainnya yang disebut dalam manuskrip Tutur Candi adalah Sultan Muhammadillah [9]Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah adalah Putra Mahkota atau ahli waris takhta dari Raja Banjar Sultan Hamidullah / il-Hamidullah /Sultan Kuning/Panembahan Kuning. Sultan Muhammad Aminullah memerintah sebagai Sultan Banjar antara tahun 1759-1761.[10]
Ia merupakan saudara ipar dari Panembahan Batu.[11], walaupun ada juga yang menyebut antara Pangeran Tachmit dengan Pangeran Natta (Tahmidillah II) sebagai saudara tirinya.[12][13]
Menurut Arsip Nasional Republik Indonesia, korespondensi antara Raja Banjar Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah kepada VOC-Belanda terjadi sejak tanggal 10 September 1759 sampai 17 Juni 1760.[14]
Pangeran Muhammad [9] atau Pangeran Muhammad Aliuddin Aminullah adalah putera dari Sultan Hamidullah/Sultan Kuning. Muhammad yang berhasil naik tahta setelah mengkudeta pamannya yang sebenarnya adalah Wali Sultan. Sultan Muhammad wafat pada 16 Januari1761, dengan meninggalakan puteranya yaitu Abdullah yang masih berumur tujuh tahun.[15] Di samping dibantu oleh Mangkubumi Pangeran Wira Nata (sepupu Sultan Muhammad), Sultan Muhammad juga dibantu oleh dua orang keponakannya Pangeran Jiwakusuma dan Pangeran Jiwanegara sebagai menteri dalam negeri yang masing disebut Mantri Panganan (Bentara kanan) dan Mantri Pangiwa (Bentara kiri), dan saudara tiri Sultan Muhammad bernama Gusti Wiramanggala dilantik sebagai salah seorang mantri sikap[16]
Pangeran Abdoe'llah Amirul Mukminin( anak Ratu Muhammadillah I putri Sultan Tamjidilah I)
Pangeran Abdoe'llah x Ratu Siti Aermas anak dari Pangeran Wira nata Kusuma dikenal sunan Nata alam atau Tahmidilah II[17]menikahi ♀ Ratu Siti Aer Mas binti Pangeran MangkubumiSunan Nata Alam Pangeran Abdulah tidak meninggal mengasingkan diri ke Lampung sumatra selatan
Ratu Lawiyah( anak Ratu Muhammadillah I putri Sultan Tamjidilah I) menikahi [[Pangeran Wira Nata Kusuma - Tahmidillah II Sunan Nata Alam)[18]
Pangeran Amir ( Anak dari Adik kandung Gusti Kasim Aroeng Trawee radja Terawej Bugis Paser) ia pergi ke Tanah Bumbu Ratu Intan I menikah dengan Sultan Pasir, Sultan Dipati Anom Alamsyah Aji Dipati (1768-1799). Dengan dukungan bibinya Pangeran Amir mengembangkan kerajaan Kusan yang dibangun ayah nya pangeran Muhamadilah Raja Kusan I dan Pangeran Amir menjadi Raja Kusan II.[19] di Kalimantan Tenggara mendatangi saudara ibunya yaitu Ratu Intan I,Ratu Intan I yang jadi penguasa di Cantung dan Batu Licin. Ratu Intan I adalah anak Ratu Mas dari Tanah Bumbu binti Pangeran Mangu bin Pangeran Dipati Tuha II . Sultan Amir tertangkap pada 14 Mei 1787, kemudian diasingkan ke Srilangka.
Keluarga
Menurut manuskrip Tutur Candi isteri Sultan Muhammad Aminullah disebut atau bergelar Ratu Sultan Muhammad (ibunda Pangeran Abdullah), yang nama aslinya tidak diketahui. Isteri kedua merupakan adik dari Arung Turawe (Petta Torawe).
Keturunan Sultan Muhammad Aminullah:[20]
Gusti Rabeah bergelar Ratu Rabeah
Pangeran Abdullah, menikah dengan Ratu Siti Air Mas binti Panembahan Batu)[21]
Pangeran Tumenggung atau Pangeran Muhammad atau Rahmad atau Achmad (Ia dibunuh di daerah pegunungan di Pelaihari atas perintah Panembahan Batu)[22]
Setelah kematian ayahnya, Muhammad Aminullah tidak bisa dilantik menjadi Sultan Banjar sebab usianya belum genap 18 tahun.
