Terkait gelar tersebut, belum ada kepastian, sebab pada akhir Kekhalifahan Abbasiyah dan awal berubahnya Kesultanan Utsmaniyah menjadi Khilafah, marak terjadi penggelaran dengan makna pemujaan individu yang cukup berlebihan.[1] Misalnya seseorang yang bernama :
Muhammad – digelari Syamsuddin;
Abdullah - digelari Afifuddin;
Ahmad – digelari Syahabuddin;
AbdulQadir - digelari Muhyiddin;
Ali – digelari Nuruddin;
Abdurrahman - digelari Wajihuddin dan lain sebagainya.
Maka kemungkinan karena Ahmad Al-Akbar bin Abdurrahman bin Ali bin Abibakar Assakran adalah seorang Waliyyullah yang sangat tersohor pada zaman itu maka Beliau digelari "Ahmad Syahabuddin Al-Akbar". Begitu pula terhadap gelar yang disandang oleh cucunya yang bernama Waliyyullah Ahmad digelari juga dengan "Ahmad AI-Syahabuddin AI Ashghor", yang merupakan Leluhur seluruh Al-Bin Syahab terutama yang kebanyakan berada di Indonesia ; kecuali golongan Al-Bin Syahab Al-Hadi.