Di Indonesia, nama tempat ibadah agama Khonghucu pada umumnya dinamakan kelenteng.
Pembagian
Kong Miao
Kong Miao (孔廟) ; bahasa Inggris : Confucius Temple; Ada satu ciri khas yang membedakan antara Miao atau Kelenteng Khonghucu dengan bangunan Kelenteng Tridharma atau yang lainnya (Buddha atau Tao). Pada umumnya di dalam Kong Miao hanya terdapat Kim sin Nabi Kong Zi sedangkan Altar Dewa-Dewi terpisah dari bangunan utama, didalam Kong Miao terdapat banyak tulisan (Sienci 神柱) papan penghormatan Nabi Kongfuzi 孔夫子 /Khonghucu (nama yang lebih umum 孔子 Kongzi)dan juga para muridnya yang terkenal. Bangunan Kong Miao yang tertua di Indonesia terdapat di kota Surabaya yang dikenal dengan "Boen Bio" sedangkan di Jakarta Kelenteng Kong Miao Terdapat di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dan Khongcu Bio di kota Cirebon. "Bio" adalah lafal Hokkian dari "Miao"
Namun, ada pula Kong Miao yang tidak memiliki Kim Sin Nabi Kong Zi, hanya memiliki altar Sin Beng yang di anggap sebagai leluhur nya. Pada dasarnya Kong Miao jenis ini adalah semacam Rumah Leluhur, tempat umatnya memberi penghormatan kepada leluhurnya. Tuan rumah Kong Miao itu disebut "Kongco", yang berarti Leluhur Engkong (Leluhur Kakek). Leluhur yang berada dalam Kong Miao ini adalah leluhur yang memang juga sekaligus, di puja sebagai Dewa-Dewi (Shen Ming). Itu sebabnya, rupang yang terdapat dalam Kong Miao ini tidak serta merta disebut Dewa-Dewi, melainkan disebut Kongco. Sebagai contoh adalah Bio Hok Tek Tjeng Sin, Pak Kik Bio, Kwan Sing Bio, yang banyak terdapat di Indonesia.
Litang
Litang (禮堂); arti harafiah : Ruang Ibadah; Litang adalah nama tempat ibadah agama Khonghucu yang banyak terdapat di Indonesia. Saat ini sudah ada lebih dari 250 Litang yang tersebar di seluruh Indonesia yang berada di bawah naungan MAKIN (印尼孔教總會, Majelis Agama Khonghucu Indonesia)dan organisasi pusatnya adalah MATAKIN (Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia).Ciri tempat ibadah tersebut selain altarnya yang berisi Kim Sin (金神) Nabi Kongzi/Khonghucu, juga biasanya terdapat lambang "Mu Duo" 木鐸 atau Bok Tok (dalam dialek Hokian) yaitu berupa gambar Genta dengan tulisan huruf 'Zhong Shu' atau Tiong Sie (bahasa Hokian) artinya "Satya dan Tepasarira/Tenggang Rasa" yang merupakan inti ajaran agama Khonghucu. Hal ini sesuai dengan Sabda Nabi Kongzi dalam Kitab Lun Yu 論語: "Apa yang diri sendiri tiada inginkan, janganlah diberikan terhadap orang lain".
Umat Khonghucu biasanya melakukan ibadah di Litang setiap tanggal 1 dan 15 penanggalan Imlek. Namun ada pula yang melaksanakannya pada hari Minggu dan hari lain, hal ini disesuaikan dengan kondisi dan keadaan setempat. Upacara-upacara hari keagamaan lain seperti peringatan Hari Lahir Nabi Khonghucu (至聖誕, 27 bulan 8 Iemlik), Hari Wafat Khonghucu (至聖忌辰 18 bulan 2 Iemlik), Hari Tangcik (冬至 Genta Rohani), dan Tahun Baru Iemlik(春節) dsb. biasanya juga dilakukan di Litang.
Kelenteng
Kelenteng (廟); kelenteng pada umumnya digunakan sebagai sarana tempat bersembahyang/ibadah oleh kebanyakan orang Tionghoa (Buddha, Khonghucu dan Tao) sehingga kadang-kadang kita sulit membedakan apakah mereka itu penganut agama Buddha Mahayana, Khonghucu atau Tao. Namun kalau kita telah lebih jauh, ada ciri yang membedakan dari ketiga bangunan tempat ibadah masing-masing penganut agama tersebut yaitu dari nama kelenteng tersebut dan juga para Dewa-dewi yang berada dalam bangunan Kelenteng tersebut. Namun secara umum bangunan Kelenteng biasanya bergaya arsitektur khas Tiongkok, misalnya terdapat ukiran Naga atau Liong pada bagian atas atap atau tiang/pilarnya,ada lukisan Qilin (麒麟, Hokkian:Kilien)- binatang yang dianggap suci, bentuknya seperti seekor rusa, kulitnya bersisik berwarna hijau keemasan, bertanduk tunggal. Hewan suci ini pernah muncul pada saat menjelang kelahiran Khonghucu/Kongzi dan terbunuh oleh Pangeran Lu Ai Gong 魯哀公dalam perburuannya yang menandai peristiwa sebelum wafatnya Khonghucu.
Lihat juga