Museum Tsunami Aceh (Aksara Jawoë: موسيوم سونامي اچيه) adalah sebuah museum di Banda Aceh yang dirancang sebagai monumen simbolis, untuk mengenang bencana gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia 2004 sekaligus menjadi salah satu pusat pendidikan bencana dan tempat perlidungan atau evakuasi darurat andai tsunami terjadi lagi.[1][2]
Desain dan Struktur
Museum Tsunami di Banda Aceh yang dirancang oleh arsitek asal Bandung, Jawa Barat, Ridwan Kamil ini merupakan desain yang memenangkan sayembara tingkat internasional yang diselenggarakan pada 2007 dalam rangka memperingati musibah tsunami 2004 dan juga memberikan edukasi mengenai bencana alam, serta pentingnya mitigasi dan kesiapsiagaan menghadapi bencana. Bangunan tersebut berkonsep rumoh Aceh dan on escape hill dan sebagai referensi utamanya adalah nilai-nilai Islam, budaya lokal, dan abstraksi tsunami.[3]
Museum ini merupakan sebuah struktur empat lantai dengan luas 2.500 m² yang dinding lengkungnya ditutupi relief geometris. Saat memasuki museum, pengunjung disambut oleh suasana yang menyejukkan namun mengharukan. Pengunjung masuk melalui lorong sempit dan gelap di antara dua dinding air yang tinggi.
Sepanjang lorong, suara gemuruh air dan panggilan azan berkumandang, menciptakan pengalaman emosional yang mendalam bagi setiap pengunjung, untuk merensonasikan kembali suasana dan kepanikan saat tsunami terjadi. Dinding museum dihiasi gambar orang-orang menari Saman, sebuah makna simbolis terhadap kekuatan, disiplin, dan kepercayaan religius suku Aceh.[4] Dari atas, atapnya membentuk gelombang laut. Lantai dasarnya dirancang mirip rumah panggung tradisional Aceh yang selamat dari terjangan tsunami.[2] Bagian rooftop bangunan Museum Tsunami Aceh pun dirancang sebagai escape roof, yakni area evakuasi jika terjadi bencana banjir atau tsunami di kemudian hari.[5] Salah satu bagian Museum yang paling berkesan ialah sumur doa, dimana bagian ini merupakan dinding tinggi yang berbentuk lingkaran dengan bagian dalam yang menghimpun nama-nama korban Tsunami Aceh 2004.
Bangunan ini memperingati para korban, yang namanya dicantumkan di dinding salah satu ruang terdalam museum, dan warga masyarakat yang selamat dari bencana ini.[4]
Bagian dalam museum Tsunami terdapat ruang edukatif, diantarnya ruang pameran yang menjelaskan secara audiovisual, fenomena alam seperti gempa bumi dan tsunami, lengkap dengan simulasi interaktif yang memungkinkan pengunjung belajar tentang bagaimana tsunami terbentuk dan langkah-langkah mitigasi yang bisa diambil untuk mengurangi dampak bencana di masa depan.
Selain perannya sebagai tugu peringatan bagi korban tewas, museum ini juga berguna sebagai tempat perlindungan dari bencana semacam ini pada masa depan, termasuk "bukit pengungsian" bagi pengunjung jika tsunami terjadi lagi.[4]
Selain itu juga ditampilkan diorama saat kejadian Tsunami 26 Desember 2004, disimpan juga beberapa benda yang pernah terbawa oleh gelombang Tsunami Aceh.
Kegiatan Museum
Selain menjadi sarana pendidikan dan objek wisata, Museum Tsunami Aceh juga sering mengadakan kegiatann-kegiatan lainnya, seperti pameran seni, pameran foto, seminar mengenai tsunami dan air pasang, serta seminar terkait budaya Aceh.[6]
Tiket dan Jadwal Kunjungan
Museum Tsunami ini buka setiap hari (kecuali Jumat) pukul 09.00-12.00 dan 14.00-16.00 WIB. Museum Tsunami Aceh saat ini memberlakukan tiket masuk (anak-anak/pelajar/mahasiswa Rp3.000; Dewasa Rp5.000; WNA Rp20.000).[6]