Kemangkatan Sultan Hamidullah/Sultan Kuning tahun 1734, menimbulkan pertentangan kepentingan perebutan kekuasaan sebab putra mahkotanya belum dewasa pada saat Sultan mangkat. Sesuai dengan tradisi, maka wali dipegang oleh pamannya atau adik Sultan Kuning yaitu pangeran Tamjidillah I, sehingga kelak jika putra mahkota telah dewasa, barulah tahta kerajaan akan diserahkan. Pangeran Tamjidillah I sebagai wali sultan mempunyai siasat yang lebih jauh, yaitu berkeinginan menjadikan hak kekuasaan politik berada dalam tangannya dan keturunannya. Untuk itu, Pangeran Muhammad Aliuddin Aminullah yang telah dewasa menjadi menantunya. Dengan perkawinan tersebut, putra mahkota tentunya tidak sampai hati meminta bahkan merebut kekuasaan dari mertuanya, yang berarti sama dengan ayahnya sendiri. Kenyataan memang demikian, sehingga putra mahkota tidak begitu bernafsu, untuk meminta kembali hak atas tahta kesultanan Banjarmasin. Oleh sebab itu, Pangeran Tamjidillah I berhasil berkuasa selama 25 tahun dan mengangkat dirinya menjadi Sultan dengan gelar Sultan Sepuh (1734-1759).[23]
Tetapi bagaimanapun juga Pangeran Muhammad Aliuddin Aminullah ingin mengambil kembali hak atas tahta kerajaan sebagai ahli waris yang sah dari Sultan Kuning. Usahanya meminta bantuan VOC merebut tahta dari pamannya, sekaligus juga mertuanya, tidak kunjung tiba, karena itu dengan inisiatif sendiri, Pangeran Muhammad Aliuddin Aminullah berhasil lepas dari kungkungan pamannya dan melarikan diri ke Tabanio, sebuah pelabuhan perdagangan lada yang terpenting dari kesultanan Banjarmasin. Putera mahkota menjadi bajak laut untuk mengumpulkan kekuatan, dan menanti saat yang baik merebut kembali tahta pamannya. Sementara itu Sultan Sepuh/Tamjidillah I pada tahun 1747 membuat kontrak dagang dengan VOC, yang merupakan dasar bagi VOC, untuk mengadakan hubungan dagang dan politik dengan kesultanan Banjarmasin sampai tahun 1787.[23]
Tahmidillah I
Menurut Anggraini Antemas (1971:54), Pangeran Muhammad bergelar Sultan Tahmidillah I, sedangkan Pangeran Natta bergelar Sultan Tahmidillah II[24] atau disebut juga Sultan Tamhidillah (dalam kitab Sabilal Muhtadin).
Menurut wasiat Sultan Tahmidillah I yang harus mengantikan ia menjadi Sultan (ahli waris takhta) yaitu Pangeran Abdullah anak yang nomor 2 dan sementara putera itu masih dibawah umur (belum berumur 18 tahun), maka kerajaan Banjar diperintahkan oleh ahli waris sementaraPangeran Nata bergelar Sultan Tahmidillah II.[25]
Tamjidillah II
Sultan Mohamed Amin Oelah juga disebut Sultan Tamdjid Illah II, sedangkan penggantinya Pangeran Natta disebut Sultan Tahmid Illah II[26]
selain itu Pangeran Natta juga disebut Sultan Tamjidillah III[27]
Dihapuskan namanya dalam daftar Sultan Banjar
Sultan Muhammad Aminullah merupakan generasi ke-10 jika dihitung dari Sultan Suriansyah sebagai generasi ke-1, jalur silsilahnya disebut dinasti Tutus Tuha, namun pihak rivalnya berusaha menghapuskan namanya dalam daftar Sultan Banjar yaitu oleh pihak usurpator dinasti Tutus Anum.
„De 8ste sulthan van Bandjermasin, Tahhmid Illah I‚ liet bij zijn overlijden twee zonen na, de oudste genaamd sulthan Hhamid Illah of sulthan Koening, en de jongste genaamd pangeran Sepah. Hhamid Illah werd bij het overlijden zijns vaders sulthan, doch regeerde slechts zeer korten tijd en liet eenen minderjarigen zoon na, genaamd sulthan Mohamad Amin Ollah.
