Ular (Ibrani: נָחָשׁnāḥāš) disebut dalam Alkitab Ibrani dan Perjanjian Baru. Simbol ular memainkan peran-peran penting dalam kehidupan keagamaan dan kebudayaan dari Mesir kuno, Kanaan, Mesopotamia dan Yunani. Ular adalah simbol kekuatan jahat dan pertikaian dari dunia bawah tanah serta simbol kesuburan, kehidupan dan penyembuhan.[1]נחשNāḥāš, Ibrani untuk "ular", juga diasosiasikan dengan keilahian, termasuk bentuk verbal yang artinya "menerapkan keilahian atau mendatangkan keberuntungan".. Dalam Alkitab Ibrani, Nāḥāš muncul dalam Taurat untuk mengidentifikasikan ular di Taman Eden. Sepanjang Alkitab Ibrani, istilah tersebut juga dipakai saling bergantian dengan saraph untuk menyebut ular berbisa di alam liar. Dalam Kitab Keluaran, tongkat Musa dan Harun berubah menjadi ular, nāḥāš untuk Musa, tannin untuk Harun. Dalam Perjanjian Baru, Wahyu kepada Yohanes memakai istilah ular kuno dan Naga sebanyak beberapa kali untuk mengidentifikasikan setan atau iblis. (Wahyu 12:9; Wahyu 20:2) Ular paling sering diidentifikasikan dengan Setanangkuh, dan terkadang dengan Lilith.
Cerita Taman Eden dan kejatuhan manusia mewakili sebuah tradisi di kalangan suku bangsa Abrahamik, dengan sebuah presentasi kurang lebih bersifat simbolik dalam hal moral dan keagamaan tertentu.[2]