Sudharso Pringgobroto (21 Juni 1921 – 19 Oktober 1972)[1] adalah seniman dan budayawan berkebangsaan Indonesia. Namanya dikenal melalui berbagai jenis karya antara lain tari-tarian, sendratari, bedaya yang dipersembahkan kepada masyarakat pencinta budaya Jawa. Sudharso adalah salah satu tim yang merintis pembangunan Museum Perjuangan Yogyakarta.[2][3]
Latar belakang
Sudharso Pringgobroto lahir dan besar di Yogyakarta. Sejak kecil sudah mengakrabi dunia seni, utamanya tari-tarian Jawa. Darah seninya mengalir dari ayahnya yang seorang Asisten Wedhana di Tempel Sleman, R. Pringgopiyogo, yang menjabat sejak tahun 1972 dan dikenal sebagai seorang Penayub (tukang Nayub), pemegang peran utama dalam pementasan drama tari. Sudharso mulai debutnya sebagai penari sejak tahun 1937 dengan bergabung pada organisasi tari Jawa Kridha Beksa Wirama di bawah asuhan GBH Tedjokusumo. Di samping itu, juga belajar menari dan menabuh gamelan di Dalem Purwonegaran, di bawah asuhan K.R.T. Purwonegara. Ia juga belajar menari kepada guru-guru antara lain BPH. Suryodiningrat, K.R.T Soeryomurtjito, Suyadi Hadisuwanto. Sudharso duduk sebagai Formatur Dewan Ahli dalam perencanaan berdirinya organisasi Irama Tjitra dan selanjutnya mengajar ketika organisasi telah berdiri. Sudharso Pringgobroto juga mengajar tari diperguruan Taman Siswa. Dia telah menciptakan beberapa karya tari-tarian, bedaya, dan sendratari yang dipersembahkan kepada masyarakat, dan sampai sekarang masih sering dimainkan oleh sangar-sanggar tari.[4][5]
Karya
- Tari Sari Mawur ( putri)
- Tari Serimpi
- Tari Sayungan
- Beksan Enjeran
- Bedaya Dewa Ruci (1951)
- Bedaya Revolusi
- Bedaya berdirinya Taman Siswa.
- Cerita Panji Djayalengkara (1952)
- Sendratari Gandakusuma
- Sendratari Guru gantangan
- Sendra tari Gading Pawukir
Referensi
|
---|
Umum | |
---|
Perpustakaan nasional | |
---|