„Gedurende de minderjarigheid van dezen laatste werd pangeran Sepah waarnemend sulthan, onder den naam van sulthan Tamdjid Illah I.
„Sulthan Mohamad Amin Ollah, meerderjarig geworden zijnde, nam zelf de teugels van het bewind in handen en Tamdjid Illah trad als waarnemend sulthan af; het volk bleef hem echter steeds sulthan Sepah of den ouden sulthan noemen.
„Nadat sulthan Mohamad Amin Ollah 7 jaren over Bandjerrnasin geregeerd had, stierf ook hij, drie zonen achterlatende (pangeran Rahhmat, pangeran Abdoellah en pangeran Amir), waarvan de oudste nog te jeugdig was om zelf te regeren.
„Tamdjid- Illah I trad toen wederom als waarnemend sulthan op, en nadat de beide pangerans Rahhmat en Abdoellah op zijnen last vergiftigd en geworgd waren, verhief hij zich tot werkelijk sulthan, zijnde inmiddels pangeran Amir gevlugt, en later door kracht van wapenen, en met behulp der O. I.compagnie gevangen genomen en naar Ceylon verbannen.
„Ofschoon Hhamid Illah en Mohamad Amin Ollah (hiervoren genoemd), de wettige troonsopvolgers, eenigen tijd over Bandjermasin hebben geregeerd, werden zij echter nimmer in de rij der vorsten opgenomen, en Tamdjid Illah I dus als de 9de sulthan van Bandjermasin besehouwd.
„Na zijnen dood in 1175 volgde zijn zoon Tahhmid lllah II hem als 10de sulthan op.
.
— Notulen van de Algemeene en Directie-vergaderingen van het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappenn (1864:315).[28]
"Sulthan Bandjermasin ke-8, Tahhmid Illah I, meninggalkan dua putra setelah kematiannya, sulthan tertua bernama Hhamid Illah atau sulthan Koening, dan yang termuda bernama pangeran Sepah. Hhamid Illah menjadi sulthan setelah kematian ayahnya, tetapi ia memerintah hanya untuk waktu yang sangat singkat, dan meninggalkan seorang putra di bawah umur bernama sulthan Mohamad Amin Ollah.[28]
"Selama di bawah umur yang terakhir, pangeran Sepah menjadi bertindak sulthan, dengan nama sulthan Tamdjid Illah I.[28]
"Sulthan Mohamad Amin Ollah, yang telah mencapai usia mayoritas, mengambil kendali pemerintah sendiri dan Tamdjid Illah mengundurkan diri sebagai penjabat sulthan; Namun, orang-orang terus memanggilnya Sulthan Sepah atau Sulthan tua.[28]
“Setelah Sulthan Mohamad Amin Ollah memerintah Bandjerrnasin selama 7 tahun, ia juga meninggal, meninggalkan tiga putra (Pangeran Rahhmat, Pangeran Abdullah dan Pangeran Amir), yang tertua di antaranya masih terlalu muda untuk memerintah.[28]
"Tamdjid-Illah I sekali lagi bertindak sebagai sulthan, dan setelah dua pangeran Rahhmat dan Abdullah telah diracuni dan memastikan atas tanggung jawabnya, ia naik ke sulthan nyata, sekarang dikepalai oleh pangeran Amir, dan kemudian dengan baju besi, dan ditangkap dengan bantuan perusahaan OI dan dibuang ke Ceylon.[28]
“Meskipun Hhamid Illah dan Mohamad Amin Ollah (yang disebutkan di atas), penerus takhta, telah memerintah Bandjermasin selama beberapa waktu, mereka tidak pernah dimasukkan dalam garis pangeran, dan dengan demikian Tamdjid Illah I dianggap sebagai sulthan ke-9 dari Bandjermasin.[28]
Sembilan tahun sebelumnya, tepatnya pada tanggal 18 Mei1747 telah dibuat kontrak perjanjian yang antara Kesultanan Banjar dengan pihak VOC-Belanda yang ditandatangani oleh Paduka Seri Sultan Tamjidullah (1) dan Ratu Anom. Ratu Anom merupakan gelar dari Pangeran Tachmit sebelum diresmikan menjadi Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah.[29][30][31]
