PBR awalnya berawal sebagai sebuah gerakan di dalam PPP, dengan tujuan untuk menggulingkan Wakil Presiden saat itu, Hamzah Haz, dari jabatannya sebagai ketua partai. Mereka merasa bahwa Hamzah tidak mampu mengelola kedua posisi tersebut secara efektif. Gerakan ini dipimpin oleh Zainuddin M.Z., seorang pendakwah Islam dan ketua kepemimpinan pusat PPP. Zainuddin, bersama dengan anggota partai yang tidak puas, awalnya berencana untuk mendirikan partai baru bernama PPP Reformasi.[6][7]
Namun, setelah pertemuan antara kelompok yang tidak puas dan Hamzah Haz, Hamzah setuju untuk mempertimbangkan tuntutan mereka untuk melakukan restrukturisasi dan reformasi dalam kepemimpinan PPP. Sebagai respons, Zainuddin dan kelompoknya memutuskan untuk membatalkan rencana mereka, dengan Zainuddin menyatakan keinginannya untuk mencegah terjadinya perpecahan dalam PPP.[6][7]
Selanjutnya, dibentuk "Tim 7" untuk mengimplementasikan perubahan-perubahan tertentu dalam partai. Namun, Zainuddin memilih untuk tidak bergabung dalam tim ini, karena ia percaya bahwa tim tersebut tidak sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh partai. Akibatnya, pada tanggal 8 Januari 2002, Zainuddin secara resmi mengundurkan diri dari PPP dan mengumumkan pembentukan partai politik baru bernama PPP Reformasi pada tanggal 20 Januari 2002. Untuk mematuhi hukum pemilu yang melarang penggunaan nama dan simbol partai yang sudah ada, PPP Reformasi mengalami transformasi, menjadi Partai Bintang Reformasi (PBR) dengan simbol baru, memastikan bahwa partai ini memenuhi persyaratan hukum yang diperlukan untuk berpartisipasi dalam pemilu.[6][7]
Partai Bintang Reformasi mengalami konflik internal antara dua pendirinya, Zaenal Maarif dan KH Zainuddin M.Z., yang keduanya bersaing untuk menduduki posisi ketua partai. Persaingan kekuasaan ini mengakibatkan diselenggarakannya Muktamar Luar Biasa (MLB) di Bali pada bulan April 2006, yang berujung pada terpilihnya Bursah Zarnubi sebagai ketua partai.[8] Akibat konflik antara Bursah Zarnubi dan Zaenal Maarif, Zaenal dipecat dari partai dan kemudian menjadi calon legislatif untuk Partai Demokrat. Beberapa anggota partai lainnya yang juga terkenal beralih ke partai politik lain, termasuk Ade Daud, yang diam-diam bergabung dengan Partai Amanat Nasional, Diah Devawati, yang bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan,[8] dan bahkan Zainuddin sendiri, yang bergabung dengan Partai Gerakan Indonesia Raya.[9]
Partisipasi dalam pemilihan umum
Pemilihan Umum 2004
Partai Bintang Reformasi berpartisipasi dalam pemilu 2004 dengan nomor urut 17.[10] Dalam pemilu ini, partai ini sempat berniat mengajukan Ketua Umumnya, KH Zainuddin MZ yang dikenal dengan sebutan Da'i Sejuta Ummat, sebagai calon presiden.[3] Sebagai partai baru, PBR bertampil bagus, memenangkan 2.764.998 suara, setara dengan 2,44% dari total suara, dan juga 14 kursi di Dewan Perwakilan Rakyat.[11]
Pemilihan Umum 2009
Partai Bintang Reformasi berpartisipasi dalam pemilu 2009 dengan nomor urut 29.[12] PBR bertampil lebih buruk dari pemilu sebelumnya, hanya memenangkan 1.264.333 suara, setara dengan 1,21% dari total suara, dan juga kehilangan semua kursinya di Dewan Perwakilan Rakyat.[13]
^ abcPartai-Partai Politik Indonesia: Ideologi dan Program 2004-2009 (Indonesian Political Parties: Ideologies and Programs 2004-2009 Kompas (1999) ISBN979-709-121-X pp328-338
^ abcTempo magazine No. 0931/March 31-April 06, 2009, p. 20