Perubahan tersebut, yang terjadi sejak penggabungan Tibet ke dalam Republik Rakyat Tiongkok pada 1950–1951, terfasilitasi oleh serangkaian reformasi ekonomi, sosial, budaya dan politik yang diperkenalkan ke Tibet oleh pemerintah Tiongkok. Para kritikus mengutip migrasi yang disponsori pemerintah dari sejumlah besar Tionghoa Han ke Kawasan Otonomi Tibet sebagai komponen besar dari sinisasi.
Pemerintah Tiongkok menyatakan bahwa kebijakan-kebijakannya menguntungkan Tibet, dan perubahan-perubahan kebudayaan dan sosial merupakan dampak dari modernisasi. Menurut pemerintah, ekonomi Tibet telah meluas; layanan-layanan dan infrastruktur-infrastruktur menunjang kualitas hidup orang Tibet dan bahasa dan budaya Tibet dilindungi.