Sebuah perjanjian ditandatangani oleh Paduka Seri Sultan Tamjidullah (ke-1) di Kayu Tangi dalam halaman kediaman Seri Sultan pada tahun seribu tujuh ratus lima puluh enam hari Arba dua puluh hari bulan Oktober. Pada 20 Oktober1756 telah dibuat Perjanjian antara Paduka Seri Sultan Tamjidullah (ke-1)/Sultan Sepuh dengan VOC, tetapi seminggu kemudian terjadi lagi perjanjian yang dibuat oleh Tuan Almusyarafat Pangeran Ratu Anom adalah gelar dari Pangeran Muhammad Aliuddin Aminullah, menantu Paduka Seri Sultan Tamjidullah (ke-1) dan juga keponakan Seri Sultan dengan Kompeni Belanda yang ditandatangani oleh Johannes Andreas Paravicini
mewakili Gubernur Jenderal Hindia BelandaJacob Mossel. Perjanjian itu ditandatangani di benteng Tatas (Banjarmasin) pada 27 Oktober1756. Perjanjian ini dibuat atas inisiatif sendiri dari Tuan Pangeran Ratu Anom dalam usahanya memperoleh tahta dari mertuanya, sesuai dengan perjanjian bahwa Paduka Seri Sultan Tamjidullah (ke-1) sebetulnya hanya berfungsi sebagai wali (Pemangku Raja), sementara Pangeran Ratu Anom belum digenapi umur 18 tahun. Pasal yang kedua dari perjanjian yang dibuatnya, menjelaskan usahanya merebut kekuasaan dan juga kekuasaan yang sekarang dipegang oleh Paduka Seri Sultan Tamjidullah (ke-1) adalah perbuatan seorang jahil yang hendak melenyapkan asal keturunan Sultan Banjar yang sah. Pasal yang kedua dari perjanjian itu berbunyi: [23][29]
Tuan Yang Maha Mulia yang tersebut sesungguhnya perikutan yang benar dan betul dari tahta kerajaan Banjar dengan sangat kesukaran dipandang yang kerajaan ini dengan tiada patut adalah memegang mana tahta kerajaan nenek moyangnya sampai bapanya yang telah wafat Paduka Seri Sultan Chamidullah selama beberapa dalam suatu juga asal keturunan yang benar dan diperintahkan maka pada sekarang ini telah diambil tahta kerajaan Tuan Yang Maha Mulia oleh seorang jahil dengan tiada patut serta memecahkan janjinya di atas bilik ketiduran bapa Tuan Yang Maha Mulia tatkala pulang kerahmatullah, mana kala Tuan Yang Maha Mulia digenapi umur delapan belas tahun akan menyerahkan tahta kerajaan Banjar...[29]
Kelanjutan dari perjanjian yang dibuat bahwa nanti kalau berhasil Pangeran Ratu Anom menjadi Sultan Banjar dia berjanji akan menyerahkan Kesultanan Banjar kepada Kompeni Belanda dan jabatannya sebagai Sultan merupakan kerajaan pinjaman dari kompeni. Sebagai Kerajaan pinjaman Pangeran Ratu Anom berjanji akan menyerahkan tiap tahun pada kompeni berupa: 1000 pikul lada hitam, 10 pikul lada putih, 11karat batu intan, dan 100 real halus.[23]
Usahanya ini kemudian ternyata tidak berhasil karena itulah Pangeran Ratu Anom mencari jalan lain dengan cara keluar dari ibu kota Kerajaan, mengumpulkan kekuatan dan pengikut untuk pada suatu waktu yang tepat akan menyerang Kerajaan dan merebut tahta dari Paduka Seri Sultan Tamjidullah (ke-1). Ratu Anom memilih Tabanio yang pada saat itu merupakan pusat kegiatan perdagangan. Perdagangan Muhammad Aliuddin Aminullah yang juga bergelar Pangeran Ratu Anom tetap bermarkas di Tabanio, yang menurut OnderkoopmanRing Holm merupakan pusat perdagangan gelap yang paling ramai di pulau Kalimantan.[23]
