Pemeriksaan batin adalah suatu tinjauan ke belakang di dalam diri seseorang terhadap pikiran, kata-kata, tindakan, dan kelalaian yang mungkin telah dilakukannya dengan tujuan untuk memastikan kesesuaiannya, atau penyimpangannya, dari hukum moral. Di antara kalangan Kristen, hal ini pada umumnya merupakan suatu tinjauan pribadi; para intelektual sekuler terkadang mengeluarkan otokritik untuk konsumsi masyarakat. Dalam Gereja Katolik, para peniten yang hendak menerima Sakramen Tobat dihimbau untuk memeriksa hati nurani mereka dengan panduan Sepuluh Perintah Allah, atau Sabda Bahagia, ataupun daftar kebajikan dan dosa pokok. Suatu doktrin serupa diajarkan dalam gereja-gereja Lutheran, di mana para peniten yang ingin menerima Absolusi Suci juga diminta untuk menggunakan Sepuluh Perintah Allah sebagai suatu panduan. Proses ini sangat mirip dengan praktik Muhasaba, atau refleksi diri, dalam Islam.
Paus St. Pius X mengatakan, "Keunggulan praktik ini dan buahnya terhadap kebajikan Kristiani ditetapkan dengan jelas melalui ajaran para guru agung kehidupan spiritual." St. Ignatius dari Loyola menganggap pemeriksaan batin sebagai latihan rohani yang paling penting.
St. Ignatius memasukkan Pemeriksaan ini dalam Latihan Rohani dan ia menyajikannya dalam berbagai bentuk yang berbeda (pemeriksaan umum dan khusus, lihat [24-43] dalam buku Latihan Rohani, dengan nomor marginal yang lazim). Sejak itu metode ini dikenal dengan berbagai nama di dalam praktik dan literatur rohani: kadang-kadang disebut "Eksamen Kesadaran" atau "Pemeriksaan Harian atas Kesadaran" Diarsipkan 2016-09-06 di Wayback Machine..[1]
Pada umumnya, terdapat perbedaan antara "Eksamen Khusus", yang mana bertujuan untuk mengubah salah satu ciri atau 'cacat' dalam perilaku seseorang dan "Pemeriksaan Harian atas Kesadaran", yang mana merupakan suatu tinjauan seluruh hari yang dilakukan dengan doa dan berlanjut dengan "Pemeriksaan Umum atas Kesadaran". Metode terakhir ini disebut pemeriksaan "batin" atau "hati nurani" karena merupakan suatu tinjauan atas tindakan-tindakan seseorang dari sudut pandang moral, suatu renungan atas tanggung jawab seseorang serta memandang kelemahan dan dosa seseorang dalam rangka mempersiapkan diri untuk pertobatan; sementara pemeriksaan "kesadaran" tidak berfokus pada moralitas kendati kesadaran atas dosa akan muncul selama tinjauan harian.[2][3]
Referensi
Pranala luar