Pulau Pongok, kadang dikenal sebagai Pulau Liat, adalah sebuah pulau yang merupakan bagian dari Kecamatan Kepulauan Pongok di Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Pulau ini mencakup lebih dari 95% luas kecamatan dan sebagian besar penduduknya, dengan luas 48,3 km2. Pulau ini merupakan pulau ke-5 terbesar di provinsi tersebut, jauh lebih kecil daripada Pulau Bangka dan Belitung di samping Pulau Lepar dan Mendanau.
Pulau yang lebih kecil, Pulau Celagen, di lepas pantai barat pulau tersebut, memiliki sisa populasi kecamatan. Sebelum pemekarannya pada tahun 2012, pulau ini merupakan bagian dari Kecamatan Lepar Pongok.
Geografi
Pulau ini terletak kira-kira di tengah di antara Pulau Bangka dan Belitung, di tengah Selat Gaspar, yang sehingga kadang disebut sebagai "Pulau Tengah".[2] Pulau ini membentang sekitar 10 km dari utara ke selatan dan 8,5 km dari timur ke barat. Beberapa sungai kecil mengalir di pulau ini. Relief topografinya sebagian besar datar dengan sedikit ketinggian yang menonjol, titik tertinggi di pulau itu hanya 125 m di atas permukaan laut.[3] Pulau ini dapat diakses melalui perahu, dengan tiga jam perjalanan dari Pulau Bangka.[4]
Demografi
Pulau ini, sebagai Desa Pongok, memiliki populasi sebanyak 5.377 jiwa dengan rasio jenis kelamin 1,14 dan terbagi menjadi 916 rumah tangga (5,8 jiwa per rumah tangga).[1]
Pulau ini dahulu dikenal sebagai pulau penghasil kelapa dan berakhir kejayaannya pada tahun 1970an sampai sekitar 1980 karena kalah bersaing dengan kelapa sawit. Di masa kejayaan itu, kelapa diolah jadi kopra, dikirim ke Jakarta, dan karena saking besarnya penghasilan dari situ, masyarakat tidak mau bekerja di perusahaan timah.[5] Akhirnya, banyak yg alih profesi menjadi nelayan. Diketahui, sekitar 70% warga Pulau Pongok adalah nelayan. Dalam sehari, ikan yang ditangkap dapat mencapai 10 ton, dan 30% ikan di Bangka Belitung berasal dari daerah ini. Ikan-ikan tangkapan daerah ini sebagian diolah jadi ikan asin, dan sebagiannya dijual pada pengumpul.[5] Masyarakat pulau ini diketahui kalau hendak menabung harus pergi ke desa Sadai yang jaraknya 3 jam dari pulau ini. Hal inilah yang baru diketahui dari laporan Pontianak Post yang meliput Ekspedisi Kas Keliling BI di Pulau Terdepan, Terluar, dan Terpencil —dari Abu Hasan, kepala desa setempat pada September 2018.[5]
Galeri
Referensi