Share to:

Ra (aksara Bali)

Ra
Aksara Bali
Huruf LatinRa
IASTRa
Fonem[r]
UnicodeU+1B2D , U+
Warga aksaramurdhanya
Gantungan
Gantungannya disebut
pula Cakra (guwung)

Ra adalah salah satu aksara ardhaswara (huruf semivokal) dalam sistem penulisan aksara Bali yang melambangkan bunyi /r/. Jika Ra dari aksara Bali disalin dengan huruf Latin, maka akan ditulis "ra". Menurut aturan sistem penulisan aksara Bali (demikian pula Dewanagari), Ra bukan huruf konsonan, tetapi semivokal (bahasa Sanskerta: antaḥstha).

Fonem

Ra termasuk warga murdhanya, yang sebagian besar terdiri dari konsonan retrofleks atau konsonan tarik-belakang. Ra diucapkan seperti huruf "r" pada kata: "raba" (bahasa Indonesia), ratha (bahasa Sanskerta), raris (bahasa Bali), rob (bahasa Inggris). Secara fonologi, bunyi /r/ merupakan bunyi getar rongga-gigi, dihasilkan dengan cara menggetarkan lidah pada langit-langit mulut dekat gigi (alveolair). Maka dari itu, secara fonologi, Ra termasuk konsonan rongga-gigi (alveolar), bukan retrofleks. Namun secara tradisional, Ra digolongkan ke dalam warga murdhanya (konsonan retrofleks).

Penggunaan

Penggunaan aksara Ra sama dengan penggunaan Ra (Dewanagari: र) dalam abjad bahasa Sanskerta. Dalam sistem penulisan dengan aksara Bali, Ra digunakan pada kata-kata yang mengandung bunyi /r/, baik dari bahasa Bali, maupun bahasa non-Bali. Selama Ra tidak dibubuhi oleh pangangge suara, maka Ra dibaca "ra" (lafal: /rə/).

Selain itu, Ra memengaruhi aksara Na kojong yang mengikutinya. Bila ada aksara Na kojong dari warga Dantya (konsonan dental) yang mengikutinya, maka aksara tersebut patut diganti menjadi aksara warga murdhanya (konsonan retrofleks), yaitu Na rambat. Sebab, menurut aturan tradisional, bunyi /r/ (Ra) dan /ɳ/ (Na rambat) sama-sama merupakan warga murdhanya, diucapkan dengan menyentuh langit-langit keras, sedangkan bunyi /n/ (Na kojong) diucapkan dengan menyentuh gigi. Contohnya (dalam bahasa Bali): warna, karna, rena, dll.

Ra tidak boleh diberi tanda pepet bila ingin menulis kata yang berbunyi /rə/. Untuk menulis kata yang mengandung bunyi /rə/, misalnya kata "rebut", maka digunakanlah huruf Ra repa. Hal ini dianjurkan karena menurut aturan sistem penulisan aksara Bali, bunyi /rə/ termasuk vokal, bukan bunyi konsonan.

Lihat pula

Referensi

  • Tinggen, I Nengah. 1993. Pedoman Perubahan Ejaan Bahasa Bali dengan Huruf Latin dan Huruf Bali. Singaraja: UD. Rikha.
  • Surada, I Made. 2007. Kamus Sanskerta-Indonesia. Surabaya: Penerbit Paramitha.
Kembali kehalaman sebelumnya