Setelah berhasil mengumpulkan kekuatan dan pengikut yang besar, Pangeran Muhammad Aliuddin Aminullah melaksanakan maksudnya semula yaitu merebut kembali tahta kesultanan, dari tugas pamannya yang sekaligus mertuanya, mengambil hak atas tahta sesuai dengan tradisi yang sah dari kesultanan Banjarmasin. Menggunakan sejumlah perahu dengan pengikut yang besar, Pangeran Muhammad Aliuddin Aminullah bertolak dari Tabanio menyusuri Tanjung Silat yang berombak besar dan kadang-kadang angin bertiup kencang, kemudian memasuki sungai Barito, terus berbelok ke sungai Martapura, akhirnya sampai ke Martapura. Berita kedatangan Pangeran Muhammad Aliuddin Aminullah yang akan menyerang Martapura sempat menggemparkan keluarga istana, tetapi Paduka Seri Sultan Tamjidullah (ke-1) tetap tenang atas situasi yang gawat tersebut.[23]
Surat menundukan oleh jang mana Kompeni Wilanduwi seperti Tuan pindjaman dari tachta keradjaan Bandjar dan jang ta’luknja mengaku serta menjerahkan perintah oleh Tuan almusjarafat Pangeran Ratu Anum supaja ia memerintahkan seperti Sultan dengan deradjat............oleh karena sebab itulah daripada nama dan fihak Tuan Jang Maha Mulia dan amat Bangsawan jaitu Tuan
Djenderal diatas orang jang memegang sendjata ailat peperangan berdjalan kaki dalam pekerdjaan Tuan Istaten Djenderal dan Kompeni Wilandawi oleh Komisaris istimewah utusan kehalaman Bandjar jaitu operkupman Sahbandar dan mutakdim jang memberi idzin Djuhanis Andarijas Parapisini sebelah suatu
dengan
Tuan Almusjarafat Pangeran Ratu Anum perikutan jang sungguh dan benar daripada tachta keradjaan jang tersebut telah bersuatu2an dalam sekalian fasal dan perkara jang tersebut demikian ja'ni
Fasal jang pertama.
Mengambillah dan berdjandji Tuan jang Maha Mulia Pangeran Ratu Anum dengan ia ini segala fasal dan perkara serta perdjandjian jang telah dikerdjakan dan baharui pada dua puluh hari bulan Oktober tahun ini antara paman Tuan jang Maha Mulia jaitu Sultan Tamdjidullah jang sekarang ini memerintahkan negeri Bandjar dan Komisaris istimewah utusan jang tersebut diatas Djuhanis Andarijas Parapisini akan meridhakan sebegitu djauh mana bunji fasal jang sudah dikerdjakan dengan ia ini tiada akan melangkah hanja dengan tiada sedikit pertjideraan akan menurut dan memeliharakan dengan sempurna ketulusan serta mengambil bagaimana termadzkurkan dari kalam kekalam dan seperti Tuan jang Maha Mulia sendiri telah berdjandji dan di tetapkan serta termeteraikan oleh karena sebab-sebab itulah surat ini akan dibilang seperti ditambahi waad perdjandjian baharu.
Fasal jang kedua.
Tuan Jang Maha Mulia jang tersebut sesungguhnja perikutan jang benar dan betul dari tachta keradjaan Bandjar dengan sangat kesukaran dipandang jang keradjaan ini dengan tiada patut adalah memegang mana tachta keradjaan ninik mojangnja sampai bapanja jang telah wafat Paduka Seri Sultan Chamidullah selama dalam suatu djuga asal turunan jang benar dengan beberapa kesukaan dan kesentausaan telah diduduki dan diperintahkan maka pada sekarang ini telah diambil tachta keradjaan Tuan Jang Maha Mulia oleh seorang djahil dengan tiada patut serta memetjahkan djandjinja mana telah didjandjitakan diatas bilik petiduran bapa Tuan Jang Maha Mulia tatkala pulang ke rachmatullah mana kala Tuan Jang Maha Mulia digenapi umur delapanbelas tahun akan menjerahkan tachta keradjaan Bandjar maka pada sekarang ini tahulah diupamakan mentjahari dan sentausa ini atas anaknja jaitu Pangeran Nata dan berikut atas turunannja dan hendak melenjapkan sekali2 asal turunan Sultan Bandjar jang purbakala.
Oleh karena sebab Tuan Jang Maha Mulia seperti suatu Tuan jang bersetiawan telah menfikirkan dengan tadik nadir supaja negeri dan rakjat2 beroleh kebadjikan dan sentausa serta melepaskan daripada haibat kesukaran jang tiada boleh menahani hingga dari permulaan perintah sidjahil sampai sekarang ini telah dipesai dibawah perhambaannja maka pada sekarang ini Tuan Jang Maha Mulia telah menimbang dengan kisat alchair supaja negeri dan rakjat beroleh damai baiklah Tuan jang Maha Mulia dan ra'jat2 bernaung dibawah perintah Kompeni dengan berkesentausaan dan akan tinggal lebih lama diperhambakan dengan tangisan dibawah sikebesaran jang sekarang ini memerintahkan, maka dengan surat jang maschur ini hendak menjerahkan baik oleh sendirinja dan asal kaum keluarga turun temurun hingga zuriat mutachirin serta negeri2 djadjahan dan benua jang takluk dibawah tachta keradjaan keradjaan Bandjar semesta sekaliannja serta berikut kuasa dan kebesaran seperti selama asal bangsawan dari Sultan Bandjar telah memerintahkan segala negeri dan rakjat baik janq sudah telah ada dari dahulu atau sekarang ini jang takluk dibawah perintah keradjaan Bandjar atau pada kemudian jang akan takluk tiada membedakan sekaliannja akan menjerahkan pada Kompeni oleh karena itulah keradjaan ini pada sekarang ini akan dibilang seperti dipunja oleh sendirinja serta berdjaga2 atas perintah supaja keradjaan Bandjar selama2nja beroleh damai dan sentausa oleh karena sebab itulah keradjaan ini Tuan Jang Maha Mulia akan beroleh seperti tanah pindjaman daripada Kompeni lagipun akan memerintahkan seperti seorang pindjaman serta akan mengenal Kompeni dan Tuan Jang Mulia dan amal Bangsawan Gurnadur Djendral dan Raden van India jang menggantikan Kompeni dalam fihak daerah ini dan pada sekarang ini akan mengenal menghormati serta dengar2an seperti pengampu jang sungguh dan benar jang seumur2 tiada akan meninggalkan.
Fasal jang ketiga.
Maka Tuan Jang Maha Mulia pada menundjuki kesetiaan dan alamat pindjaman tiap2 tahun akan mengirimkan utusan ke Batawiah dengan demikian barang jang tersebut disini ja’ni
seribu pikol lada hitam
sepuluh pikol lada putih
seratus karah batu intan dan
seratus real emas halus
Fasal jang keempat.
Pada sekarang ini tiada akan mengangkat sultan dengan tiada memberi maklum terlebih dahulu pada Kompeni tetapi djikalau Tuan jang Maha Mulia wafat akan digantikan dan ditambahi dengan asal mana ada terlebih dekat daripada Tuan jang Maha Mulia hanja terlebih dahulu akan bertapak tangan dan memeteraikan waad perdjandjian
Fasal jang kelima.
Lagipun tiap2 tahun akan memberi suatu pelihara dari tiga ribu rijal tuah pada Sultan jang akan keluar jaitu paman Tuan jang Maha Mulia.
Fasal jang keenam.
Segala Tjina jang mengdiami disini dengan penghulu2nja akan tinggal dibawa perintah Kompeni.
Fasal jang ketudjuh.
Berdjandji Tuan jang Maha Mulia dengan kenaikannja diatas tachta keradjaan dengan segerah akan membajar utangnja pada Kompeni baik dengan lada atau dengan rijal.
Fasal jang kedelapan.
Djikalau Kompeni menghendaki pada hal melarang djung jang datang kemari pada kemudian Tuan jang Maha Mulia akan meridlakan.
Fasal jang kesembilan.
Dan sekalian charidjat daripada barang2 jang masuk dan keluar kuliling daerah negeri Bandjar akan tinggal atas hisab Kompeni sendiri dan melelangkan penggalian intan.
Fasal jang kesepuluh.
Pada achirnja Tuan jang Maha Mulia akan mengumpulkan sekalian pengeran2 dan sidang2 menteri dan penghulu2 serta kaum keluarga dari tanah pindjaman Bandjar dalam madjelisnja pada hari mana Tuan Gurnadur Djenderal dan Raden van India akan dituntukan supaja disanalah boleh menetapkan dengan sumpah baik inilah atawa perdjandjian baharu jang telah dikerdjakan pada dua puluh hari bulan Oktober tahun ini akan menurut dengan kesutjian serta mengenal Tuan Setaten Djenderal dan Puteri Djanda balu dari Orandji dan Nasau Pengampu dari pada berbangsa bangsawan Putera dari Orandji dan Nasau jang berpusaka tachta dan Kapitan Djenderal dan Laksamana peperangan dan Kompeni Wilandawi serta Tuan jang Maha Mulia Gurnadur Djenderal dan Tuan2 jang bangsawan Raden van India jang mendjadikan kuasa dan kebesaran Kompeni Wilandawi dan mengganti dalam fihak daerah ini akan mengenal seperti tuan jang menempilik antara orang djadjat serta berchidmah dan dengar2an dengan kesetiaan dan djikalau mengurungkan dengan segerah atau dalam seketjap mata telah diharau serta balik pindjaman dengan sekaliannja..............
Penyerahan Tahta
Dengan dasar pertimbangan supaya jangan terjadi pertumpahan darah antar keluarga sendiri, apalagi Pangeran Muhammad Aliuddin Aminullah adalah kemenakan dan menantunya sendiri, Pangeran Tamjidillah I menyerahkan tahta kesultanan Banjarmasin, sehingga Pangeran Muhammad Aliuddin Aminullah berkuasa atas kesultanan Banjarmasin. Secara lahiriah Pengeran Tamjidillah I ikhlas, menyerahkan tahta kepada keponakannya Pangeran Mohammad Aliuddin, tetapi secara sembunyi Pangeran Tamjidillah I tidak senang hati atas berpindahnya tahta dari tangannya, apalagi sebetulnya sebagian besar kaum bangsawan mendukungnya sebagai Sultan. Hal inilah yang menyebabkan Pangeran Tamjidillah I membuat siasat licik, untuk mengembalikan tahta ke tangannya. Ketika Pangeran Tamjidillah I menyerahkan tahta kepada Pangeran Muhammad Aliuddin Aminullah keponakannya, di hadapan para bangsawan dia mengatakan:
Biarlah tahta direbut oleh Ratu Anom (gelar Pangeran Muhammad Aliuddin) sebentar lagi juga akan mati
Ucapan ini lahir dari niat liciknya untuk melenyapkan Pangeran Muhammad Aliuddin sebagai Sultan. Bagaimana caranya? Kenyataannya Ratu Anom atau Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah menderita sakit yang terus menerus dan menyebabkan kesehatannya makin lama makin mundur dan pada tanggal 16 Januari1761 dia mangkat dengan meninggalkan putera mahkota yang masih kecil. Diduga kematian Sultan ini akibat diracun.[23]
Bersikap Keras Terhadap VOC
Meskipun pemerintahan Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah hanya berlangsung 3 tahun, dia mempunyai sikap politik yang keras terhadap VOC, sehingga lebih banyak berusaha menguntungkan perdagangan Kerajaan, daripada harus tunduk pada kemauan Belanda. Pemimpin-pemimpin VOC yang pernah berhubungan dengan Sultan Aminullah, harus sangat berhati-hati, sehingga Sultan tidak merasa tersinggung, karena watak Orang Banjar sangat keras kalau dia tersinggung. Hal ini dilaporkan oleh VOC kepada Residende Lilc yang berbunyi sebagai berikut: Residen jangan mengira bahwa di Banjar ini sama halnya dengan di Banten atau Jawa. Orang Banten atau Orang Jawa walaupun dia dipukul kompeni dengan cambuk di kepalanya, sekali-kali tak berani mengatakan bahwa pukulan itu sakit, tapi orang Banjar mendengar kata-kata yang keras saja sudah marah dan bila sampai terjadi begitu maka seluruh Banjar akan merupakan buah-buahan yang banyak pada satu tangkai.[23]
Dinasti Tamjidullah I
Siasat Tamjidillah I berhasil, karena Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah mangkat pada tanggal 16 Januari1761,[32] sementara Putera Mahkota masih kecil, karena itulah jabatan mangkubumi kembali berada di tangannya sebagai wali Sultan yang belum dewasa, dan Tamjidullah I menunjuk puteranya sendiri yaitu Pangeran Nata Dilaga sebagai wali sultan yang kemudian terkenal sebagai Sunan Nata Alam, raja dari kesultanan Banjarmasin yang terbesar dalam abad ke-18. Cerita lama yang pernah dialami oleh Pangeran Muhammad Aliuddin Aminullah setelah ayahnya Sultan Chamidullah/Sultan Kuning mangkat, kembali terulang setelah Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah mangkat. Wali Sultan Nata Alam berusaha agar tahta tetap dipegangnya dan ahli waris berada pada garis keturunannya. Sunan Nata Alam/Sulaiman Saidullah I mulai mengatur siasat untuk melaksanakan ambisinya. Pertama-tama dia berusaha memperoleh dukungan kaum bangsawan, dan ternyata dukungan dengan mudah diperolehnya. Selanjutnya dia mengangkat puteranya sebagai penggantinya kelak dengan gelar Pangeran Ratu Sultan Sulaiman yang saat itu baru berusia 6 tahun (1767). Limabelas tahun kemudian yaitu pada tahun 1782 kembali diangkatnya cucu yang baru lahir dengan gelar Sultan Adam al-Watsiq Billah. Tindakan ini merupakan realisasi dari siasatnya untuk mengekalkan tahta atas garis keturunannya dan mendapat dukungan dari kaum bangsawan yang memang dengan mudah diperolehnya. Siasat selanjutnya ialah Nata Alam mengangkat dirinya sebagai Sultan Kerajaan Banjar (1787 – 1801).[23]
Kematian tahun 1761
Dalam beberapa literatur tertulis Sultan Muhammad Aminullah mangkat pada tahun 1780.[33][34]
Namun fakta sebenarnya Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah telah mangkat pada tanggal 16 Januari1761 dan ahli waris takhta atau Putra Mahkotanya, Pangeran Abdullah wafat pada tanggal 17 Maret1776.
Pada hari pemakaman Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah, mantan Sultan Sepuh (gelar Tamjidillah I setelah turun tahta) menobatkan anaknya bernama Pangeran Natadilaga menjadi Wali (Pemangku/Penjabat) Sultan Banjar dengan gelar Panembahan Kaharuddin Halilullah.
Rujukan
Arsip Nasional, Surat-Surat Perjanjian antara Kesultanan Bandjarmasin, dengan Pemerintahan VOC, Bataafse Republik, Inggeris dan Hindia Belanda 1835-1860, Jakarta, 1965.
Hubungan Silsilah dengan Raja Sumbawa
Di bawah ini adalah hubungan silsilah Raja Banjar dengan Raja Sumbawa.
Tertulis dalam buku Tijdschrift voor Indische taal-, land- en volkenkunde volume 14 (1864:503):[35]
Omtrent de lans Kaliblah wordt het navolgende verhaald. Zij behoorde vroeger tot de rijkswapens van den Sultan van Sumbawa. Een dezer Sultans nu was in het huwelijk getreden met Ratoe Laija, eene zuster van Sultan Tahmid Ilah II van Bandjermasin. Uit dat huwelijk is de Sulthan Mohamad, die later over Sumbawa geregeerd heeft geboren.[35]
Berikut ini terkait dengan tombak Kaliblah. Tombak ini dulu milik senjata nasional Sultan Sumbawa.
Buah dari pernikahan itu adalah Sulthan Mohamad (Dewa Masmawa Sultan Muhammad Kaharuddin II Raja Sumbawa XIII 1795-1816), yang kemudian memerintah atas Sumbawa.
^(Belanda) J. M. C. E. Le Rutte, Episode uit den Banjermasingschen oorlog, A.W. Sythoff, 1863
^(Indonesia) Kartodirdjo, Sartono (1993). Pengantar sejarah Indonesia baru, 1500-1900: Dari emporium sampai imperium. 1. Gramedia. hlm. 256. ISBN9794031291.ISBN 978-979-403-129-2
^ ab(Indonesia) Mohamad Idwar Saleh; Tutur Candi, sebuah karya sastra sejarah Banjarmasin, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah, 1986
^Gordon, Bruce R. (2018-01-11). "Southeast Asia: the Islands". CoreComm Internet - Start. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-01-11. Diakses tanggal 2018-09-23.
^ abcdefghiGazali Usman, Ahmad (1994). Kerajaan Banjar:Sejarah Perkembangan Politik, Ekonomi, Perdagangan dan Agama Islam. Banjarmasin: Lambung Mangkurat Press.
^Antemas, Anggraini (54). Orang-Orang Terkemuka dalam Sejarah Kalimantan (edisi ke-5). Kalimantan Selatan: Ananda Nusantara.Periksa nilai tanggal di: |year= (bantuan)
^A. MEIJER (Jonkheer.) (1872). Militair tijdschrift (dalam bahasa Belanda). Bruining & Wijt. hlm. 554.Parameter |vol= yang tidak diketahui mengabaikan (|volume= yang disarankan) (bantuan)